Menempati peringkat tiga besar penyebab gangguan kesehatan kronis di dunia, kas obesitas kini menjadi tantangan terbesar kesehatan masyarakat secara umum. Sejak tahun 1980, obesitas terus meningkat di dunia. Tercatat di tahun 2014, ada lebih dari 1,9 miliar orang berusia 18 tahun keatas memiliki berat badan yang berlebih, lebih dari 600 juta diantaranya mengalami obesitas. Di Indonesia, sejak tahun 2007 hingga 2018, proporsi berat badan lebih dan obesitas pada dewasa selalu mengalami kenaikan. Dan obesitas menjadi penyebab kematian populasi di berbagai negara.
Obesitas sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu ob yang berarti “akibat” dan esum yang artinya “makan”. Sehingga dapat didefinisikan, obesitas adalah suatu keadaan terjadinya penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebih. Seseorang dapat dikategorikan ke dalam obesitas jika indeks massa tubuh (IMT) ≥27,0. IMT dapat diukur dengan cara membagi berat badan (Kg) dengan kuadrrat tinggi badan (m2). Kondisi obesitas ini dipengaruhi oleh pola makan yang buruk seperti kebiasaan konsumsi camilan atau makanan ringan yang berlebih, makanan instan dan fast food dimana makanan tersebut memiliki kandungan kalori dan lemak yang tinggi serta rendah serat.
Dengan mencukupi serat, berat badan pada penderita obesitas dapat diturunkan, tentunya dengan aktivitas fisik yang rutin. Dianjurkan bagi orang dewasa untuk konsumsi serat pangan berkisar antara 20 sampai 35 gram per hari.
Serat dahulu sering kali hanya dianggap untuk pencahar perut. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa serat sangat baik untuk kesehatan karena selain mencegah sembelit, serat juga dapat mencegah wasir, kanker dan sakit pada usus besar serta membantu menurunkan kadar kolesterol, kontrol kadar gula darah dan menurunkan berat badan.
Konsumsi serat pangan yang cukup dapat menunda pengosongan makanan dari lambung karena serat pangan mempunyai kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan, dengan adanya cairan kental tersebut, isi saluran cerna tidak akan segera bercampur dengna enzim-enzim pencernaan sehingga akan terjadi penurunan penyerapan zat-zat makanan, seperti asam amino dan asam lemak, di usus. Sehingga dapat menurunkan keinginan untuk terus makan karena tertundanya rasa lapar.
Serat juga dapat mengendalikan kadar kolesterol darah sehingga dapat mencegah penyumbatan pembuluh darah karena timbunan kolesterol yang menjadi bahan dasar pembentukan asam empedu. Serat makanan bersifat menyerap asam empedu yang nantinya akan dibuang bersama feses di dalam pencernaan. Asam empedu yang berfungsi mengemulsi lemak menjadi asam lemak di dalam pencernaan nantinya akan dibuang bersama feses dan stoknya didapatkan dari pembentukan asam empedu baru dari kolesterol yang ada di dalam darah. Sehingga pengosongan asam empedu di dalam sistem pencernaan turut menurunkan kadar kolesterol darah yang nantinya dapat menurunkan risiko penyumbatan pembuluh darah.
Selain itu serat dapat mencegah kanker usus karena serat pangan memiliki daya serap air yang tinggi. Keberadaan serat pangan dalam feses menyebabkan feses dapat menyerap air yang banyak sehingga volumenya menjadi besar dan teksturnya lunak. Ukuran feses yang besar akan mempercepat kontraksi usus untuk lebih cepat buang air sehingga waktu transit makanan di dalam usus lebih cepat.
Kanker usus sendiri disebabkan karena adanya kontak sel-sel mukosa usus besar dengan zat-zat karsinogenik yang berasal dari makanan yang mengandung prekursor yang bereaksi dengan enzim pencernaan dan aktivitas flora usus. Kontak senyawa karsinogenik dengan sel usus dapat menyebabkan sel usus berubah menjadi sel kanker.
Umumnya seseorang dengan konsumsi serat yang kurang memiliki feses berukuran kecil dengan tekstur keras. Feses yang berukuran kecil dan keras menyebabkan transit makanan menjadi lama yang berakibat pada makin lamanya waktu kontak usus dengan senyawa karsinogenik. Selain itu ukuran feses yang kecil dan bertekstur keras akan menyebabkan luka atau benjolan pada usus besar karena tekanan pada usus makin keras untuk mengeluarkan feses. Keberadaan luka ini juga dapat membentuk sel-sel kanker.
Serat pangan terbagi menjadi dua jenis dengan fungsi yang berbeda. Yaitu serat larut air (soluble dietary fiber) dan serat pangan tidak larut (insoluble dietary fiber). Serat larut air memiliki kemampuan menahan air dan membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan sehingga dapat memperlambat pencernaan dan penyerapan makanan di usus. Contoh makanan yang mengandung serat larut air antara lain asparagus, bawang putih, akar chicory, oatmeal, kacang tanah, kacang polong, lentil, biji chia, brokoli, wortel, apel dan alpukat.
Sementara serat tidak larut membantu memperlancar pergerakan usus sehingga dapat mencegah sembelit. Dapat ditemukan pada gandum, roti gandum, cokelat, beras merah, timun dan tomat.
Begitu banyaknya kebaikan serat bagi kesehatan terutama untuk penderita obesitas. selain mencegah sembelit, serat juga dapat mencegah wasir, kanker dan sakit pada usus besar serta membantu menurunkan kadar kolesterol, kontrol kadar gula darah dan menurunkan berat badan. Mari kita biasakan konsumsi serat setiap hari untuk kesehatan yang lebih baik.
Penulis : Rizal Fakih Firmansyah, S.Gz (Mahasiswa Program Studi Dietisien Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya)