AMEG – Lebih dari 50 persen wilayah Kota Batu merupakan kawasan perbukitan dan hutan. Dengan topografi seperti itu, kota wisata itu memiliki satu hewan endemik, yakni ayam hutan hijau.
Habitat utama fauna bernama latin Genus Valus itu berada di lereng Gunung Arjuno. Ke tempat itu bisa ditempuh via Desa Giripurno, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Sebenarnya ayam hutan seperti itu tak hanya di Kota Batu, tersebar di hutan-hutan di Pulau Jawa. Meski begitu, ada perbedaan secara fisik di setiap habitatnya.
Ketua Asosiasi Pecinta Ayam Hias (APAH) Indonesia Jatim, Rully Wicaksono, mengatakan, ayam hutan Kota Batu memiliki bentuk khas, cenderung bulat dan hitam. Ukuran tubuhnya juga kecil, beda dengan yang ada di Jember.
“Kalau di Jember tubuh agak panjang, warna kaki agak hitam. Perbedaan fisik juga terlihat pada ayam yang ada di Pujon dan Ngantang. Tubuhnya gemuk, kaki warna putih,” urai Rully, Minggu (4/4/21). Selain itu, ayam ada di lokasi itu juga lebih jinak, karena sering bertemu manusia.
Menurut Rully, populasi ayam hijau di Kota Batu mengalami penurunan setiap tahunnya, ditengarai karena perburuan liar. Bahkan populasinya bisa dikatakan diambang kepunahan. Ia memperkirakan jumlahnya tak lebih dari 100 ekor.
Rully berharap Kota Batu mempunyai payung hukum untuk konservasi tumbuhan dan satwa liar. Tak main-main, niat baiknya juga telah disampaikan kepada Wali Kota Batu, agar segera dibentuk Perda Konservasi Alam, tujuannya, agar aktivitas perburuan liar bisa berkurang, bahkan dihilangkan.
Ia bersama sejumlah aktivis lingkungan pernah audiensi dengan walikota terkait hal itu. Hasilnya, pihaknya diberi izin mencari kawasan pelestarian, namun hingga kini belum jelas nasib Perdanya.
Rully juga mengisahkan, terakhir kali memiliki ayam hutan hijau asal Kota Batu pada 2017. Ia membeli dari pemburu seharga Rp 75 ribu hingga Rp 100 ribu. “Saat itu saya tak tega, ada pemburu ayam hutan hijau. Lalu saya pesan agar jangan dibunuh, biar saya beli dan saya rawat,” katanya.
Setelah itu ia tak pernah lagi dihubungi pemburu. Karena para pemburu sudah tak pernah menemukan lagi ayam hutan hijau. Mereka beralih memburu burung di sekitar lereng Arjuno.
“Sebenarnya pemburu sangat menyesal atas terancam punahnya ayam hutan hijau asal Kota Batu. Mereka melakukan itu hanya untuk kesenangan,” sesalnya.(ar)