Malang – Di kelas G-4 MIPA, SMAN 3 Kota Malang, terdapat 33 siswa. Yang tergolong dalam kelas Prediksi Lulus 2 Tahun. 26 siswa diantaranya, lolos dalam SNMPTN. Untuk tahun ajaran 2021 ini. Dan mayoritas diantaranya, baru berusia 15 tahun. Yang sudah diterima di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Termasuk di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya Malang.
Mereka menyelesaikan pendidikannya hanya dua tahun. Meski harus menempuh enam semester. Tahun ini, adalah lulusan perdana untuk kelas Prediksi Lulus 2 Tahun.
‘’Awalnya disebut kelas kelompok belajar cepat. Berbeda dengan akselerasi. Siswa di kelas ini, awalnya masuk dalam kelompok reguler. Tapi dalam waktu dua bulan, dilakukan tes psikologi, terutama pada ketahanan belajar dan emosional,’’ kata Any Herawati, M.Pd., Waka Kurikulum SMAN 3 Kota Malang, kepada Di’s Way Malang Post.
Dari seleksi tersebut, kata dia, terpilih 33 siswa. Tentunya setelah mendapat persetujuan wali murid. ‘’Dan anaknya sendiri juga siap untuk belajar di kelas Prediksi Lulus 2 Tahun itu,’’ imbuh Saidatul Mufida, S.Pd., Wali Kelas G-4 MIPA.
Mereka pun akhirnya bisa menyelesaikan jenjang pendidikannya, selama dua tahun. Sama seperti kelas akselerasi. Yang juga ada di SMAN 3 Kota Malang. Dua diantara siswa yang sudah diterima di Universitas Brawijaya Malang, adalah Gading Mahendra Sebayang. Lolos jurusan Sistem Informasi. Dan Muhammad Zacky Hafiyyan Maulana. Masuk Fakultas Kedokteran. Keduanya baru berusia 15 tahun.
‘’Awalnya saya justru tidak mau masuk kelas itu (Prediksi Lulus 2 Tahun, Red.). Tapi karena dorongan orang tua. Kemudian saya juga sudah terbiasa di kelas akselerasi, akhirnya saya justru menikmati di kelas itu,’’ ujar Gading, saat ditemui bersama ibunya Yuli Setianingsih.
Putra pertama dari dua bersaudara ini, sebelumnya lulus dari SMPN 3 Kota Malang. Juga ditempuh dalam waktu dua tahun. Tergabung di kelas akselerasi. Pun ketika di SD, putra Josua Sebayang ini juga banyak mengikuti kompetisi. Terutama yang terkait dengan matematika. Mulai dari tingkat sekolah, hingga level nasional.
‘’Selain waktu saya harus untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Termasuk lewat daring. Tapi saya harus nambah ikut dalam les privat. Paling tidak dua kali seminggu. Jadi terpaksa, saya tidak bisa banyak ikut kompetisi lagi saat di SMAN 3 ini,’’ katanya.
Terkait dengan proses belajar di kelas, diakui Gading, lebih banyak membutuhkan kreativitas dari siswa. Termasuk mencari refensi dari internet. Maupun belajar kepustakaan.
‘’Apalagi selama belajar daring ini. Gading nyaris tidak pernah keluar dari kamar. Selalu saja di depan komputer. Keluar pun kalau harus mencari tambahan untuk belajar. Tapi karena anaknya suka, jadinya dia benar-benar menikmati proses belajar yang hanya dua tahun ini,’’ imbuh Yuli, sang ibu.
Hal senada juga disampaikan Muhammad Zacky Hafiyyan. Diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, memang sudah menjadi cita-citanya. Sekalipun dia faham, saingan untuk menuju ke kampus tersebut, sangat berat sekali.
‘’Karena itu sejak awal saya memang ingin masuk kelas belajar cepat. Karena sudah terbiasa juga belajar dengan cepat. Sejak SMP saya sudah melakukan itu,’’ kata Zacky, yang juga alumni SMPN 3 Kota Malang ini.
Tak heran jika dia pun bisa menyelesaikan dua tahun di SMAN 3 Kota Malang. Termasuk bisa mengatasi persaingan yang tidak ringan. Paling tidak untuk jalur undangan ini, dia harus bersaing dengan 305 siswa dari SMAN 3 Kota Malang.
Zacky dan Gading pun, menjadi bagian dari 26 anak yang lolos dari kelas G-4, untuk mendapatkan bangku kuliah, sekali pun belum mendapatkan ijazah kelulusan. (rdt)