Solo – Pelatih caretaker Arema FC, Kuncoro mengakui, pemainnya terpancing emosi. Terutama di babak kedua. Itu terjadi, karena fisik pemain mulai habis. Hingga yang muncul adalah permainan keras. Bahkan salah satu korbannya adalah kapten tim, Johan Alfarizi. Kena kartu kuning kedua menit 90, setelah sebelumnya menit 44. Akibatnya harus diusir wasit.
‘’Anak-anak tidak ada masalah di luar lapangan. Semua baik-baik saja. Tapi kenapa jadi emosi dan main keras, karena fisik pemain habis. Akhirnya emosi yang ditonjolkan,’’ ujar Kuncoro dalam sesi jumpa pers, usai pertandingan di Stadion Mahanan Solo.
Menyoal kekalahan yang diderita timnya, Kuncoro melihat adalah hal yang wajar dalam sebuah sepak bola. Meski upaya keras sudah dilakukan. Banyak peluang yang didapatkan. Tapi semuanya sulit mencetak gol.
‘’Bahkan sampai kita dapat penalti. Nyatanya juga tidak bisa terjadi gol. Tapi secara keseluruhan, kedua tim sama-sama bagus,’’ imbuhnya.
Dengan kekalahan tersebut, Kuncoro masih tetap punya harapan. Untuk bisa lolos ke babak perempatfinal. Meski peluangnya sangat tipis.
‘’Mudah-mudahan kita bisa memanfaatkan pertandingan terakhir. Meski pun itu tipis, tapi Insyaallah tetap yakin. Karena semuanya bisa saja terjadi,’’ sebut pelatih dari Gondanglegi ini.
Hal senada disampaikan Hanif Sjahbandi. Gelandang timnas ini menilai, seluruh persiapan yang dilakukan Arema, sudah sangat bagus. Tetapi sepak bola, tidak bisa dihitung secara matematika.
‘’Bola itu bundar. Apapun bisa terjadi dan (hasil) ini tidak sesuai dengan harapan. Namun apapun itu, masih ada pertandingan berikutnya. Kami berharap bisa belajar dari pertandingan ini. Agar pertandingan berikutnya bisa lebih baik lagi,’’ katanya.
Pun dia melihat, masih ada peluang. Apapun bisa terjadi. Kalau pun saat ini Arema kalah, dia tetap optimis di pertandingan terakhir, skuad Singo Edan bisa memaksimalkan peluang.
‘’Kita harus bisa membangkitkan semangat dua kali lipat, tiga kali lipat saat lawan PSIS.
Karena boleh dibilang, itu pertandingan penentuan. Jadi kita harus menang. Karena hanya dengan itu, kita bisa lolos ke babak selanjutnya,’’ tandasnya.
Ya melihat peluang-peluang yang didapatkan Arema, terutama di babak kedua, andai bisa dikonversikan menjadi gol, bisa jadi situasinya berbeda. Satu gol yang dibuat yang terjadi di menit 54, harusnya bisa menjadi kebangkitan Arema. Gol yang dibuat Feby Eka Putra, setelah kemelut dalam kotak penalti Barito Putera, sukses dimanfaatkan secara baik. Dan memang benar. Pertandingan sontak berjalan lebih menarik. Tempo permainan menjadi meningkat, karena Barito Putera dan Arema FC saling bergantian melakukan serangan.
Di penghujung laga, Arema FC hampir saja menyamakan skor. Wasit memberikan penalti setelah Johan Alfarizi, dijatuhkan di kotak terlarang. Sayang Bruno Smith gagal menjalankan tugasnya.
Tak lama setelah itu, Arema FC terpaksa bermain dengan sepuluh pemain, karena Alfarizi diusir wasit. Keunggulan Barito Putera tetap bertahan hingga pertandingan selesai. Hasil ini melanjutkan tren tak terkalahkan Barito Putera. Pada pertandingan perdana armada Djadjang Nurdjaman tersebut menahan PSIS Semarang dengan skor 3-3. (rdt)
Susunan pemain
Barito Putera: Muhammad Riyandi; Bagas Kaffa, Cassio De Jesus, Muhamad Firli; Rifky Suryawan, Bayu Pradana, Alif Jaelani, Luthfi Kamal; Beni Oktovianto, Ambrizal Umanailo, Bissa Donald.
Arema FC: Teguh Amirudin; Caio Ruan, Bagas Adi, Hanif Sjahbandi, Johan Alfarizi; Dendi Santoso, Jayus Hariono, Sandy Ferizal; Feby Eka Putra, Kushedya Hari Yudho, Dedik Setiawan.