
Malang – Kepala Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Provinsi Jatim,
Muhammad Reva, ST, M. Sc menjelaskan apa itu ERIC-SWM kepada DI’sWay Malang Post. Kegiatan TPA ERIC merupakan kegiatan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Cipta Karya.
“BPPW sebagai pelaksananya. Kegiatan ini loandari Jerman. Sudah selesai 100 persen. Kami sudah serahterimakan ke Pemkot Malang,”jelas Reva, kemarin.
Ia berharap, TPA ERIC dapat dimanfaatkan dan segera dilakukan pemeliharaan oleh Pemkot Malang. Saat menjelaskan prolog di hadapan wartawan, Reza ditemani Ima, pejabat pembuat komitmen (PPK) BPPW.
Dijelaskan Reva, program ERIC merupakan hasil loan dari Jerman senilai Rp 230 miliar. Prosesnya sejak 2013. Namun, realisasi pelaksanaan tiga tahun anggaran sejak 2018 hingga berakhir Desember 2020.
“Teknisnya akan diserahkan ke Pemkot Malang. Nanti dianggarkan pemkot. Di sini ada jembatan timbang, sanitary landfill, sorting composting, kantor pengelola,” ungkap Reva.
Terpisah Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang, Drs Wahyu Setianto MM menjelaskan Kota Malang memiliki potensi volume sampah 700 ton per hari. Namun, hanya sekitar 400 ton sampah yang masuk TPA Supiturang. Sisanya masuk pengolahan di tempat lain seperti bank sampah, komposting, dan lainnya.
Ada gate yang memilah organik dan non-organik. Kemudian ada pencacahan sampah plastik dan komposting. Non-organik nanti akan masuk ke landfill dan menghasilkan licid.”Dari licid keluar gas. Ditangkap pipa-pipa itu. Ada koral, disitu sifatnya menyaring, pakai pipa-pia itu lalu masuk ke kolam. Gasnya bisa dimanfaatkan, masak, bahan bakar, dan lainnya, ” ungkap Wahyu.
Dipaparkan Wahyu, adanya TPA baru itu akan ada pengurangan sekitar 20-24 persen pemakaian lahan TPA utama atau lama. Lahan baru sanitary itu seluas 5 hektare lebih.
Hery, Kepala Bidang Perencanaan DLH kota Malang menambahkan, sampah akan melewati proses pemisahan residu di bangunan timbangan. Maksimal 50 ton sampah akan dipisahkan, antara organik dan non-organik.Harapannya, pengoperasian sistem sanitary landfill dapat segera berjalan.
Walikota Malang, Sutiaji, mengajak masyarakat mulai biasa menjalankan 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle). Salah satunya memisahkan sampah organik dan an-organik, sehingga nantinya bisa mendukung program ERIC system sanitary landfill.
“Kami segera laksanakan (pengoperasionalan sanitary landfill-red) dan kami siapkan tenaga terampil yang musti menjalani pelatihan dan sudah kami anggarkan,” ungkap Sutiaji.
Sutiaji juga mengungkapkan akan membuat kebijakan, tidak akan ambil sampahnya apabila masih campur. “Kami sudah sampaikan, sudah kami sosialisasikan ke ketua RT dan RW agar masyarakat memilah sampahnya,” papar Sutiaji.
Senada, Gubernur Khofifah mengungkapkan pentingnya sosialiasi dan gencarnya penerapan 3R. Termasuk sosialiasinya dan penerapannya di sekolah-sekolah. “Pola hidup sangat penting. Tidak buang sampah sembarangan. Memilah sampah, sampah kering dan basah, ” harap Khofifah.
Sepengetahuan Khofifah, sejumlah sekolah sudah menerapkan pemisahan sampah, baik sampah botol, plastik, sampah basah dan sampah kering. Nantinya, penerapan 3R dan pemisahan sampah itu mendukung proses sistem sanitary landfill.
“Outputnya sistem ini banyak. Sampah tidak beraroma juga. Pengolahan sampah di sini bisa jadi referensi bagi daerah-daerah lain,” kata Khofifah sembari menyebut pengolahan gas metan bisa menjadi sumber alternatif listrik.
Selain itu, menurut Khofifah, ada gedung yang khusus mengolah sampah menjadi kompos. Nantinya dapat bermanfaat penggunaannya bagi daerah sekitar, seperti untuk lahan pertanian di Kabupaten Malang dan Kota Batu. (san/jan)