Batu – Tanah longsor benar-benar mengancam Dusun Brau, Desa Gunungsari, Bumiaji, Kota Batu. Ditengarai dari letak topografinya, yang dikelilingi perbukitan.
Sebelumnya, BPBD Kota Batu telah mengidentifikasi 13 titik rawan longsor. Berupa rekahan tanah berpotensi bencana di Dusun Brau. Ini menjawab detektor EWS yang mengirimkan sinyal bunyi berkali-kali pada beberapa pekan lalu.
Info terbaru, rekahan tanah juga muncul di gedung SDN 4 Gunungsari. Retakan pertama, terlihat kecil di tembok sekolah pekan lalu. Lama kelamaan bertambah dan makin menganga hingga Minggu (14/2).
Kepala SDN Gunungsari 4, Indaryanto membenarkan. Pihaknya akan melaporkan kejadian ini kepada BPBD Kota Batu. Senin (15/2). Retakannya, ditemukan di beberapa titik gedung sekolah. Seperti di lantai dan tembok di beberapa ruangan.
Nampak jelas di ruang kelas, kamar mandi, ruang guru dan ruang komputer. Sebelumnya, retakannya terlihat kecil. Seiring berjalannya waktu, semakin besar dan menganga. Tentunya membahayakan warga sekolah.
“Gedung SDN Gunungsari 4 ini, baru selesai renovasi dua tahun lalu. Tapi, ketika terjadi pergerakan tanah, sebagian tembok pun retak. Lantai juga ada yang menganga,” ungkapnya.
Ia berharap, retakan itu tak terus terjadi. Ia kasihan kepada para murid, jika tahu sekolahnya rusak. Terutama soal keselamatan, karena ini membahayakan mereka.
Sementara ini, menindaklanjuti melebarnya retakan di ruang guru, pihaknya memindahkan dokumen penting sekolah ke ruang lain yang dirasa aman. Ia mengimbau para guru agar senantiasa waspada ketika berada di sekolah.
“Untuk dokumen, sudah kami pindahkan sebagian ke ruang lain. Ini karena ruang guru cukup mengkhawatirkan kondisinya. Saya juga minta agar guru lebih waspada. Karena memang yang terlihat retakannya paling banyak di ruang guru,” jelasnya.
Proses belajar mengajar, pihaknya masih menjalankan pembelajaran tatap muka. Karena SDN Gunungsari 4 telah mendapatkan ijin dari Satgas Covid-19 Kota Batu. Terlebih jumlah siswanya tak sebanyak SD lainnya.
“Untuk proses belajar mengajar di sekolah masih terus berjalan. Murid yang masuk tetap 50 persen dari jumlah siswa dalam satu kelas. Kami menjadi lebih waspada,” jelasnya.
Antisipasi awal untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, ia terus mengimbau guru maupun para murid agar menghindari lokasi retakan. Karena dikhawatirkan mendadak terjadi pergerakan tanah. (ano/jan)