Malang – Minimnya kesadaran masyarakat mengelola sampah rumah tangga menyebabkan tingginya pasokan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Dampaknya, lingkungansemakin kotor. Salah satu cara untuk mengurangi dampak itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang melakukan kampanye pengelolaan kompos langsung dari masing masing rumah tangga.
Kepala DLH Kota Malang, Rinawati, mengakui kesadaran masyarakat memilah sampah dari rumah masih rendah. Padahal, banyak manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat ketika pengelolaannya tertangani dengan baik. Seperti lingkungan jadi sehat dan bisa mendapatkan penghasilan tambahan dengan pengolahan limbah menjadi pupuk kompos.
“Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), setiap orang memiliki koefisien 0,7 kilogram per hari dalam menghasilkan sampah yang dibuang ke TPA. Dari koefisien itu kemudian dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Malang yang mencapai 800 ribu lebih. Jika tidak dikelola dengan bijak, maka kota ini bisa tertutup dengan sampah,” papar Rinawati.
Guna mengatasi hal ini, DLH mengajak peran serta masyarakat untuk mengelola sampah dari rumah, terutama melibatkan peran tokoh masyarakat dan ketua RT untuk sama-sama membuat peralatan kompos sederhana. Membuat lubang biopori atau menggunakan barang-barang bekas seperti kaleng cat, termasuk bisa memanfaatkan kegiatan kolektif warga dengan adanya bank sampah yang biasa terdapat di masing masing RT.
Seperti yang dilakukan warga RW 03 Kelurahan/Kecamatan Sukun. Mereka peduli dengan kebersihan, dengan menyediakan banyak kantong-kantong pemilahan sampah organik dan anorganik. Sampah-sampah itu kemudian dikumpulkan di bank sampah, untuk selanjutnya diolah menjadi kompos. Hasilnya, dijual ke pihak swasta.
DLH mengakui bahwa pihaknya kewalahan untuk memenuhi permintaan kompos dari masyarakat ke beberapa perusahaan swasta yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Saat ini DLH memiliki 27 rumah pilah kompos daur ulang.
Pupuk kompos diperlukan tumbuhan agar tetap subur serta aman bagi lingkungan dibanding pupuk kimia.Karena berasal dari limbah organik alami seperti bekas sayuran dan sisa makanan.
Cara membuatnya pun cukup mudah. Hanya menyiapkan wadah berukuran besar dengan penutup, serta menyediakan sampah organik rumah tangga, seperti sisa sayuran, sisa makanan, dedaunan, rumput, bumbu dapur kadaluarsa hingga kotoran hewan. Masukan tanah secukupnya kedalam wadah yang telah diisi dengan sampah organik, dan menambahkan larutan gula dan effective microorganism 4 (EM4) serta pupuk kandang.
Ketebalannya disesuaikan antara sampah dan wadahnya, dan kemudian siram secukupnya. Pengomposan biasanya memakan waktu hingga 3 bulan. Namun, bisa dipercepat dengan mengaduk tanah yang dicampur sampah organik secara rutin. (Zia /ekn)