Washington DC – Pembelanja pribadi (personal shopper), merupakan salah satu profesi yang popular di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat. Profesi ini mulai heboh diperbincangkan pada tahun 2008 silam. Tugasnya membantu orang lain untuk berbelanja sesuai apa yang mereka inginkan, dengan menggunakan jasa dirinya sebagai pembeli.
Sepuluh tahun terakhir, bermunculan perusahaan penyedia jasa pembelanja pribadi atau personal shoppers. Perusahaan-perusahaan ini menawarkan jasa berbelanja apa saja, mulai dari bunga, hadiah yang dibungkus indah, pakaian, alat-alat rumah tangga dan kantor, barang-barang elektronik, kosmetik, bahkan vitamin dan obat.
Di masa pandemi ini, jasa pembelanja pribadi semakin bersinar. Orang memilih membatasi kegiatan di luar rumah, apalagi ke tempat umum yang ramai seperti pasar swalayan . Mereka butuh bantuan pembelanja pribadi untuk membelikan bahan-bahan kebutuhan tersebut.
Diaspora Indonesia yang tinggal di AS, juga banyak yang tertarik dengan profesi satu ini. Baidatu Lawal alias Ebay salah satunya. Sudah tiga tahun ini ibu tiga anak itu berprofesi sebagai personal shopper.
“Sukanya tuh di situ. Kerjanya tidak terikat,” kata Ebay dalam interview dengan Tim VOA
Ebay tidak sendiri. Ada pula Destafana Azhari alias Desta. Keduanya tinggal di Virginia. Mereka bergabung dengan Instacart, yang berbasis di San Fransisco.
“Yang menentukan kita sendiri. Kalau mau menghasilkan lebih banyak, kerjalah. Ambil order yang lebih banyak,” tukas Ebay.
“Bisa mendapat penghasilan yang lumayan meskipun pandemik,” ujar Desta.
Desta sendiri menjadi pembelanja pribadi sejak awal pandemi, jasa sebagai pembelanja semakin dibutuhkan karena orang tidak mau berisiko tertular virus. Ia juga melihat alasan lain, semakin banyak orang memilih tidak mempunyai mobil sehingga mengandalkan jasa personal shopper yang bisa mengantar barang-barang sampai di depan pintu.
“Dia (pembeli) bisa santai di rumah, mungkin bisa mengurusi pekerjaan yang lain, atau dia work from home, sehingga dia tidak bisa pergi berbelanja,” kata Desta.
Sementara itu, Ebay melepas pekerjaan tetapnya supaya lebih leluasa mengurus keluarga. Desta mengaku lebih senang menjadi pekerja lepas. Era digital, menurutnya, membuka banyak peluang gig worker.
“Untuk sementara, sepertinya ini yang lebih fleksibel waktunya. Makanya saya lanjutkan,” ujar Ebay.
Desta mengatakan, “Sambil menunggu pilihan yang lebih baik, ini satu-satunya yang memungkinkan kita bisa survive dalam masa pandemik karena penghasilannya bagus. Lumayan.”
Ebay dan Desta mengaku tidak malu menjadi pembelanja pribadi. Desta melihatnya sebagai sarana berolahraga karena mau tidak mau ia harus menyelusuri lorong-lorong pasar swalayan atau naik tangga untuk membawa belanjaan sampai ke depan pintu pembeli. Ebay senang karena kegemaran berbelanja malah menghasilkan uang.
Uang yang mereka hasilkan sebagai personal shoppers diberi peringkat, yang dinilai dari kecepatan, layanan ekstra, misalnya menawarkan alternatif untuk barang yang tidak tersedia, atau kesediaan bekerja di luar jam kerja yang umum.
“Kita menjual customer service,” papar Ebay.
Rating yang baik memungkinkan mereka lebih sering mendapat tawaran kerja, dan sesekali mendapat tambahan tips atau bonus dari pemakai jasa maupun dari instacart. Ebay, misalnya pernah mendapat tips tambahan $100 dari orang yang menggunakan jasanya.
“Alhamdulillah,” pungkasnya. (voa/anw)