Malang – Ulat Hong Kong bagi masyarakat Indonesia sudah umum. Tapi yang tidak umum adalah, penerapan untuk pemenuhan gizi kasus stunting. Ternyata dibalik bentuknya seperti itu, ulat jenis ini menyimpan kandungan nutrisi tinggi.
Sekelompok mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (UB) yang mengembangkannya. Inovasi ini berbentuk biskuit berbahan ulat Hong Kong. Diberi nama Biskot.
Biskot bisa digunakan untuk pengobatan terhadap anak-anak yang mengalami kekerdilan (stunting). Sularso, mahasiswa Fapet UB, mewakili timnya menjelaskan. World Health Organization (WHO) tahun 2014 mencatat 24,5 persen balita di dunia mengalami kekerdilan.
“Indonesia merupakan negara dengan prevalensi kekerdilan terbesar kelima. Yakni 36 persen (dari 7.547 jumlah anak stunting) pada tahun 2019,” katanya kemarin.
Melihat kondisi tersebut, timnya berupaya mencari inovasi mengembangkan produk-produk inovatif dari peternakan. Agar bisa membantu menyelesaikan permasalahan bidang kesehatan, termasuk kekerdilan.
Kandungan protein pada larva ulat Hong Kong, cukup tinggi, yaitu 47,44 persen. Kadar lemak 21,84 persen serta asam amino berupa taurin sebesar 17,53 persen. Tiga kandungan ini sangat dibutuhkan pada masa tumbuh kembang anak.
Taurin merupakan asam amino terbanyak kedua dalam ASI. Fungsinya, sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam proses pematangan sel otak.
“Ulat Hong Kong atau meal worm, biasanya dibudidayakan untuk pakan unggas. Karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Namun sebenarnya, ulat ini termasuk dalam ordo coleoptera. Merupakan ordo keempat. Artinya, paling banyak dikonsumsi manusia,” kata Sularso
Proses pengolahannya, ulat Hong Kong dicuci bersih dan dikeringkan. Kemudian dioven. Selanjutnya dihaluskan menggunakan blender dan disaring airnya. Kemudian dicampur ke dalam adonan terigu, gula dan telur.
Penelitian dilakukan Retno Nur Fadillah, Sularso, Yasri Rahmawati, Hendarto, dan Zuhdan Alaik di bawah bimbingan Dr Dedes Amertaningtyas S.Pt.,MP. Mereka berhasil memboyong medali perak dalam ajang internasional bertajuk Asean Innovative Science Environmental and Entrepreneur Fair (AISEEF) 2021.
AISEEF merupakan kompetisi internasional tahunan antar universitas se-Asia dalam bidang science, lingkungan dan entrepreneurship. Diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) pada 18 sampai 22 Februari 2021.
Ada empat kategori yang dilombakan, yaitu entrepreneur (business plan, management, marketing), social science, environmental science (interaksi komponen fisik, kimia dan biologi lingkungan serta hubungan dan efek komponen tersebut dengan organisme pada lingkungan) serta innovation science (inovasi dalam bidang Fisika Terapan, Kimia dan Biologi dapat berupa produk aplikasi, alat peraga dan temuan kreatif).
Kegiatan tersebut terlaksana atas kerja sama dengan Food Technology Department-Institut Pertanian Bogor (IPB), Nutrition Department-Universitas Diponegoro (Undip), Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L), Yayasan Prestasi Pendidik Indonesia, Himpunan Pegiat Adiwiyata Indonesia Malang Raya, dan AISEEF Organizing Committee. (roz/jan)