Malang – Pendidikan karakter harus diajarkan kepada anak sejak dini. Namun sayangnya, sinetron maupun tontonan lain yang tidak sesuai usia datang menerpa.
Sulit dihindari, bahkan sepertinya tidak mungkin. Apalagi saat pandemi covid-19. Pembelajaran dilakukan daring. Usai webinar atau zoom dengan gurunya, bagi anak putri bisa langsung klik drakor.
Bagi anak putra, bisa klik langsung game online. Ini menjadi faktor yang menghalangi bertumbuhnya karakter baik pada anak. Matang sebelum waktunya. Butuh kedekatan dan bimbingan orantua.
Ini menjadi dasar pemikiran tiga mahasiswa, yaitu Nurliawati Dide, Syahrotul Latifah dan Alvi Syauqie. Mereka merumuskan dan meramu aplikasi tandingan.
Dide menceritakan, ide pembuatan aplikasi ini berasal dari keresahannya, terhadap tontonan anak yang tidak sesuai dengan usianya.
“Ketidaksesuaian tontonan dan usia anak ini, menyebabkan anak berperilaku buruk karena menirunya. Seperti perundungan (buliying), pencurian, tawuran hingga malas belajar,” kata mahasiswa asal Maluku Tengah tersebut, kemarin.
Maka, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini melahirkan solusi. Mereka menciptakan aplikasi pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis cerita rakyat.
Diberi nama Citra, akronim dari Cerita Rakyat. Aplikasi ini, diciptakan sebagai sarana pembentukan karakter pada anak usia 7-18 tahun.
Dide kembali menguraikan, bahwa pembuatan aplikasi ini didasarkan pada program pemerintah. Yaitu, PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) pada jenjang pendidikan.
Sasarannhya, membentuk lima nilai karakter utama pada anak. Antara lain, religius, gotong royong, mandiri, integritas dan nasionalis.
“Kita ambil dasar dari PPK. Kami juga membagi materi cerita per jenjang pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas. Hal ini, dilakukan agar para siswa dapat memperoleh materi sesuai dengan usia dan jenjang pendidikannya,” lanjut Dide.
Dijelaskan cara kerja aplikasi tersebut. Pada menu utama, aplikasi dibagi menjadi tiga kategori. Yaitu SD, SMP dan SMA.
Kategori tersebut kembali dibagi menurut tingkatan kelas di jenjang SD-SMA. Setelah siswa memilih kelas, maka aplikasi akan memunculkan cerita rakyat dan permainan.
“Masing-masing jenjang memiliki cerita dan permainan yang berbeda. Pada jenjang SD cerita rakyat berisi sinopsis bersuara. Lalu tampilan akan berganti secara otomatis menjadi video animasi. Di jenjang SMP dan SMA cerita rakyat dikemas dalam bentuk komik,” jelas mahasiswa pendidikan Bahasa Indonesia tersebut.
“Detailnya, untuk SMP kami menggunakan permainan kuis bola yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait isi cerita rakyat. Sementara di jenjang SMA kami menggunakan permainan kata baku yang dikemas dalam bentuk roda berputar,” lanjutnya.
Dide dan tim mengajukan rancangan ini pada Program Kreativitas Mahasiswa – Karsa Cipta (PKM-KC) 2020. Haslnya lolos sampai tahap pendanaan Ditjen Dikti.
Saat ini, pembuatan aplikasi Citra telah sampai pada tahap desain prototipe aplikasi. Selanjutnya, aplikasi ini akan di daftarkan untuk memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HKI).
“Saya berharap ketika aplikasi ini telah dirilis dan disebarkan ke masyarakat dapat membantu anak-anak dalam proses pembelajaran karakter,” tandasnya. (roz/jan)