Batu – Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kota Batu diklaim masih sangat bagus. Nilainya mencapai 73 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding dengan ketetapan nasional sebesar 70 persen.
Tingginya nilai IKLH Kota Batu ini, salah satunya dipengaruhi oleh Indeks Kualitas Udara (IKU). Merupakan salah satu variabel yang dijadikan parameter menentukan kualitas lingkungan hidup.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui IKLH Kota Batu pihak DLH Kota Batu juga melakukan pengukuran dan uji kualitas udara. Tujuannya, menyimpulkan kondisi kualitas udara dalam bentuk IKU.
Pengujian udara di sejumlah tempat dilakukan tahun 2020. Diperoleh parameter uji udara Nitrogen Dioksida (NO2) di Jl Ir Soekarno (Pertigaan Pendem) hasilnya 0,93. Nilai baku mutu 92,5 l1g/Nm3. Kemudian untuk TSP (debu) nilainya 0,0915 mg/Nm3 dari nilai baku mutu 0,26 mg/Nm3.
Untuk kualitas oksigen tahun 2020, tercatat rerata di bawah 21,42 dengan baku mutu 200 l1g/ Nm3. Sedangkan untuk karbon monoksida tercatat 1,286 hingga 9,229 dengan baku mutu 22,6 l1g/Nm3.
Hasil pengukuran tersebut, menunjukkan jika kondisi udara masih berada di bawah ambang batas atau baku mutu. Itu berarti, kondisi udara di Kota Batu masih dapat ditolerir. Karena setiap parameter udara atau air jauh dari ambang batas.
Kepala DLH Kota Batu, Aries Setiawan mengatakan. Dari hasil tersebut, pihaknya melakukan langkah untuk menjaganya. Agar kualitas udara yang dihirup warga Kota Batu terjamin kualitasnya dan terhindar dari paparan zat polutan.
Untuk menjaga kualitas udara, DLH akan terus melakukan pengukuran kualitas udara di sepuluh titik Kota Batu.
“Kami akan rutin melakukan pengujian kualitas udara. Bekerjasama dengan pihak ketiga. Sistem pengujian menggunakan alat HVAS dan Intinger,” jelas Aries kepada Di’s Way Malang Post, kemarin.
Dirinya menjabarkan, ada empat kawasan di Kota Batu yang menjadi target pengujian bulan Maret ini. Antara lain berada di kawasan jalan, fasilitas umum, pemukiman penduduk dan pabrik.
Untuk pengukuran di jalan, pihaknya melakukan di pertigaan Pendem, Jl Trunojoyo, Jl Dieng dan Jl Diponegoro.
“Sedangkan untuk kawasan fasilitas umum, dilakukan pengukuran di Alun-alun Kota Batu, Balai Kota Among Tani, TPA Tlekung dan Terminal Batu. Sementara itu, untuk kawasan pemukiman dilakukan pengukuran di Kampung Kauman Kelurahan Sisir. Serta untuk kawasan pabrik dilakukan di Temas,” beber Aries.
Agar hasilnya teruji validitasnya, maka dilakukan uji pembanding. Sample dari empat kawasan itu, dikirim ke laboratorium pihak ketiga di Surabaya. Sehingga akan ada uji eksternal sebagai pembanding. (ano/jan)