Pandemi Covid-19 berdampak pada semua lini. Perekonomian pun terpuruk. Kini butuh bangkit. Karena itu, Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko, mencari terobosan. Tak hanya wisata dan UMKM. Tanaman anggrek pun diharapkan menjadi komoditi ekspor.
Mengapa anggrek? Ternyata anggrek memiliki harga jual bagus. Anggrek Indonesia, termasuk dari Malang Raya, mempunyai peluang pasar internasional. Bahkan, ketika pandemi seperti sekarang, bisnis anggrek tidak terpuruk. Omsetnya malah meningkat.
Seperti dialami petani sekaligus penjual anggrek Kota Batu, Dedek Setia Santoso. Di awal masa pandemi omsetnya sempat turun. Namun, sejak bulan ketiga pandemi, omsetnya justru naik. Tembus Rp 2 miliar per bulan.
“Seiring berjalannya waktu, omset itu sedikit demi sedikit memang menurun. Namun, nilanya masih di atas ketika kondisi normal,” ujar Dedek Setia Santoso. Omset Dedek saat kondisi normal adalah Rp 200 juta sampai Rp 500 juta per bulan.
Obsesi Dewanti menjadikan anggrek komoditi ekspor disambut gembira para petani anggrek Kota Wisata Batu (KWB). Hanya saja, kesempatan emas itu masih terkendala proses perizinan. Tanaman anggrek merupakan salah satu tanaman yang dilindungi di Indonesia.
“Selama ini untuk ekspor anggrek memerlukan berbagai tahapan yang tidak mudah. Jika pemerintah mau mensuport dan memfasilitasi, ini merupakan salah satu hal yang sangat bagus. Seperti mimpi yang menjadi kenyataan,” kata Ketua Kelompok Tani Anggrek Sanderiyana Kota Batu, Fatkhul Yasin.(Ananto W-Eka Nurcahyo)