Malang – Rentang waktu 66 tahun, gelaran kompetisi di Tanah Air, sejak Kejurnas Perserikatan PSSI tahun 1951. Hingga Liga 1 2020 dalam 66 musim, baru empat tahun terakhir ini menerapkan AFC Club Professional Licensing.
Masing-masing pada tahun 2017, 2018, 2019 dan 2020. Meski dari 26 klub, tak semua pernah tampil pada empat musim Liga 1, lolos verifikasi mendapatkan status granted AFC Club Professional Licensing.
Meski dalam kurun waktu 2017-2020 juga, wakil-wakil Indonesia tak pernah menorehkan hasil bagus. Pada dua even level Asia. Baik AFC Champions League maupun AFC Cup.
Terlebih dalam AFC Club Competitions ranking terakhir, posisi kompetisi Liga 1 terus melorot. Kini ada pada urutan ke-28 Asia (AFC). Di bawah negara-negara yang tradisi sepak bolanya –sejatinya- di bawah Indonesia. Seperti Maladewa, Banglandesh, Myanmar, Vietanm, India, Tajikistan, Turkmensitan atau Singapura.
Empat tahun usia perhelatan Liga 1 2017-2020, tercatat telah menuntaskan 944 pertandingan. Dengan catatan, Liga 1 2020 baru menyelesaikan 26 dari total 306 laga yang terhenti karena pandemi Covid-19. Mencatat total 2.663 gol atau rata-rata 2,82 gol setiap laga. Total penonton 8.973.597 orang, atau rata-rata 9.505 orang per laga.
Hanya terdapat 12 tim saja yang lengkap mengikuti kompetisi Liga 1, sejak musim 2017 sampai dengan 2020 ini. Yakni Arema FC, Bali United, Bhayangkara FC, PSM Makassar, Persija Jakarta, Madura United, Persipura Jayapura, Persib Bandung, Borneo FC, Barito Putera, TIRA-Persikabo dan Persela Lamongan.
Namun dalam urusan mencetak gol, PSM Makassar yang berada di posisi ketiga, justru paling produktif dalam empat musim Liga 1. Yakni 178 gol. Disusul Bali United 173 gol, Persipura Jayapura 166 gol dan Madura United 165 gol.
Tiga tim yang paling banyak kebobolan, jika dihitung dari tim-tim yang lengkap mengikuti empat musim Liga 1 2017-2020, TIRA Persikabo teratas dengan catat angka kebobolan 175 gol. Disusul Persela Lamongan 160 gol dan Barito Putera 157 gol.
‘’Produktivtas gol sebuah tim, salah satu ukurannya, adalah tim yang banyak menyerang, sering masuk kepertahanan belakang lawan dan menciptakan peluang mencetak gol adalah tim yang punya lebih kesempatan itu untuk menang.’’
Tacticall dan strategy pelatih juga menentukan, bagaimana ia menempatkan banyak pemain untuk menyerang. Formasi system of play sepak bola sekarang itu dinamis. Formasi 1-4-3-3 dalam menyerang dapat berubah menjadi 1-2-3-5. Ada dua wing masuk ke dalam dan dua full back maju ke depan,’’ tegas mantan Direktur Teknis PSSI 2017-2020, Danurwindo, kepada DI’s Way Malang Post.
Mantan pemain Indonesia Muda, Jayakarta dan Arseto era 1968-1982 tersebut, juga menambahkan, parameter tim banyak kebobolan dalam satu musim kompetisi, sudah tentu adalah tim yang mempunyai pertahanan buruk. Terlepas dari formasi apapun yang diterapkan.
Menurutnya, pertahanan buruk sebuah tim terjadi, dari buruknya pemain secara individual dan kolektivitas. Banyak terjadi gol di gawangnya, juga bisa dilihat dari analisa secara langsung. Apa weakness penyebab terjadi banyak gol, kualits pemain, organisasi bertahan atau kesalahan tactical strategi dari pelatih
‘’Dalam permainan sepak bola, ada empat momen utama. Yaitu attack, transition to defence, defend dan transition to attack. Dari sisi ini, akan terlihat bagaimana kemampuan bermain tactical yg utuh sebagai tim,’’ imbuh mantan pelatih Persema Malang musim 2005 itu.
Statistik peringkat 26 tim, yang pernah dan masih berlaga di Liga 1, baik musim 2017, 2018, 2019, maupun 2020, Bali United berada di urutan teratas. Tim asal Pulau Dewata tersebut, menorehkan 105 laga, 54 kemenangan, 22 seri, 29 kekalahan selisih gol 173-123 dengan nilai nilai 184.
Kedua diduduki Bhayangkara FC dari 105 laga, mencatat 51 kali menang, 24 seri, 32 kalah, dan selisih gol gol 156-125 dan nilai 177.
Bagaimana dengan Arema FC, tim kebangggaan masyarakat Malang Raya? Tim Singo Edan berada pada posisi ke sembilan. Mencatat 105 laga, 41 menang, 25 seri, 39 kalah, mencetak 158 gol, kebobolan 148 gol dan meraup nilai 148. Dalam empat musim Liga 1, gol terbanyak Arema terjadi pada Liga 1 2019, yakni 59 gol.
Namun pada musim 2019 yang sama, ketika dibesut pelatih Milomir Seslija, Arema juga membukukan rekor buruk dari sisi kebobolan sepanjang sejarahnya. Yakni 62 gol. Menariknya, masih pada Liga 1 2019, Arema selain menjadi tim kedua terbanyak kebobolan setelah Perseru-Badak Lampung, justru menjadi tim paling produktif dengan 59 gol diantara 17 tim lainnya.
‘’Produktivitas gol dan kebobolan gol tinggi, tergantung kepada pilihan strategi bermain dan kualitas pemain atau tim yang akan mempengaruhinya. Strategi lebih main terbuka dan menyerang, dengan diimbangi kualitas pemain dan kualitas tim, tentu akan lebih produktif dalam mencetak gol.’’
‘’Sebaliknya sedikit atau banyaknya kebobolan gol, dari pemilihan strategi fokus pada organisasi pertahanan, tentu juga didukung dengan kualitas pemain dan tim saat memahami strategi tersebut akan berdampak pada sedikit kemasukan. Walau kadang tim yang cenderung bertahan, biasanya akan sedikit juga membuat gol,’’ timpal mantan pelatih Arema era 2013, Rachmad Darmawan. (act/rdt)