Surabaya – Smart farming, salah satu program Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim 2021. Meliputi peningkatan kapasitas produksi, intensifikasi pertanian, pengamanan produksi pasca panen. Lainnya, meningkatkan nilai tambah dan daya saing, melalui sistem jaminan mutu dan pengolahan hasil. Perluasan jaringan pemasaran dengan penetrasi pasar dan menambah mitra dagang, baik domestik maupun internasional.
“Kami terus mengembangkan pertanian modern melalui korporasi petani. Penggunaan mekanisasi pertanian, mendorong pengembangan smart farming. Ini upaya meningkatkan volume ekspor dan ragam komoditas ekspor. Targetnya, peningkatan produksi, produktivitas, mutu hasil pertanian dan berdaya saing,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Dr Ir Hadi Sulistyo MSi.
“Termasuk pengembangan cooperative farming. Penanganan pasca panen, pengolahan hasil tanaman pangan. Tapi harus merupakan langkah bersama dan terintegrasi, berkelanjutan. Ini didukung oleh berbagai pihak dalam pembangunan sistem perbenihan, produksi hingga logistik secara komprehensif,” Hadi Sulistyo menjelaskan.
Bisa melalui kawasan Serealia, aneka kacang dan umbi. Target pengembangan komoditi hortikultura di Jatim, untuk meningkatkan produksi dan daya saing. “Baik yang bersifat inisiasi maupun insentif untuk mendorong terbentuknya sistem agribisnis hortikultura yang tangguh dan berkelanjutan,” katanya.
Soal kondisi lahan sawah yang berubah fungsi jadi non-sawah di Jatim, juga menjadi perhatian. Ia menyatakan, alih fungsi lahan pertanian di Jatim memang berpotensi meningkat sepanjang tahun.
Perubahan tersebut bermacam-macam, mulai dari perumahan, industri hingga pergudangan. Salah satu penyebabnya, karena belum semua kabupaten dan kota di Jawa Timur memiliki Perda tentang Lahan Pangan Produktif Berkelanjutan (LP2B).
Maka Jatim tidak melakukan cetak sawah. Namun melakukan perluasan areal tanam dan memanfaatkan lahan kering. Bisa juga bekerja sama dengan Perhutani untuk menambah luas pertanaman.
“Selain itu, juga dilakukan peningkatan kapasitas produksi dengan meningkatkan indeks pertanaman. Khususnya pemanfaatan benih varietas unggul, yang memiliki produktivitas tinggi,” kata Hadi Sulistyo. (azt/jan)