Malang – Perhelatan turnamen pramusim Piala Menpora 2021, tak hanya menjadi momen kebangkitan kembali dunia persepakbolaan di Tanah Air. Pasca vakum hingar bingar kompetisi dalam setahun terakhir, karena pandemi coronavirus disease 2019 (Covid-19). Namun juga menjadi sinyal, manajemen Arema FC kembali menyusun planning baru. Untuk melakukan public expose, di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI).
Manajemen Arema FC sendiri, telah menggaungkan rencana go public pertama kali, jauh-jauh hari pada 13 November 2019 silam. Hanya saja ancang-ancang take-off di BEI, untuk memulai go public pada April 2020 lalu harus tertunda. Ada kendala non teknis. Yakni mewabahnya virus asal Wuhan, Hubei (China) tersebut. Bencana global yang melumpuhkan aspek perekononian lintas sektoral di Tanah Air dan dunia.
‘’Setahun terakhir dampak dari pandemi Covid-19, tidak hanya menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat. Juga memaksa aktivitas sepak bola semua level kompetisi terhenti. Tetapi juga menjadi momok pergerakan pasar modal Indonesia. Termasuk BEI yang terus berjuang agar dunia pasar modal Indonesia tetap stabil,’’ ujar General Manager PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (PT ABBI), Ruddy Widodo.
‘’Sejatinya sejak November 2019, kami ada rencana paling lambat April 2020, sudah harus melepas saham di BEI lewat penawaran umum perdana saham atau IPO (Initial Public Offering, Red.). Baik due diligence meeting maupun public expose,’’ ungkapnya.
Kembali menggeliatnya aktivitas sepak bola nasional, melalui penyelenggaraan turnamen Piala Menpora 2021, dinilainya paling tidak mampu kembali menaikkan sisi entertain dan imej klub sepak bola.
Termasuk tim Singo Edan, yang dikenal memiliki salah satu basis suporter terbesar. Tak hanya di Indonesia namun juga ASEAN maupun Asia. Terlebih nilai jual dan pamor tim ini, yang tiga tahun beruntun mendapatkan AFC Club Professional Licensing dengan status Granted, tahun 2018, 2019, dan 2020.
‘’Mari kita bersama-sama ikut menyukseskan penyelenggaraan turnamen Piala Menpora 2021. Sama-sama disiplin menerapkan protokol kesehetan Covid-19 secara ketat. Tentu dari sana akan memberikan dampak positif bagi digelarnya kompeitsi Liga 1 2021. Yakni turun izin dari pihak kepolisian. Ini semua tentu juga membawa efek positif bagi Arema untuk kembali merancang masuk BEI,’’ imbuhnya.
Dikatakan pria asal Madiun tersebut, go public bagi Arema FC, merupakan terobosan baru dan positif untuk sebuah klub agar lebih profesional. Melepas saham di BEI lewat penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering (IPO), yakni due diligence meeting dan public expose. Sehingga Arema akan memperoleh modal besar, untuk mengembangkan industri sepak bola.
“Kami berharap ada angin segar dengan suksesnya Piala Menpora 2021 yang akan berlanjut ke Liga 1 2021. Melepas saham di BEI, merupakan acuan standar kualitas manajemen klub dalam pengembangan sepak bola modern.’’
‘’Tapi kita tidak ingin diperbandingkan dengan Bali United, yang sudah siap dari semua sisi dan sudah IPO di BEI, lewat proses panjang dan matang. Arema sebenarnya juga tidak kalah. Ada beberapa faktor yang Bali United ada, namun tidak dimiliki Arema. Begitu juga sebaliknya,’’ imbuh Ruddy.
Berapa berapa persen saham yang akan dilepas Arema, juga sangat tergantung kepada pemilik saham Arema. Meski prediksinya pada kisaran 30 persen dan tak sampai di atas angka 50 persen.
Kepemilikan saham Arema saat ini, terdiri dari 70 persen dimiliki Iwan Budianto. Sisanya 30 persen atas nama CEO tim, Ir. R. Agoes Soerjanto.
Sebagai acuan, Bali United melepaskan 33,3 persen lembar saham mereka ke lantai bursa. Atau sebanyak 2 miliar lembar, dengan nilai Rp 175 per lembarnya. (act/rdt)