Malang – Syamsul Arifin striker legenda Timnas Indonesia 1979-1982, terbilang unik dalam perjalanan karir sepak bolanya. Lahir di Desa Sananrejo Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, 6 April 1955. Arema asli. Tapi justru menghabiskan karirnya di ibukota Jawa Timur, Surabaya. Bersama Niac Mitra (1979-1984 dan 1988-1990), Surayanaga Surabaya (1985) dan Persebaya Surabaya (1985-1988). Kemudian berlanjut di Mitra Surabaya (1990-1995) sekaligus pensiun di usia 40 tahun.
Sukses membawa Niac Mitra merenggut juara di level nasional, kompetisi Galatama pada 1980/1982 dan 1982/1983. Kemudian juara Perserikatan Divisi Utama bersama Persebaya Surabaya 1987/1988.
Bersama Niac Mitra, dia juga meraih juara level Asia. Pada even internasional Aga Khan Gold Cup 1979 di Dhaka, Bangladesh, 8 November-6 Desember 1979.
Kini di hari tuanya, Syamsul Arifin bersama sang istri berdomisili di kawasan Jalan Tenggilis Timur V No.4, Tenggilis Mejoyo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya. Dia juga dalam sebulan tetap mudik ke kampung halamannya, di Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang.
‘’Saya asli Arek Malang selatan. Tapi karena dulu ada tuntutan karir dan tentu ekonomi juga, saya ada tawaran dan kesempatan gabung Niac Mitra di Surabaya. Itu tahun 1975 dan di Malang waktu itu, hanya ada Persema Malang. Yang main di Divisi Utama (sekarang Liga 1, Red.) dan Persekam Malang di Divisi 3 (sekarang Metro FC, Red.).’’
‘’Waktu itu saya masih main di klub amatir, di kompetisi internal PSSI Kota Malang, PS Gama Gondanglegi dan juga Persekam. Ketika ada pertandingan persahabatan Persekam lawan Persekap di Pasuruan. Persekam menang dan saya cetak gol. Wasit yang pimpin pertandingan tawari saya untuk gabung dulu ke Mitra. Itu klub amatirnya Niac Mitra. Ya saya iyakan saja. Besoknya ke Surabaya dan seperti itu ceritanya,’’ terang Syamsul Arifin.
Dalam sejarah top scorer kompetisi di Tanah Air, pemain yang memiliki julukan Si Tanduk Emas tersebut, menorehan 30 gol. Raih predikat top scorer pada Galatama II 1980/1982.
Catatan top scorer 30 golnya telah empat kali dipecahkan. Masing-masing oleh Oscar Aravena (Chile, PSM Makassar) dengan 31 gol pada Ligina 2003, kemudian Cristian Gonzales (Uruguay, Persik Kediri) di Ligina 2007 mencetak 32 gol dan Peri Sandria bersama Bandung Raya di Ligina 1994/95 (34 gol). Serta terakhir pada Liga 1 2017 atas nama pemain Bali United dari Belanda, Sylvano Dominique Comvalius (37 gol).
‘’Saya waktu itu -sejak tahun 1979- dapat julukan Si Tanduk Emas. Entah darimana (julukan itu) tidak tahu. Tapi mungkin karena banyak gol-gol saya lahir dari sundulan. Saya memang melatih diri mencetak gol lewat heading. Baik bola atas maupun bola-bola bawah pun, tetap saya headsign kalau ada peluag hasilkan gol.’’
‘’Ini saya terinspirasi oleh pemain Timnas Jerman saat itu, Franz Beckenbauer. Meski dia pemain belakang, tapi sering cetak gol. Dan gol-gol dia banyak lewat sundulan. Bahkan sundulan dia lakukan meski bola sedikit di atas tanah dan ada kaki lawan,’’ akunya.
Namun ada catatan mentereng yang digenggam Syamsul Arifin. Yang tak bisa dilakukan pemain manapun di kompetisi domestik Indonesia, hingga saat ini.
Ke-30 gol top scorer pada Galatama II 1980/1982, lahir begitu sensasional. Sebab tak satu pun lahir dari titik putih penalti. Lebih menakjubkan lagi, ke-30 gol dia cetak hanya dalam 13 laga penampilannya. Dari total 34 laga yang dijalani Niac Mitra.
Catatan seorang pemain mencetak brace (dua gol dalam sebuah pertandingan), atau hattrick (tiga 3 gol), quattrick (empat gol), bahkan quitrcik (lima gol). Ataupun bahkan double-hattrick (enam gol) adalah hal biasa, dalam sebuah liga level tertinggi di sebuah negara. Termasuk Indonesia.
Boleh jadi Arek Turen tersebut, menjadi pemegang rekor nasional bahkan dunia. Seorang pemain yang mampu mencetak tujuh gol sekaligus. Tanpa penalti dalam sebuah pertandingan.
Itu dia lakukan ketika mencetak tujuh gol untuk timnya, ketika Niac Mitra membombardir Tidar Sakti Magelang 11-0 (07/11/1981) pada Galatama II 1980/1982, di Stadion Gelora 10 November, Surabaya.
Jumlah tujuh gol, memperbarui rekornya sendiri lima gol yang ia cetak, saat Niac Mitra (07/01/1981) menggulung Sari Bumi Raya (Yogyakarta) 8-0. Klub milik putra dari Ketum PSSI era 1975-1977, Bardosono.
Bahkan namanya juga berkibar di level Asia, pada even internasional Aga Khan Gold Cup 1979 di Dhaka, Bangladesh, 8 November-6 Desember 1979. Dua gol dia ciptakan pada final saat melumat klub asal China, Liaoning FC (kini Liaoning Hongyun, Red) 4-2 pen (2-2). Satu gol pada waktu normal 90 menit dan satu gol dalam drama adu penalti sekaligus memboyong trofi juara. (act/rdt)
Biodata :
Nama : Syamsul Arifin
Lahir : Desa Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang, 6 April 1955
Alamat : Jalan Tenggilis Timur V, Tenggilis Mejoyo, Kecamatan Tenggilis Mejoyo, Surabaya
Karir :
Mitra Surabaya (1990-1995)
Niac Mitra (1988-1990)
Persebaya Surabaya (1985-1988)
Surayanaga Surabaya (1985)
Niac Mitra (1979-1984)
PS Mitra Surabaya (1975-1978/amatir)
Persekam Malang 1972-1975)
PS Gama Gondanglegi (1970-1975)
Rekor Gol Bersama Niac Nitra 1980/1982
12/10/1980 Niac Mitra vs Jaka Utama 2-0 (1 gol)
26/10/1980 Perkesa 78 vs Niac Mitra 1-2 (1 gol)
17/01/1981 Niac Mitra vs Sari Bumi Raya 8-0 (5 gol)
06/02/1981 Niac Mitra vs Cahaya Kita 7-0 (4 gol)
14/02/1981 Niac Mitra vs Jayakarta 1-0 (1 gol)
26/02/1981 Niac Mitra vs Bintang Timur 2-0 (1 gol)
20/03/1981 Niac Mitra vs Pardedetex 2-0 (1 gol)
07/11/1981 Niac Mitra vs Tidar Sakti 11-0 (7 gol)
22/11/1981 Jaka Utama vs Niac Mitra 0-4 (2 gol)
20/12/1981 Niac Mitra vs Arseto 2-1 (1 gol)
13/01/1982 Cahaya Kita vs Niac Mitra 0-14 (4 gol)
23/01/1982 Sari Bumi Raya vs Niac Mitra 1-5 (1 gol)
02/02/1982 UMS 80 vs Niac Mitra 1-1 (1 gol)