Washington, D.C – Film produksi Disney terbaru, “Raya and the Last Dragon,” telah tayang di Indonesia sejak awal Maret lalu. Film arahan sutradara Carlos Lopez Estrada dan Don Hill, bercerita tentang tokoh pejuang perempuan keturunan Asia Tenggara bernama Raya, yang berusaha mencari naga legendaris terakhir demi menyatukan tanah negeri dongeng, Kumandra, dan warganya yang terpecah.
Namun tahukah anda, ada orang Indonesia yang terlibat dalam Film yang mengangkat berbagai elemen budaya Asia Tenggara itu ?
Adalah Tania Gunadi, aktris asal Bandung yang sudah menetap di Los Angeles, California sejak 20 tahun lalu. Nama Tania Gunadi masuk ke dalam jajaran aktor pengisi suara tambahan atau “additional voices,” yang bertugas menyuarakan berbagai karakter yang ada dalam film, di luar peran utama.
“Film itu kan satu jam setengah. Jadi banyak sekali, peran-peran yang lain yang belum diisi suara. Misalnya ada ibu, ada anaknya, ada bapaknya, atau misalnya di karakter ini ada tomat yang bisa ngomong, atau ada lampu yang bisa ngomong. Itu belum ada yang isi suara. Nah, itulah aku,” kata Tania Gunadi, mengutip wawancara VOA.
Keberhasilan Tania menjadi satu di antara sekitar 20 aktor pengisi suara tambahan bukan hal sepele. Pasalnya, di Amerika Serikat persaingan untuk menjadi pengisi suara cukup ketat dan sangat kompetitif, apalagi untuk bisa menyuarakan tokoh-tokoh utama.
Biasanya, nama-nama dari para aktor pengisi suara ini didaftarkan oleh agen mereka yang tersebar di berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Mengingat proyek kali ini adalah untuk mengisi suara film garapan Disney, peminatnya lebih banyak lagi, termasuk dari Inggris dan Australia.
“Peran utama itu yang audisinya banyak sekali. Satu agen itu kira-kira punya mungkin 2000 clients. (Dari) 2000 clients mungkin mereka kirim 300. Sedangkan agen di Amerika itu kan ada LA, Chicago, New York. Karena ini isi suara, semua agen bisa kirim. Ada kira-kira 500 agen di Amerika,” ujar perempuan kelahiran tahun 1987 ini.
“Nama aku, mungkin agen aku kirim. Tapi aku sama sekali enggak ikut audisi (peran utama),” imbuhnya.
Tania mengaki tidak menyangka bisa terlibat dalam penggarapan film yang sudah sangat dinanti oleh banyak orang ini. “Tuhan baik banget sama aku,” kata Tania.
Setelah terpilih menjadi pengisi suara, Tania harus melewati berbagai proses. Selama 8 jam, Tania bersama para aktor pengisi suara tambahan ini menonton film sambil memperhatikan berbagai karakter yang masih perlu disuarakan. Mulai dari karakter bayi, penjual makanan, bahkan suara monyet, dan masih banyak lagi.
“Kita lihat misalnya, ‘oh, itu ada bayi. Bayinya ngomong apa aja? Mungkin bayinya nangis, atau bayinya minta permen.’ Misalnya aku bisa jadi bayi atau misalnya ada lagi keluarga tukang comro, adiknya ada 3. Nanti kita bertiga jadi adik, kita ngobrol, ‘eh, si itu kumaha, hayang comro mahal euy. Iye kumaha?’” ujar perempuan yang fasih berbahasa Sunda ini sambil bercanda.
Walau sebenarnya Tania lebih fokus mencari pekerjaan karakter utama yang menantangnya untuk lebih kreatif, menurut Tania, pekerjaan menjadi aktor pengisi suara tambahan ini “seru” dan menyenangkan. Ia tinggal mengikuti raut karakter yang sudah dibuat sebelumnya oleh para animator.
“Kalau monyetnya lagi ketawa, kita mesti ketawa,” ceritanya.
“Aku senang additional voice kadang-kadang, kita bisa freedom banget gitu, karena bisa jadi segala macam,” tambahnya.
Pindah ke Amerika “Jalur” Lotere
Tania Gunadi bercerita kepada tim VOA tentang awal hijrah ke negeri Paman Sam itu. Ia ke AS saat masih 17 tahun. Pada waktu itu kakak Tania sudah terlebih dahulu berada di Amerika Serikat, karena mendapat beasiswa untuk sekolah. Saat Tania berusia 15 tahun, keluarganya memutuskan untuk mencari peruntungan lewat lotre ‘green card’ atau kartu hijau, sebagai izin untuk tinggal di Amerika Serikat.
“Kita tuh bisa kirim lotere pakai amplop. Jadi kalau kamu kaya, kamu bisa kirim 10 ribu amplop. Siapa tahu dapat. Karena keluarga aku saat itu enggak ada uang, jadi mamih aku hanya kirim 1 amplop,” kenangnya Tania.
Seperti kata pepatah, rezeki tidak kemana, satu amplop tersebut menjadi tiket keberuntungan Tania untuk akhirnya bisa tinggal di Amerika Serikat. Setelah melalui proses wawancara selama kurang lebih dua tahun, Tania pun hijrah ke Los Angeles, California. Sebagai persyaratan, pemerintah Amerika pun mendata keuangan keluarganya dan sempat “kaget.”
“Malahan aku dikasih uang untuk beli buku, untuk ongkos bis itu selama 4 tahun,” ujar perempuan yang hobi main kartu, baca buku dan naik sepeda di pantai ini.
Kerja Cuci Piring dan WC di Amerika
Kesuksesan Tania tidak didapatkan secara instan. Awalnya, berbekal uang saku dua juta rupiah dan bahasa Inggris yang pas-pasan, Tania pun mulai mencari peruntungan. Ia pun memutuskan untuk bekerja di sebuah kedai pizza.
“Itu mah enggak perlu bisa ngomong Inggris. Hanya nyuci piring, nyuci WC, gampang. Walaupun agak menyedihkan sedikit kalau WCnya lagi kotor,” ungkapnya.
Sampai suatu hari, salah seorang tukang masak di kedai tersebut memberi informasi mengenai audisi untuk iklan yang terbuka untuk siapa pun.
“Katanya, ‘hey, kamu anaknya ceria banget. Ikutan gih, audisi (iklan) Disneyland,’” cerita Tania.
Diiming-imingi bayaran 5 juta rupiah, Tania pun bersemangat sampai “mau pingsan” mendengarnya.
“Langsung aku ikutan antre audisi dan aku dapat. Nah, itulah kerjaan pertamaku,” kata Tania.
Di iklan tersebut, Tania berperan sebagai pengunjung taman hiburan Disneyland, dimana ia diminta untuk makan kue gula-gula, naik perahu, hingga naik wahana roller coaster. Ia pun tidak perlu pura-pura berakting, karena ini merupakan pertama kalinya naik wahana itu, yang membuatnya “benar-benar ceria banget” saat syuting.
“Dia enggak pernah melihat orang yang bahagia banget naik roller coaster,” ujarnya.
Alhasil, pujian pun datang dari sang sutradara dan Tania pun kembali diminta untuk syuting dua iklan lagi.
Hadapi Ratusan Penolakan
Meski sempat muncul dalam iklan Disneyland, ternyata jalan karirnya tak semulus yang dibayangkannya.
“Sesudah iklan, aku jadi sombong banget,” ucap Tania.
Awalnya mengira gampang untuk menjadi aktor di Hollywood, Tania pun mencoba mengikuti berbagai audisi hingga 160 kali dalam satu tahun, yang berakhir pula dengan 160 penolakan.
“Malu kan? Tiap kali dateng, nggak dapat. Bukan malu, itu hati kita tuh ya di reject, nggak lagi, nggak lagi 160 kali. Tapi aku mah nggak jatuh, bangkit lagi, soalnya aku nggak tahu malu,” tuturnya.
Tania pun mulai berkaca dan berpikir panjang mengenai dunia akting yang ingin ia jalani ini.
“Pantesan enggak dapat, karena semua kalau audisi untuk akting gitu ya untuk perfilman, kita mesti bisa akting. Sedangkan aku enggak tahu akting tuh apa. Kebeneran aja kemarin mah yang Disneyland hanya untuk happy-happy,” ucap aktris yang pernah membintangi serial TV “Enlisted” di Amerika ini.
Tania kemudian mulai serius menimba ilmu dengan mengikuti kelas akting. Seluruh penghasilannya dari bekerja di kedai pizza ia gunakan untuk mengambil kelas akting 4 kali seminggu. Ditambah pula dengan kelas bahasa Inggris yang pada waktu itu bisa didapat dengan cuma-cuma, yang rajin ia ikuti.
“Aku belajar mengurangi aksen Sunda dan tahun ke-2 mulailah setiap aku audisi, lumayan aku mulai dapet kerjaan. Akhirnya udah tahun ke-3, itu jadi karir aku,” ujarTania.
Keluarganya sangat mendukung pilihan Tania untuk terjun ke dunia film. Bahkan keluarga menjadi penyemangatnya.
“Sejak Tania ingin berkarir di diperfilman, saya dan kakak-kakaknya dukung dia dan beri semangat terus. Dia sangat tekun sekolah ating dan belajar terus bahasa Inggris-nya,” ujar Ibu Tania, Tety Limiaty.
Tolak Jadi Akuntan
Sebelum menjadi aktris, ternyata Tania pernah ditawari kerja sebagai akuntan di perusahaan ternama di Amerika Serikat.
“Aku sebenarnya belum pernah sih cerita ini ke siapa pun. Ini pertama kali,” ungkapnya.
Kilas balik, setelah mendalami bahasa Inggris lebih jauh, Tania mencari pekerjaan lain sebagai pelayan atau bartender. Selain itu, Tania juga menjalani sekolah akuntansi. Tanpa disangka ternyata ia mahir dalam bidang ini dan diterima kerja sebagai karyawan senior di salah satu dari tiga perusahaan akuntansi terbesar di dunia.
“Gajinya bagus banget, dikasih office sendiri, dikasih computer laptop, aduh, ibu aku sampai bahagia banget. Dia pikir, ‘anakku enggak nyangka bisa dari pelayan cuci dapur, cuci WC, bisa kerja accounting di top tiga firm,” lanjutnya.
Dilema pun melanda pikirannya. Karena pada waktu itu Tania tengah dalam proses audisi untuk sebuah film. Demi mengejar kecintaannya akan dunia akting, Tania pun menolak tawaran kerja itu.
“Aku malahan kembali lagi jadi waitress (red.pelayan),” ungkap Tania.
Keputusan Tania sempat membuat keluarganya sedih. Namun dengan keyakinan, Tania terus mengejar cita-citanya hingga akhirnya satu tahun kemudian, karirnya melonjak, pekerjaannya bertambah dan stabil.Orang tua Taniapun bangga dengan pencapaian putrinya itu.
Belajar Hilangkan Aksen Sunda
Sebagai aktris, tahun 2005, film bertajuk “The Magic of Ordinary Days,” yang dibintangi oleh Tania untuk pertama kalinya dirilis. Pada waktu itu ia bermain satu layar dengan aktris Amerika, Keri Russel, yang terkenal lewat serial TV, “Felicity,” dan film “The Upside of Anger.” Namanya juga melejit lewat berbagai serial TV, seperti “Aaron Stone,” “Bizaardvark,” dan “Girl Meets World,” yang tayang di Disney Channel.
Ditambah lagi dengan berbagai karakter untuk serial TV yang ia suarakan, seperti, “Rise of the Teenage Mutant Ninja Turtles,” “DC Super Hero Girls,” dan “Penn Zero: Part-Time Hero.”
Untuk serial TV, “Penn Zero: Part-Time Hero,” Tania sempat mengisi suara bersama aktor, Adam Devine, yang terkenal lewat film “Pitch Perfect 2” dan “The Intern.”
“Walaupun kita kerja bareng di 70 episodes Penn Zero, tapi recording bersama hanya 1 kali, dan ketemu di Comic-con bersama 1 kali. Karena kita recording sendiri-sendiri. Tapi pas 2 kali ketemu ngakak terus. Dia bodor banget,” cerita perempuan yang hobi nonton film bertema laga ini.
Selain film dan serial TV, Tania juga mengisi suara karakter dalam video game. Salah satunya karakter bernama Ajna, dalam video game “Indivisible.” Jangan heran jika pernah bermain video game ini dan mendengar Ajna menyebut “roti” dan “gado-gado,” karena karakter Ajna memang diceritakan berasal dari Indonesia.
Tentu saja pencapaian ini tidak lepas dari hasil kerja keras dan kegigihannya untuk terus belajar dan mendalami akting, khususnya jika harus memerankan karakter utama. Di awal-awal karirnya, Tania menggunakan seluruh penghasilan yang ia dapatkan dari pekerjaannya di serial TV, “Aaron Stone” selama dua tahun. Untuk satu film, biasanya Tania belajar bersama guru selama 4-5 jam.
“Nah, kalau itu tantangannya banyak. Kalau itu yang audisinya banyak sekali dan kalau itu aku selalu pergi ke guru aku. Aku bayar private coaching, karena itu Inggrisnya enggak bisa jelek. Kan itu kedengeran banget. Jadi kalau itu sih, aku selalu belajar accent reduction,” ujarnya.
Sulit bagi Tania untuk bisa menghilangkan aksen hingga 100 persen. Yang lebih menantang lagi adalah ketika harus mengisi suara untuk film animasi, dimana raut wajahnya tidak terlihat.
“Enggak bisa ngomong sembari pakai tangan ya, jadi Inggrisnya mesti benar-benar jelas,” jelas aktris penggemar penganan comro ini.
Tania juga sudah sering tampil dalam beragam iklan TV di Amerika Serikat. Salah satu yang terbaru adalah iklan CarMax, situs untuk mencari mobil baru dan bekas. Tania mengatakan, untuk bisa menjadi bintang iklan pun sangat kompetitif.
“Aku kemaren dapat iklan untuk Eropa,” cerita aktris yang mengidolakan aktor Denzel Washington, Channing Tatum, serta aktris Dakota Fanning dan Scarlett Johansen ini.
“Mereka kasih tahu aku, kan mereka nyari orang asia, satu yang ceria, yang suka selfie. Agen kirim, satu Amerika itu 5000 orang Asia yang dikirim. Dan mereka hanya pengin satu. Itulah bayangin. Jadi kalau kita enggak belajar lagi, enggak belajar lagi gimana caranya bisa dapat jadi yang satu gitu, loh,” tambahnya.
Pengalaman Bukan Jaminan Terhindar dari Penolakan
Meski memiliki segudang pengalaman, Tania kembai mengalami ribuan penolakan..“Memang setiap hari sering ditolak, yang ditolak enggak ratusan, sudah ribuan,” ujar Tania
“Sebelum Covid mungkin audisi itu setahun mungkin 100 kali, dan mungkin aku dapat 5. Tapi 95 kali aku ditolak,” katanya lagi.
Khususnya di era pandemi dimana lockdown diberlakukan. Bahkan sebelum pandemi pun, Tania seringkali mendapat penolakan. Inilah kenyataan yang terjadi di belakang layar. Terbukti dari 50 orang teman di kelas aktingnya yang kini hanya tersisa 2 orang. “Semua udah give up,” katanya.
Kondisi ini tak membuat Tania menyerah pada keadaan. Tidak ada kata putus asa dalam kamus hidupnya. Seperti katanya, “aku mah enggak jatuh, bangkit lagi.” Ia mengaku “sampai merinding” saat ditanya apa yang membuatnya selalu ingin terus bangkit.
“Aku nih merasa kalau kita bahagia, jangan (hanya) bahagia kalau cita-cita udah tercapai, kita mesti bahagia along the way, in the journey, kalau kita bisa bahagia setiap hari, cita-cita pasti tercapai. Karena semua yang kita inginkan itu, karena kita pengin happy, kan?” tambahnya dengan penuh semangat.
Terkenal Gigih, Suka Menolong dan Rendah Hati
di antara teman-teman dan keluarganya, Tania dikenal sebagai sosok yang baik, periang, dan murah hati.
“Di Indonesia pernah saya antar dia ke rumah sakit, yatim piatu, rumah jompo, ke gunung Cisarua, hanya untuk memberi bantuan saja. Juga ada beberapa sumur yang dia bikinkan untuk mereka,” cerita ibu Tania, Tety Limiaty.
Terkait dengan perjuangan Tania di industri film Amerika Serikat, pendiri Los Angeles Indonesian Film Festival, Endah Redjeki, di Los Angeles, California yang pernah bekerja sama dengan Tania dalam beberapa acara kebudayaan Indonesia mengatakan bahwa Tania adalah “sosok pribadi yang cukup gigih.” Tania juga menunjukkan totalitas yang “sangat tinggi sekali” saat bekerja.
“Sosok yang sangat bisa dijadikan panutan oleh setiap orang untuk bagaimana bisa bertahan dan berhasil di dunia entertain(ment) ini,” ujarnya.
“Tidak pernah ada satu pun kita melihat Tania menunjukan raut wajah marah, capek atau sedih. Dan walaupun Tania sudah mempunyai nama yang cukup dikenal di kalangan industri perfilman di Amerika, namun kesederhanaan Tania juga sangat terlihat,” lanjutnya.
Aktor Yoshi Sudarso juga berpendapat hal yang sama mengenai sosok Tania yang menurutnya baik dan rendah hati.
“(Tania) memberi banyak nasihat yang bagus tentang industri hiburan. Karena dialah saya memulai karir di Indonesia. Dia telah membuka jalan dan terus melakukannya,” tambahnya.
Walau sempat terdampak pandemi selama satu tahun kemarin, kini Tania sudah mulai bekerja kembali dan sebentar lagi proyek film animasi terbarunya, dimana ia menjadi aktor pengisi suara untuk peran utama akan segera tayang di layanan streaming Netflix. (voa/anw)