Malang – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merampungkan vaksinasi tahap pertama. Ini terealisasi karena gerak cepat Satgas Covid-19 internal kampus. Mereka mengajukan vaksinasi bagi dosen dan karyawan kepada Dinkes Kota Malang.
Gayung bersambut, 4-6 Maret 2021 dilakukan 300 vaksinasi kepada dosen dan karyawan. Prosesnya disentralkan di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Centre.
Zakarija Achmat S.Psi M.Si, Kepala Bagian Kepegawaian UMM. Ia menjelaskan, sebenarnya pemegang otoritas program vaksinasi adalah pemerintah. Namun pihaknya mengajukan vaksin bagi dosen dan karyawan melalui jalur Dinkes Kota Malang. Sekitar 300 vaksin yang sudah diterima, 240 di antaranya telah digunakan pada tiga hari pertama pelaksanaan.
“Mengingat hanya ada 300 vaksin, maka pimpinan universitas harus mengambil keputusan siapa yang didahulukan,” lanjutnya.
Pimpinan universitas didulukan, karena harus mengawal jalannya organisasi. Kemudian dilanjutkan pemberian vaksin kepada pimpinan fakultas serta para staf di bidang 1, 2, 3 dan 4.
“Di samping itu, para staf admin di lingkup fakultas juga didulukan. Mereka juga memberikan pelayanan langsung kepada mahasiswa. Insyaallah akan ada 300 vaksin lagi dalam beberapa hari ke depan. Peruntukannya bagi sekretaris prodi, kepala laboratorium, dosen senior dan juga satpam,” ungkapnya.
Senada dengan Zakarija, dr Thontowi Djauhari NS M.Kes juga mengatakan, pihaknya berinisiatif mengajukan program vaksinasi. Ada dua tahapan dalam memberikan vaksinasi. Jarak antara kedua tahap tersebut sekitar 14 sampai dengan 15 hari.
“Sampai saat ini kita belum menemukan efek samping yang berbahaya. Beberapa merasa mengantuk dan lapar. Ada juga beberapa yang mengeluh pusing,” imbuh Ketua Satgas Covid-19 UMM ini.
Dokter RS UMM ini menyebutkan, kendala yang dihadapi. Salah satunya kurang akuratnya informasi yang diperoleh masyarakat. Sehingga banyak asumsi-asumsi yang salah terkait vaksinasi.
Ia juga berharap agar vaksinasi yang dilakukan dapat memimalisir penularan di kemudian hari. Meski ia akui bahwa vaksin Sinovac ini, tingkat efikasinya belum terlalu tinggi, yakni sekitar 65 %.
Sementara itu, Dr Hj Nurul Zuriah, M.Si selaku Kepala Divisi Penelitian DPPM UMM membagikan pengalamannya saat menerima vaksin. Awalnya, para peserta harus melalui proses screening terlebih dahulu sebelum dilakukan vaksinasi.
“Kami ditanya-tanya terkait penyakit komorbid, apakah pernah asma, jantung atau bahkan paru-paru. Tentu saja saya berharap vaksinasi ini bisa meningkatkan kinerja karena membuat kami merasa aman dan nyaman. Mudah-mudahan penademi bisa segera berlalu,” harapnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Dimas Prasetyo S.Pd, staf Internastional Relation Office (IRO). Ia mengatakan, rasanya tidak jauh berbeda dengan suntikan biasa. Ia juga menganggap bahwa vaksinasi ini adalah bentuk ikhtiar untuk terus menjaga kesehatan.
“Mungkin nanti setelah 14 hari, kami akan menerima tahap vaksinasi yang kedua,” pungkasnya. (roz/jan)