Batu – Kawasan Payung, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, perlu penanganan cepat. Sebab, hasil dari pengukuran pada Senin (15/2), menujukkan bahwa kawasan itu berpotensi longsor dengan tingkat kerawanan sangat tinggi.
“Dalam hal ini, BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jatim hanya memfasilitasi hasil kajian dari kondisi kerawanan longsor di kawasan itu. Sedang, hasilnya akan diserahkan ke Pemkot Batu sebagai dasar pengembalian kebijakan,” jelas Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Jatim, Gatot Soebroto, kepada Di’s Way Malang Post.
Untuk penutupan rekahan tanah, lanjut dia, malam kemarin DPU Bina Marga Jatim telah melakukan pengaspalan hotmix. Ini berfungsi sebagai penanganan jangka pendek. “Untuk jangka panjangnya akan dilakukan perbaikan struktur badan jalan,” lanjut Gatot.
Kasi Pemeliharaan Jalan dan Jembatan UPT Malang, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Bina Marga Provinsi Jawa Timur, Kholilah mengatakan, untuk pengaspalan jalan retak sudah dilakukan. Itu bertujuan untuk mencegah air hujan masuk ke rekahan tanah.
“Ini untuk penanganan jangka pendek. Selain melakukan pengaspalan, juga akan menambal jalan retak menggunakan semen dan pasir. Juga akan dilakukan normalisasi saluran drainase yang ada di pinggir jalan. Karena masih banyak sampah, sehingga terlihat tidak bersih,” urainya.
Sedang untuk plengsengan atau tembok penahan juga akan diperbaiki. Namun, untuk penanganan jangka panjang akan ada perbaikan jalan dengan pekerjaan besar. Misal, dengan melakukan penancapan paku bumi. Ataupun penggalian struktur tanah dan dilakukan pemadatan lagi. Namun, hal itu masih akan melalui proses kajian lebih lanjut.
“Untuk penanganan jangka panjang diperkirakan membutuhkan waktu selama satu bulan. Sedang estimasi biayanya diperkirakan sekitar Rp 2,5 miliar. Saat ini kami masih menunggu laporan dari Wali Kota Batu kepada Gubernur Jatim terkait adanya hal itu,” jelas Kholilah.
Itu bertujuan agar ada rekomendasi dari atas ke dinas terkait penanganan lebih lanjut. Untuk penancapan paku bumi, pihaknya masih belum bisa memastikan.
Untuk diketahui, salah satu dugaan retakan itu karena kurang dalamnya pemasangan paku bumi. Karena kondisi paku bumi yang saat ini terpasang hanya sedalam 15 meter. Idealnya sedalam 25 meter. Bahkan sampai menyentuh bebatuan di dalam tanah. “Karena itu, kami akan melakukan kajian terlebih dahulu dengan menggandeng akademisi dari Universitas Brawijaya,” paparnya.
Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu, Achmad Choirur Rochim menjelaskan, beberapa waktu lalu pihaknya dengan menggandeng akademisi UB juga telah melakukan kajian di lokasi itu. Dari hasil kajian, jika terjadi tanah longsor di lokasi itu kedalamannya bisa mencapai 26 meter.
Karena itu, terhitung sejak Oktober 2020 hingga April 2021, Pemkot Batu meningkatkan status siaga bencana. Yang salah satunya adalah tanah longsor.
“Untuk situasi saat ini sudah ada tanda-tanda berupa retakan tanah. Dengan adanya tanda-tanda ini kami berupaya sebaik mungkin untuk mencegah terjadinya tanah longsor. Kalau semisal sudah berupaya untuk melakukan pencegahan namun masih saja terjadi longsor, kami berusaha meminimalkan dampaknya,” kata Achmad Choirur Rochim.(ano/jan)