Dewan dan Walikota Batu, Dewanti Rumpoko, kini serius mengambil langkah; bagaimana mempertahankan buah apel yangg telah menjadi identitas wilayah, berkembang. Kalau tidak bisa kuantitas, ya kualitas. Sekaligus juga jadi atraksi wisata.
“Segera kami ajak hearing semua pihak untuk menguatkan kembali apel,” ujar Ketua Komisi B DPRD Kota Batu, Hari Danah Wahyono. Hal ini didukung Wakil Ketua I DPRD Kota Batu, Nurrochman.
Walikota Dewanti pun sedang merancang, bagaimana hamparan apel juga jadi atraksi wisata. Petik apel misalnya, sampai pasar produk turunannya dalam satu kawasan. Ada kontes tahunan. Sampai keseniannya: tari apel atau musik.
Kegelisahan itu karena realitas beralihnya fungsi lahan apel seluas 568 hektare dalam lima tahun terakhir. Kini tinggal 1.200 hektare. Kualitas produksinya turun. Petaninya juga kehilangan harapan.
Hama mata ayam dan harga murah menjadi masalahnya. Para petani berharap ada bantuan solusi, tentunya dari Dinas Pertanian. Dampak serangan hama mata ayam sejak tiga tahun terakhir membuat hasil panen yang laku jual hanya 20 persen. Sisanya 80 persen rela dibuang. Itupun, harganya sangat murah. Hanya Rp 4.000 – Rp 5.000 per kg. Sebelum ada hama bisa laku Rp 7.000 lebih per kg.
“Kami butuh bantuan solusi. Jangan sampai para petani banting setir menanam buah lainnya, seperti jeruk, yang lebih menguntungkan,” harap Usman Hudi, petani apel di Bumiaji.(ano/ekn)
>>>>>Selengkapnya Di Harian Di’s Way Malang Post Edisi Kamis (21/1)