Malang – Viral foto dan informasi di media sosial Fesbuk dan WhatsApp. Jika pembunuh Ayu ditangkap polisi. Apakah dia pelaku utama? Di’s Way Malang Post, Rabu (24/3) menghubungi sejumlah warga Sitirejo. Sebagian orang tahu dari informasi fesbuk, jika pelaku ditangkap di Pasuruan. Pelaku seorang sopir truk. Dia sendiriankah?
“Iya baru tahu Mas. Dari Fesbuk. Pelakunya satu. Alhamdulillah. Moga dihukum yang setimpal,” ungkap Beki, salah satu paman Ayu saat dihubungi melalui ponsel pukul 13.05.
Beda lagi seorang warga Kedungkandang yang bekerja di dekat kafe 88. “Kata teman saya, pelakunya sopir truk ya Mas? Orang mana?,” tanya pembaca setia DI’s Way Malang Post ini. Rumor beredar, korban Ayu terjerat cinta segitiga. Bahkan adapula yang menyebut korban cinta segi empat. Faktanya, masih didalami penyidik Polres Malang.
“Maaf Mas. Saya tidak bisa komentar. Besok rencananya dirilis bapak (Kapolres–red) langsung,” ungkap Kapolsek Pakisaji, AKP Edi Purnama kepada sejumlah wartawan.
Rabu siang, pemandangan berbeda terlihat di tempat kerja korban Ayu, Kafe 88. Pagar tertutup rapat tergembok. Seolah tutup, meski entah nanti malam akankah buka menerima tamu. Sementara sore, masih membanjir para petakziah ke rumah duka di Dusun Lemahdhuwur, Desa Sitirejo, Wagir, Kab Malang. Di sudut-sudut kampung, masih banyak warga mengobrolkan kisah tragis Ayu.
Sebelumnya, dua pelaku diduga pembunuh pemandu lagu, diamankan Reskrim Polsek Pakisaji dan Buser Polres Malang. Ungkap ini terbilang cepat. Kurang dari 24 jam atau hanya 10 jam usai ditemukan jenazah Setya Nurmiati alias Ayu (21) Selasa (23/3) pukul 15.30.
Dua pelaku kenal korban. Tapi saat kejadian, beda perbuatan. Ada indikasi sempat terjadi penganiayaan. Jauh sebelum korban ditemukan tewas. Terpisah, Selasa (23/3) pukul 23.00, korban telah menjalani otopsi di RSSA. Hasilnya, pinggul korban remuk, cedera di kepala dan cairan di bagian vital.
Faktanya, tidak ada luka tusuk di lambung kanan korban. Ada indikasi aktivitas seksual. Sepintas, banyak tanda-tanda badan korban dihantam benda keras. Luka lecet di kaki, pertanda korban sempat terseret atau berpindah dari satu titik ke titik lainnya.
Selasa malam, di halaman kamar mayat, sejumlah kerabat menunggu. Diantaranya Eko Hermansyah (30) kakak korban, Kasun Lemahdhuwur, Sardi–paman korban dan seorang tetangga.
“Orangtuanya sudah meninggal. Belum menikah,” ungkap tetangga dekat rumah korban yang ikut malam itu. Pukul 24.00, jenazah diantarkan ambulan Trenggana sampai di rumah duka. Puluhan warga bertakjiah. Tangis keluarga tak tertahankan. Begitu juga, pamannya. Airmata menetes perlahan. Ia berusaha menahannya. (san/jan)