Malang – Peran perawat perlu mendapat apresiasi. Terutama di masa pandemi. Mereka berinteraksi langsung dengan pasien di garis depan. Totalitas perawat dalam menjalankan tugas penuh risiko ini, merupakan salah satu kekuatan utama menanggulangi Covid-19 di Indonesia.
‘’Peran perawat ini sangat krusial. Kawan-kawan dokter tidak bisa bekerja sendiri tanpa dukungan kawan-kawan perawat. Kita tahu mereka bekerja sangat komprehensif. Mereka bisa menjadi motivator dan pada saat awal pandemi, advokasi kawan-kawan perawat sangat luar biasa, dalam mencegah timbulnya stigma negatif bagi pasien Covid-19,’’ jelasnya Dr. Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc, Kapusdik SDM Kesehatan Kemenkes.
Kata Sugiyanto, para perawat ini datang bertugas, harus meninggalkan keluarga. Semata-mata agar pasien tersebut cepat sembuh. Mereka menjadi ujung tombak pada masa pandemi ini.
Sedangkan Harif Fadillah, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), juga memberikan apresiasi kepada para perawat yang. Yang hingga kini, masih berjuang menanggulangi pandemi.
‘’Secara umum, tugas perawat itu memberikan asuhan keperawatan. Baik saat pandemi maupun sebelum pandemi. Memang ada tantangan tersendiri, saat pandemi seperti saat ini. Seperti sifat penyakitnya yang mudah menular. Perawat harus lebih hati-hati, waspada, serta disiplin. Jumlah pasien yang tinggi juga memberikan beban yang lebih dari biasanya,’’ jelasnya.
Dalam tugasnya, Harif menjelaskan, ada pembekalan yang diberikan untuk menangani pasien Covid-19 di lapangan. Termasuk pelatihan basic life support. Tidak terbatas diberi perhatian fisik. Perawat juga harus memberikan motivasi, kemauan ingin sembuh, kemandirian, termasuk memberikan semangat kepada pasien.
‘’Bagi sahabat perawat, Hari Perawat Nasional ini adalah momentum yang baik untuk membuktikan, profesi kita mulia. Tetap bekerja secara profesional, menjaga etika yang tinggi, menjaga disiplin agar tidak tertular dan mengabdi pada negeri,’’ katanya.
Di kesempatan yangs ama, Evy Ina Sasauw, Perawat RSDC Wisma Atlet menceritakan pengalamannya di lapangan, saat merawat pasien Covid-19.
‘’Tentunya ada rasa takut tertular. Tapi kami sudah dibekali protokol pemasangan alat pelindung diri (APD). Kami juga saling mendukung dan saling mengingatkan, untuk istirahat yang cukup agar tidak stres. Makan makanan yang sehat dan bervitamin, agar tetap semangat melayani asuhan keperawatan kepada pasien,’’ ujarnya.
Menimbang risiko yang dihadapi tenaga kesehatan, termasuk perawat di dalamnya, Pemerintah memprioritaskan program vaksinasi pertama, untuk melindungi mereka dari tertular Covid-19. Dari survei internal PPNI, tentang penerimaan vaksinasi di kalangan perawat, 82 persen perawat juga bersedia mendapatkan vaksin pertama kali.
‘’Di Wisma Atlet, kami mendapat fasilitas untuk divaksinasi. Awalnya memang takut, tapi antusiasme perawat dan relawan yang tinggi, membuat kami bersedia mendapat vaksinasi pertama kali. Ternyata setelah divaksinasi tidak mendapat efek samping apa-apa,’’ terang Evy.
Tidak hanya untuk melindungi kalangan tenaga kesehatan saja, Evy juga berpesan kepada masyarakat, untuk menerima vaksinasi Covid-19 saat tiba gilirannya nanti.
‘’Untuk masyarakat, jangan ragu untuk divaksinasi karena kami sendiri tenaga kesehatan, khususnya di Wisma Atlet, yang sudah menjalankan vaksinasi tanpa ada efek samping apapun,’’ tegasnya. (rdt)