
INOVATIF: Desa wisata sentra jamu di Karangerejo Kromengan hasil kolaborasi akademisi dan warga. (Foto: Istimewa)
INOVATIF: Desa wisata sentra jamu di Karangerejo Kromengan hasil kolaborasi akademisi dan warga. (Foto: Istimewa)
Malang – Ada yang menarik dari Desa Karangrejo Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang. Berbeda dengan desa pada umumnya. Kini menjadi desa wisata sentra jamu. Berbagai macam olahan bisa didapat. Ini hasil gagasanb tim Dosen Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Melalui Program Pengembangan Desa Mitra (PPDM) mereka menjadikan desa ini menjadi Desa Wisata Jamu.
Ketua tim, Dra Thathit Manon Andini M.Hum menjelaskan. Semua agenda berawal dari program Desa Potensial tahun 2015. Terpilihlah Desa Karangrejo sebagai lokasi pengembangan. Dia dan rekannya memaparkan potensi pengembangan jamu dan pangan kreatif sebagai produk unggulan. Pada tahun 2021, mereka menjelaskan pada masyarakat agar desa Karangrejo ditingkatkan menjadi desa wisata.
Dalam perjalanannya, tidak lepas dari kendala. Salah satunya, peralatan yang digunakan masih tradisional. Akibatnya, proses produksi cukup lama. Tidak bisa menghasilkan produk melimpah, baik produksi jamu maupun kripik. Dosen Pendidikan Bahasa Inggris ini menuturkan, pihaknya berinisiatif membuat dan memberikan alat pengering spiner untuk produksi keripik.
“Alat pengering tenaga surya. Berkapasitas 5 kilogram. Agar produksi lancar dan banyak hasilnya,” ujar Thathit. Produksi jamu yang sebelumnya menggunakan penumbuk, kini ditingkatkan dengan blender. Pengemasan tak lepas dari pembaharuan. Botol polos yang biasa dipakai, dipasang stiker agar menarik.
Kepala Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (LP3A) ini menjelaskan inovasi lain yang tak kalah menarik. Jamu biasanya berbentuk cair. Sekarang sudah dalam bentuk serbuk. Ini diyakini bisa bertahan lebih lama daripada yang cair. Usai PPDM, Pemdes membentuk Bumdes Karangrejo.
Agar pemberdayaan masyarakat bisa tertata rapi, sebagai bentuk usaha agar desa lebih mandiri dan ekonomi meningkat. “Semoga desa wisata ini, bisa mendapat dukungan pemerintah daerah maupun pusat. Para akademisi juga diharapkan bisa memberikan inovasi lain di desa lain,” pungkasnya. (roz/jan)
apa ada CP yg bisa dihubungi terkait wisata jamu tsb ?