AMEG – Peta Jalan Pendidikan (PJP) Indonesia Menyongsong Indonesia Emas tahun 2045. Menjadi pembahasan utama dalam sharing session Lustrum ke-8 Unisma. Para akademisi dipimpin langsung Rektor Unisma, Prof Maskuri, melakukan sharing di hall Abdulrahman Wahid bersama Ketua Komisi X DPR RI, H Syaiful Huda.
Prof Maskuri menuturkan, lembaga pendidikan selama ini telah memberikan dampak pergerakan di sektor perekonomian. Perguruan tinggi di Indonesia, terdiri dari 90 persen PTS dan 10 PTN.
“Kalau swasta ini tidak mendapat dukungan anggaran, bagaimana kita bisa mengembangkan pendidikan dimasa pandemi ini. Karena itu, Kartu Indonesia Pintar (KIP) menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan. Harus digelontorkan di lembaga pendidikan, terutama yang swasta,” tegasnya.
Perguruan tinggi swasta juga perlu mendapat perhatian lebih, terkait anggaran kuota internet demi menunjang pembelajaran daring.
“Sektor pendidikan mendapatkan 20 persen anggaran APBN. Maka dari itu, pendidikan yang menjadi lokomotif pembangunan di Indonesia jangan sampai terabaikan,” ucapnya Senin (5/4/2021).
Program Kampus Merdeka Belajar, juga perlu digelar berbagai event. Untuk menggairahkan atmosfer akademik.
“Komisi X DPR RI bidang pendidikan ini, tentu yang kita minta adalah suport dalam bidang pendidikan,” ujarnya.
Dr Ir H Badat Muwakhid MP, Wakil Rektor III mengatakan. Sebuah kehormatan bagi Unisma bisa menerima tamu istimewa Ketua Komisi X DPR RI, H Syaiful Huda dan M Hassanudin Wahid, anggota Komisi X.
Unisma, adalah perguruan tinggi di bawah naungan NU. Menjadi kebanggaan warga NU. Saat ini, telah menduduki ranking 44 nasional perguruan tinggi swasta dan negeri di Indonesia.
“Unisma tidak hanya diam. Kita akan terus mengembangkan kampus. Telah melakukan pengadaan lahan 76 hektar di daerah Karanploso. Membebaskan 4 hektar di Kecamatan Kedungkandang. Demi kemajuan Unisma sebagai kebanggaan warga Nahdatul Ulama,” ujarnya.
Perihal sharing Pandangan Peta Jalan Pendidikan (PJP) Indonesia pihaknya berharap motivasi baru. Terutama perihal kualitas pembelajaran mendatang.
H Syaiful Huda pada kesempatan ini menyampaikan, “Peta jalan pendidikan kita ini, sesungguhnya permintaan pribadi saya kepada Mas Menteri Nadiem. Tempo hari, saat dilantik sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.”
Empat alasan yang diajukan Syaiful ke Mas Menteri. Salah satunya adalah, belum adanya blue print. Sehingga pihaknya mendorong agar Kemendikbud lebih menggunakan pendekatan partisipatif dalam penyusunannya.
Sehingga pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan pendidikan Indonesia, dapat dilibatkan lebih aktif. Terutama akademisi dan praktisi, yang langsung bersentuhan dengan masyarakat.
Syaiful Huda juga menyampaikan apresiasinya kepada Unisma. Lantaran memiliki peran besar terhadap pendidikan Islam di Indonesia. “Unisma adalah ikon. Simbol perguruan tinggi swasta yang diidolakan masyarakat Indonesia bahkan dunia internasional,” ucapnya.
“Saya ingin simbol ini harus tetap terpancar hingga masa depan. Saya selalu berharap Unisma menjadi rujukan utama bagi seluruh perguruan tinggi Islam,” pesannya. (jan)