Jakarta – Satgas Penanganan Covid-19 menilai, memberi pemahaman akan manfaat vaksin Covid-19 kepada masyarakat, jauh lebih penting daripada menjatuhkan sanksi. Karena dengan pemahaman masyarakat yang baik terhadap vaksin, pencapaian kekebalan komunitas atau herd immunity akan lebih mudah.
‘’Sebelum menjatuhkan sanksi atau denda, kita harus membuat masyarakat mengerti. Karena ini adalah kunci keberhasilan herd immunity. Jika kita divaksinasi, maka kita bisa melindungi yang lain begitupun sebaliknya,’’ jelas Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito, kepada media internasional, dalam agenda International Media Briefing secara daring di Gedung BNPB.
Dengan memahami pentingnya Vaksinasi Covid-19, masyarakat juga dapat ambil bagian dalam upaya melindungi diri sendiri dan juga negaranya. Dan Satgas Penanganan Covid-19 juga akan terus menginformasikan kepada masyarakat tentang perkembangan vaksinasi di Indonesia.
Meski demikian, Satgas Penanganan Covid-19 juga menyadari, terdapat sekelompok kecil masyarakat yang menyangsikan manfaat dari vaksin Covid-19. Hal itu menurut Wiku, juga dihadapi pemerintah negara lain di dunia.
Karena pandemi Covid-19 adalah suatu hal yang baru. Masyarakat belum siap menghadapinya. Dan masyarakat sebenarnya juga tidak tahu, apa yang sedang terjadi dan kenapa harus adanya program vaksinasi. Meskipun vaksinasi, salah satu bentuk intervensi medis untuk melindungi masyarakat dari terpapar virus Covid-19.
‘’Itulah kenapa pentingnya mengedukasi masyarakat secara konsisten dan terus menerus. Serta menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Kami berupaya untuk membuat masyarakat memahami, bahwa untuk melindungi seluruh penduduk kita harus mencapai herd immunity,’’ lanjut Wiku.
Sementara bagi sekelompok lain, yang masih meragukan manfaat vaksin, ada yang berasal dari kalangan terdidik. Kelompok ini sebenarnya ingin mengetahui lebih tentang vaksin ini. Baik secara teknis maupun secara bukti ilmiah.
‘’Dan ini menjadi tantangan kita, bagaimana menyampaikan pemahaman yang sulit dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti masyarakat umum,’’ jelas Wiku.
Disinggung keterlibatan kalangan muda, saat mengikuti vaksin perdana yang dimulai oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Rabu (13/1) lalu, Prof Wiku menjelaskan, bahwa dilibatkannya generasi muda itu, untuk mewakili masyarakat kaum milenial dan bisa menjadi contoh. Seperti Raffi Ahmad yang hadir dalam penyuntikan vaksin perdana tersebut. Diharapkan dapat mendorong kalangan milenial, agar turut serta mensukseskan program vaksinasi Covid-19.
Namun, ramai diberitakan media sosial, bahwa Raffi Ahmad usai melakukan vaksinasi malah lengah dalam menerapkan protokol kesehatan 3M, memakai masker, menjaga jarak dan menjauhi kerumunan.
‘’Tentu saja, kami sebenarnya berharap tokoh muda yang berpengaruh seperti Raffi Ahmad, bisa berperan untuk menjadi contoh bagi masyarakat muda. Sehingga kalangan muda akan mendukung program vaksinasi,’’ jelas Wiku.
Untuk itu, dalam program vaksinasi yang terus berjalan, pelibatan tokoh-tokoh muda akan dilakukan dengan hati-hati. Karena para tokoh muda tersebut, harusnya bisa bekerjasama dalam menjaga kesuksesan vaksinasi. Dan para pengikutnya pun akan teredukasi terkait program vaksinasi Covid-19.
‘’Nantinya kami akan mengajak para tokoh muda berpengaruh untuk bekerjasama dalam komunikasi terhadap masyarakat. Bahwa apa yang dilakukan pemerintah penting untuk seluruh rakyat sehingga bisa memahami,’’ jelas Wiku menjawab pertanyaan media. (rdt)