
TELUSURI: Dispussipda Kota Malang gelar workshop penelusuran arsip dan dokumen sejarah Kota Malang yang dimiliki perseorangan.( Foto: Joffa/HARIAN DI’S WAY MALANG POST)
Malang – Arsip sejarah Kota Malang yang dimiliki Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Malang masih terbatas kumpulan foto. Sementara itu, jumlah dokumen formal bernilai sejarah sangat sedikit.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Malang pun bergerak. Mengumpulkan berbagai elemen masyarakat di Atria Hotel, Hari ini. Sekaligus dipaparkan penelusuran arsip sejarah. Sebab arsip tersebut adalah jejak peradaban.
“Bukan hanya bermanfaat untuk sekarang. Tetapi, agar generasi 100 tahun kemudian tetap mengingat kita,” ujar Sekretaris Dispussipda Kota Malang, Lilis Furqoniyah Hayati.
Pemkot Malang lewat OPD perpustakaan, bertujuan melindungi arsip sejarah otentik. Namun, banyak arsip sejarah Kota Malang menjadi kepemilikan perseorangan. Pemkot Malang pun telah menyusun Ranperda. Agar kearsipan Kota Malang bisa bertambah dokumen sejarah dari perseorangan.
Kabid Kearsipan Kota Malang, Wahyu Hariyanto menambahkan. Mekanismenya, perda akan melahirkan perwal. Dalam perwal ini, akan ada pasal soal tim apraisal arsip. Termasuk, mekanisme ganti rugi arsip sejarah.
“Nantinya, akan ada perwal juga, untuk apraisal arsip sejarah. Dokumen milik perorangan, bisa dapat ganti rugi,” ungkapnya.
Saat ini, arsip sejarah milik Pemkot masih terbatas kumpulan foto. Jumlahnya sekitar 1500-an arsip. Sementara, arsip berupa dokumen otentik masih minim. Sebaliknya, dokumen otentik sejarah, banyak menjadi milik perseorangan.
Karena itu, momen ini menjadi pengingat masyarakat. Bahwa, OPD perpustakaan dan kearsipan sangat terbuka menerima dokumen sejarah. Terutama, dokumen otentik yang berkaitan dengan sejarah Kota Malang. Tujuannya bukan untuk kepentingan pribadi OPD atau Pemkot Malang.
Melainkan, demi keberlangsungan catatan peradaban. Sehingga, generasi 100 tahun lagi masih mengingat fakta sejarah Kota Malang. “Karena itu juga, kami mengundang banyak elemen dalam workshop ini. Misalnya organisasi masyarakat, komunitas sejarah dan tempat usaha,” tambahnya.
Semua peserta undangan workshop, berpotensi memiliki arsip sejarah. Menurutnya para peserta juga antusias. “Kebanyakan punya arsip sejarah dengan latar belakang masing-masing. Misalnya arsip sejarah masjid. Kemudian, arsip sejarah tempat usaha,” tegasnya. (jof/jan)