JALAN raya kawasan Payung, Kota Batu, retak/merekah. Minggu lalu masih kecil. Bertambah hari, tambah melebar. Juga dalam. Dalamnya kini sudah 15 cm. Berpotensi longsor. Ada sembilan titik yang diwaspadai dan perlu sosialisasi kepada pengguna jalan.
Dinas terkait Pemprov Jatim dan Pemkot Batu menggelar rakor, Senin (15/2) kemarin. Disepakati, antara lain; pembuatan sumur resapan, penutupan rekahan/retakan tanah, membangun drainase dan rekayasa lalu lintas.
Penutupan rekahan dan membangun saluran, jadi prioritas. Supaya air hujan tak masuk ke dalam rekahan.
Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Jatim, kemarin langsung bergerak. Menutup rekahan dan badan jalan yang berdenyut. Ditutup aspal hotmix.
Untuk pengalihan arus lalin, belum dilakukan. Sedang dirancang sambil lihat keadaan. “Kalau kondisi hujan lebat selama satu jam tanpa henti, apalagi dibarengi dengan pergerakan tanah, otomatis kawasan Payung kami tutup. Total,” ujar Kasi Dalops Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Batu, Nur Prihatono, kemarin.
Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD), Dishub, Dinas PU, dan instansi vertikal lainnya terus waspada mengamati kondisi pergerakan tanah. Ketika ada pergerakan tanah, arus lalin Batu-Kediri dan sebaliknya dialihkan melalui kawasan Klemuk.
Saat ini, kendaraan yang lewat Payung dibatasi tonasenya. Maksimal hanya 14 ton. Meski begitu, ada pengecualian bagi kendaraan pengangkut BBM, pengangkut susu dan kendaraan warga setempat.
“Kendaraan dari luar daerah, bertonase lebih dari ketentuan kami imbau untuk tidak lewat kawasan Payung. Lewat saja jalur alternatif. Kami sudah pasang papan petunjuk di sembilan titik,” papar Nur Prihatono. (Ananto W-Eka Nurcahyo)
>>>>>Selengkapnya Di Harian Di’s Way Malang Post Edisi Rabu (17/2)