Jakarta – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), tingkat kabupaten/kota di Pulau Jawa – Bali, sudah memasuki tahap ketiga. Bersamaan dengan penerapan PPKM mikro tingkat RT/RW.
Ada tujuh provinsi yang menerapkannya. DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Secara umum, perkembangan intervensi ini sudah menunjukkan hasil. Terlihat dalam empat indikator. Kasus aktif menurun, kesembuhan meningkat meskipun kematian sedikit menurun, serta keterisian tempat tidur pasien pun menurun.
‘’Perkembangan kasus aktif secara umum masih fluktuasi. Rata-rata baru menunjukkan penurunan pada periode PPKM tahap ketiga,’’ jelas Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, saat memberi keterangan pers perkembangan penanganan Covid-19 di Graha BNPB. Yang juga disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Tren menurun PPKM tahap ketiga di setiap provinsi, terlihat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Bali dan DI Yogyakarta. Bahkan di Jawa Timur, tren menurun sudah terlihat sejak PPKM tahap kedua. Namun di Jawa Tengah, trennya terlihat fluktuatif dan cenderung meningkat. Hal ini terlihat sejak PPKM pertama.
‘’Dampak positif yang sudah mulai terlihat, seharusnya menjadi motivasi untuk terus menekan laju penularan. Serta meningkatkan pelayanan kesehatan untuk pasien positif. Agar kasus aktif dapat segera menurun,’’ lanjutnya.
Tren positif juga terlihat pada perkembangan tren kesembuhan, yang terus meningkat. Terjadi pada DKI Jakarta, Bali dan Jawa Timur. Peningkatan terjadi saat memasuki PPKM tahap ketiga.
DI Yogyakarta dan Banten, malah terlihat lebih awal. Saat memasuki PPKM tahap kedua. Namun, di Jawa Tengah cenderung datar. Bahkan sedikit menunjukkan penurunan pada PPKM tahap ketiga.
Melihat persentase kesembuhan, ada beberapa provinsi yang meningkat tajam. Diantaranya DKI Jakarta, meningkat tajam dari 89,22 persen ke 94,36 persen. Banten dari 52,43 persen ke 72,97 persen dan DI Yogyakarta dari 66,31 persen ke 75,60 persen.
‘’Saya berharap, pelaksaanaan PPKM mikro dapat terus meningkatkan persentase kesembuhan. Terutama daerah-daerah yang menunjukkan tren yang datar, maupun penurunan kesembuhan,’’ tambah Prof. Wiku.
Selanjutnya tren kematian cenderung bervariasi. Belum menunjukkan perubahan yang signifikan pada beberapa provinsi. Khusus DKI Jakarta, konsisten menunjukkan penurunan sejak PPKM tahap 1.
Penurunannya dari 1,72 persen ke 1,58 persen atau turun sebesar 0,14 persen. Namun, provinsi lainnya, perkembangannya fluktuatif dan cenderung meningkat. Seperti Jawa Barat, trennya terlihat menurun sebelum PPKM. Namun sempat naik pada PPKM tahap kedua.
Lalu, Bali trennya meningkat pada PPKM tahap pertama dan cukup tajam dibandingkan sebelum PPKM. Namun Bali berhasil menurunkan persentase kematiannya pada PPKM tahap kedua dan ketiga.
Pada provinsi lain seperti Banten, DI Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur menunjukkan peningkatan persentase kematian. Bahkan DI Yogyakarta menunjukkan kenaikan sebesar 0,22 persen dibandingkan sebelum PPKM berlangsung.
Untuk itu dampak positif pada kasus aktif dan kesembuhan, tidak serta merta dapat berdampak positif pada perkembangan kematian. Karena PPKM dapat dikatakan berhasil, apabila seluruh indikator yang ditetapkan, menunjukkan perkembangan ke arah yang positif.
‘’Untuk itu angka kematian harus betul-betul kita tekan secara maksimal. Satu kematian saja terbilang nyawa. Kita tidak dapat mentoleransi kenaikan kematian,’’ demikian Prof. Wiku. (* rdt)