Reporter: M Abd Rahman Rozzi
AMEG – Pandemi tak hanya berdampak pada kesehatan dan perekonomian, juga psikologis masyarakat. Menyikapi itu, Clara Demmy Dwi Anisha Imansari, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merancang aplikasi berbasis kesehatan mental bernama PAUT.ID.
Prototipe aplikasi itu berhasil meraih juara satu pada lomba Inovasi Health Hackathon 2021, Minggu (28/3/21) lalu.
Clara dibantu empat anggota tim lain, dari Universitas Indonesia (UI), Universitas Nusa Cendana (Undana), Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida), dan Institut Pertanian Bogor (IPB).
Clara mengaku tak sengaja menerima pengumuman lomba itu di email pribadinya.
“Saya iseng buka email dan lihat ada kompetisi ini. Untung saya masih bisa daftar, padahal itu hari terakhir pendaftaran. Setelah itu kami dikelompokkan jadi 20 tim, satu tim terdiri dari lima orang,” jelas mahasiswa asli Malang itu.
Pada lomba itu, para peserta dituntut membuat inovasi di bidang kesehatan masyarakat. Clara dan tim memutuskan berinovasi di bidang kesehatan mental. Kesehatan mental dinilai penting di masa pandemi. Selain itu, masyarakat Indonesia juga belum begitu akrab dengan hal ini.
“Akhirnya kami menciptakan aplikasi yang memungkinkan masyarakat bisa bercerita soal masalah mental yang sedang dihadapinya,” kata mahasiswa program studi farmasi itu.
Fitur yang ada pada PAUT.ID ini beragam, ada fitur chating, yang memungkinkan pengguna bisa saling berinteraksi secara daring. Ada fitur konsultasi dengan tenaga ahli di bidang psikologi, ada juga modul yang memuat saran aktivitas yang bisa dilakukan selama pandemi.
“Fitur-fitur itu kami rancang untuk memudahkan masyarakat bercerita terkait kesehatan mental, baik dengan pengguna lain maupun dengan ahli. Selain itu juga untuk menggiring pengguna melakukan hal-hal positif,” tutur anak terakhir dari dua bersaudara itu.
Tim Clara hanya butuh waktu empat hari untuk menyusun proposal dan membuat prototipe aplikasi. Dalam proses pengerjaannya, tim dibagi menjadi dua kelompok kecil, yakni tim penyusun proposal dan tim desain serta prototipe.
“Tim lain butuh dua minggu untuk mempersiapkan proposal, kami hanya empat hari. Dari semua tim, hanya tim kami yang membuat prototipe. Mungkin itu yang membuat kami mendapat nilai plus di mata juri,” jelas Clara bangga.
Lomba ini merupakan yang pertama diikuti Clara. Dia merasa senang dengan pencapaian yang diraihnya. “Ke depan saya berharap bisa mengembangkan aplikasi ini. Saya juga ingin menginspirasi teman-teman lain, bahwa pandemi bukan alasan untuk tidak berkarya dan mengembangkan potensi diri,” pungkasnya.