Benar-benar tragedi yang memilukan. Seorang ibu yang baru melahirkan anak kembar nekat terjun ke Sungai Brantas. Tragedi ini dialami Siti Chotimah, 41, tinggal di Desa Sukoharjo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Diduga kuat korban mengalami baby blues usai melahirkan.
Jenazah korban ditemukan di Bendungan PJT/PJB PLTA Sengguruh, Desa Sengguruh Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (20/3). “Dipastikan jenazah Siti dari ciri-ciri korban. Jenazah tersangkut di trashrack intake gate Bendungan Sengguruh,” kata Kapolsek Kepanjen, Kompol Yatmo, kepada DI’s Way Malang Post, kemarin.
Korban diketahui ber-KTP Jl Peltu Sujono 52 RT01/RW02 Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Namun, korban bersuami warga Desa Sukoraharjo, Kepanjen. Korban nikah siri dengan Rudi Sudarwanto.
Sebelumnya, Kamis (18/3) malam, keluarga korban melapor ke Polsek Kepanjen sesuai LP-B/27/III/RES.1.24/2021/RESKRIM/MALANG/SPKT POLSEK KEPANJEN. Malam itu, Siti pergi dari rumahnya di Dusu Ketapang, Sukoraharjo.
Siti meninggalkan sepucuk surar bertuliskan “Yank Aq Pergi, Istrimu”. Barulah esoknya, Jumat (19/3) pagi, ditemukan sepasang sandal pink milik korban di atas jembatan Sukoharjo. Ada dugaan korban menceburkan diri ke Sungai Brantas usai melahirkan dua putri kembar dua minggu lalu.
Puluhan anggota relawan dan SAR melakukan pencarian dengan menyisir Sungai Brantas. Akhirnya korban ditemukan tak bernyawa di Bendungan Sengguruh pada Sabtu (20/3).
Rudi Sudarwanto saat ditemui anggota Polsek Kepanjen, relawan maupun perangkat desa setempat, menegaskan tidak ada masalah dalam keluarga. Siti tidak mengeluh soal apapun seusai melahirkan pertama kali dengan dua anak kembar.
“Kami tidak bertanya detail karena rasa kemanusiaan pada keluarga yang berduka. Dia bercerita sendiri bahwa tidak ada masalah, baik ekonomi atau masalah lainnya,”kata seorang anggota polisi.
Warga, perangkat desa dan polisi mengetahui, Siti dan Rudi menikah siri. Siti tinggal bersama keluarga Rudi sudah setahun terakhir. Rudi mengenal dan bertemu Siti di Malang.
Seorang warga menyebut, Siti pernah bekerja di warung makan seputaran Jl Irian Jaya, Kota Malang. Keduanya saling akrab dan memeutuskan menikah. Rudi sendiri pernah menikah. Sedang Siti menikah untuk pertama kalinya. Dari hubungan mereka berbuah anugerah. Yaitu, kelahiran dua putri kembar pada Minggu (7/3).
Persalinannya lancar. Kondisi bayinya juga sehat. Betapa bahagia datangnya kedua bayi di kediaman Rudi. Siapa sangka belum genap 2 minggu terjadi tragedi yang memilukan ini.
Diceritakan Aminuddin, Ketua RW Ketapang, Kamis (18/3) malam, Siti sempat mencari pulpen. Ia juga minta maaf tidak bisa membantu sang suami yang mencuci piring sendiri karena masih lemas usai melahirkan.
Sekitar pukul 21.30 WIB, Siti bergegas meninggalkan rumah dan menaruh selembar kertas bertuliskan pamit pergi. Saat itu suaminya tertidur saat menonton televisi. Tidak ada gejala aneh dari sikap Siti di malam itu.
Banyak komentar netizen terkait kejadian ini. Mereka menyebutnya depresi paska-melahirkan atau dikenal dengan sebutan baby blues. Tidak ada yang menduga bahwa kasuistisbaby blues yang dialami Siti memicu aksi bunuh diri.
“Baby blues mungkin, ya. Itu seperti depresi bisa sampai gangguan kejiwaan yang dialami ibu baru pertama kali melahirkan,” tulis seorang netizen mengomentari berita Malang-post.com.
Baby blues syndrom bisa sangat berbahaya. “Apabila tidak ada perhatian, stres post partum dan berlanjut pada baby blues. Jika menetap akan jadi gangguan jiwa yang menetap,” komentar lain.
Netizen berinisial AR ini melanjutkan, pasca-persalinan 3 – 5 hari pertama ditandai dengan rasa tidak percaya sudah melahirkan bayi. Terus tidak percaya diri menggendong bayi. Suka sedih sendiri tiba-tiba merasa menderita. Kalau sampai menangis sendiri tanpa sebab itu sudah parah. (Santoso FN-Eka Nurcahyo)