
INFORMAL: Kegiatan bimbingan belajar gratis menjadi solusi penguat PJJ saat pandemi
Malang – Pandemi masih melanda. Banyak kisah heroik para tenaga kesehatan. Begitu pula di dunia pendidikan. Pemerintah RI mengambil kebijakan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Metode daring saat pandemi, sebenarnya sangat efektif dan efisien. Bagi kalangan yang paham iptek. Apalagi untuk menyelamatkan generasi muda dari paparan covid-19.
Namun menjadi dilema. PJJ juga tidak optimal. Terutama di level usia dini hingga SMA. Lantaran anak seusia itu, masih butuh bimbingan langsung dari pengajar. Tidak sekedar mengerjakan tugas. Butuh komunikasi. Terutama membentuk karakter dan minat belajar.
Melihat ini, sekelompok pemuda menggagas Bimbel Ayo Sinau. Bergerak di seputaran Kecamatan Wagir Kabupaten Malang. Salah satu pengajarnya, adalah Rizki Diawar.

Anak muda ini tinggal di Jl Nakula Tulusayu Wagir. Ia sudah lulus kuliah di STID (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah) Al-Hadid Surabaya. Saat ini menunggu wisuda. Luar biasanya, pengajar bimbel ini, tidak mendapatkan honorarium.
“Iya memang. Sejauh ini tidak ada pemberian fee bagi pengajar. Saya mau berpartisipasi karena saya ingin menjadi orang yang bermanfaat. Bagi saya, mengajar anak-anak dari tidak bisa menjadi bisa, itu sudah menjadi bayaran yang mahal. Apalagi jika mereka menerapkan apa yang saya ajarkan. Bisa memberikan manfaat bagi mereka dan orang di sekitarnya. Saya Kira itu sudah jadi bayaran akhirat saya,” imbuh Rizki.
Sebelum gabung di bimbel, ia punya pengalaman penunjang. Pernah jadi guru ngaji saat masih SMP, SMK dan kuliah. ” Saya juga sering ikut kegiatan bakti sosial di masyarakat, pembinaan dan pelatihan,” lanjutnya.
Setiap memberikan bimbel, Rizki harus menempuh perjalanan sekitar 5 kilometer naik sepeda motor dari rumahnya. “Saya naik sepeda motor. Ya pakai uang bensin sendiri. Yang penting kita ikhlas dan bermanfaat untuk sesama,” paparnya.
“Saya lihat bukan anaknya yang belajar. Tapi ortunya. Apalagi jika anak usia kelas 1-3, sangat perlu bimbingan langsung dari guru. Mereka masih sulit memahami soal yang diberikan. Maka penggambaran realitas masih harus diberikan dengan cara tatap muka. Tapi melihat kondisi sekarang, ya gimana lagi jika Kemendikbud sudah memutuskan demikian,” jelasnya.
Ia mendapat jatah mengajar 10 murid SD di Dusun Jemunang Desa Pandanrejo. “Rencana pingin bantu ngajar juga di Desa Sidorahayu,” imbuhnya.
“Antusias peserta tinggi sekali. Karena sebelum kegiatan dimulai, mereka sudah berkumpul dan sampai nunggu. Saat belajar pun, terkadang lebih lama. Karena sudah asyik belajar. Hal ini juga didukung ortunya anak-anak,” urainya.
Semua biaya pribadi. Termasuk alat tulis dan buku-buku. Pengajar dan peserta benar-benar mandiri. Tapi pihaknya tidak menutup diri. Jika ada donatur yang ikhlas membantu.
“Kalau saya pribadi, ikhlas mengajar anak-anak. Saya pikir ini amalan mengabdi pada masyarakat. Namun jika ada dermawan yang hendak membantu dari segi dana, ya mungkin akan saya terima. Untuk beli bahan dan alat mengajar. Karena saya juga pingin bantu dari segi materi ke anak-anak. Itung-itung buat beli alat tulis,” harapnya.
Bagaimana jika ada memberi honor? Rizki pasti bersyukur. “Jika ada honor, ya disyukuri. Mungkin ini bentuk apresiasi masyarakat kepada saya, Saya bisa membaginya dengan anak-anak,” imbuh Rizki.
Rizki berharap aksi sosial bimbel ini bisa berkembang dan maju. “Harapan saya, bimbel ini bisa terus berkembang. Teman-teman pengajar jangan sampai lelah memberikan manfaat. Jika ada teman-teman yang berminat, bisa gabung dengan kami. Biar manfaat yang diberikan bisa semakin luas. Keuntungannya bukan materi, tapi imateri,” pungkasnya. (jan)