
DUPLIK: Penasihat hukum terdakwa Rendra Kresna maupun Eryk Armando Talla akan menyampaikan duplik dalam sidang Selasa (20/04/2021) pagi ini.
Malang – Terdakwa Rendra Kresna (Nomor Perkara 84/Pid.Sus-TPK/2020/PN Sby) mengatakan bahwa bedah rumah, termasuk plesterisasi merupakan programnya saat menjadi Bupati Malang. Tapi program itu, tidak masuk dalam pembiayaan APBD. Dananya dari keikutsertaan para pengusaha, pemerintah desa maupun pihak lain yang berpartisipasi.
“Jadi plesterisasi, bedah rumah itu bagian dari Program Bina Desa. Ini diluar pembiayaan APBD. Saya mengajak rekanan pengusaha, pemerintah desa, untuk melakukan kegiatan bedah rumah. Tiap rumah biayanya Rp 7,5 juta sampai Rp 15 juta. Ada yang ikut satu rumah, ada yang satu rumah dibiayai bersama-sama beberapa pihak,” kata Rendra Kresna.
Menurut Rendra, mengapa program bedah rumah itu digencarkan di Kabupaten Malang, karena saat menjadi bupati dari data yang ia dapatkan, masih ada sekitar 100 ribu lebih rumah di Kabupaten Malang yang tidak layak huni. Ia mncontohkan, masih banyak satu rumah itu yang penghuninya tidur bersama kambing piaraannya.
“Ini yang harus diperbaiki. Biar jadi rumah yang sehat. Dari sekitar 750 ribu rumah, masih lebih dari 100 ribuan rumah yang tidak layak huni. Ini lalu dipaparkan. Siapa yang mau berpartisipasi. Jadi bukan hanya saudara Eryk saja, banyak perusahaan yang juga ikut berpartisipasi,” lanjut Rendra.
“Saudara tahu berapa sumbangan dari perusahaan-perusahaan yang ikut berpartisipasi?,” tanya JPU (Jaksa Penuntut Umum) KPK Joko Hermawan. “Saya tidak tahu. Teknisnya, mereka yang pegang komitmen sendiri mau memperbaiki berapa rumah. Terserah. Ada yang satu, ada juga satu rumah dibiayai bareng-bareng,” kata Rendra. “Berapa yang rumah yang sudah diperbaiki?,” tanya Joko. “Persisnya saya tidak tahu. Tapi yang pasti sudah ribuan rumah yang diperbaiki,” lanjut Rendra.
Terdakwa Rendra Kresna membeberkan program bedah rumah dan Bina Desa itu untuk membantah keterangan terdakwa Eryk Armando Talla (Nomor Perkara 82/Pid.Sus-TPK/2020/PN Sby). Sebelumnya, Eryk mengatakan, dari fee yang disetorkan pemenang lelang 2011, Mashud Yunasa (Direktur PT JePe Press Media Utama-Group Jawa Pos) sebesar Rp 4,8 miliar ada yang disetorkan ke Rendra Kresna.
“Dari total fee tersebut, ada yang saudara setorkan ke bupati? Rendra Kresna?,” tanya Jaksa KPK Eva Yustisiana. “Ada. Dari nilai proyek ada jatah untuk bupati itu 7,5 persen. Termasuk setoran Rp 500 juta di Pringgitan dan dana untuk kegiatan Bina Desa. Semua yang saya lakukan sudah sepengetahuan Pak Rendra,” kata Eryk.
Terdakwa Rendra Kresna yang tengah menjalani hukuman pidana dalam kasus pertama, dihadirkan dari Lapas Porong, Sidoarjo ke Pengadilan Tipikor, Surabaya, Selasa (2/3). Ia memberi keterangan sebagai terdakwa maupun sebagai saksi bagi terdakwa Eryk Armando Talla. Sedangan Eryk mengikuti jalannya sidang secara online dari Rutan KPK, Jakarta. Sidang digelar di Pengadilan Tipikor Surabaya dan dipimpin Ketua Majelis Hakim Dr Johanis Hehamony SH MH.
Terkait program bedah rumah tersebut, saksi Andinata Elianda (koordinator bedah rumah yang juga adik Eryk Armando Talla) saat memberikan keterangan pada sidang Selasa (2/2) lalu juga mengatakan, ada kucuran fee sebesar Rp 450 juta yang dipakai untuk mebiayai program bedah rumah.
“Saya disuruh menjabat sebagai direktur. Perusahaan itu Mas Eryk (terdakwa Eryk Armando Talla-red) yang pinjam bendera. Proses selanjutnya saya tidak tahu. Yang mengatur semuanya Mas Eryk. Saya cuma disuruh tanda tangan, diberi uang dan berangkat ke lokasi sebagai koordinator pogram bedah rumah. Dana awalnya Rp 15 juta,” kata Andinata.
“Berapa total anggaran yang dipakai untuk program bedah rumah tersebut?” kejar Jaksa Eva. “Total selama dua tahun saya diberi uang oleh Mas Eryk Rp 450 juta untuk plesterisasi tersebut. Saya mengkoordinasi tukang dan para pemuda yang mengerjakan bedah rmah itu. Bersama Pungki, teman Mas Eryk,” lanjut Andinata.
“Jadi Bedah Rumah ini program untuk kepentingan Rendra Kresna waktu jadi Bupati Malang, yang dibiayai oleh Eryk Armando Talla,” tegas Eva. “Ya, programnya Pak Rendra. Karena waktu peresmian Bedah Rumah itu yang meresmikan juga Pak Rendra Kresna,” kata Andinata.
Lebih lanjut Andinata menceritakan awalnya dia mendapatkan pekerjaan tersebut. “Saya diposisikan sebagai direktur. Perusahaannya pinjam bendera. Pak Eryk yang tahu. Ini karena aka nada pekerjaan maka didirikan CV. Saya tidak mengetahui prosesnya. Cuma disuruh tanda tangan. Proyeknya program plesterisasi. Program Bedah Rumah. Saya yang ditunjuk mencari rumah-rumah yang perlu direnovasi. Diplesterisasi,” kata Andinata. (azt/jan)