
General Manager Arema FC Ruddy Widodo ( Foto: ig @aremafcofficial)
Malang – Pandemi virus corona (Covid-19), yang melanda seantero Tanah Air dan dunia. Menyerang sejak medio Maret 2020 silam hingga saat ini, tak hanya meluluhlantakan persekonomian nasional saja. Namun juga klub-klub perserta Liga 1 2020. Termasuk Arema FC.
Dalam 10 bulan terakhir tanpa ada kompetisi. Tanpa pemasukan dari ticketting dan sponsorship. Tapi manajemen Singo Edan tetap harus merogoh kocek dalam-dalam. Membayar gaji para pemain dan pelatihnya.
‘’Jika bicara kerugian tim-tim Liga 1 2020, karena pandemi Covid-19 dan kompetisi mandeg hampir 10 bulan, Arema jelas rugi. Pun dengan klub-klub lainnya. Rugi di semua sisi atau lini tim. Sepanjang tahun 2020, dalam kondisi pandemi dan kompetisi terhenti, tak ada pemasukan. Kondisi tidak normal karena Covid-19 ini, sangat mempengaruhi Arema. Jika berbicara soal untung rugi sepanjang 2020, semua pihak dirugikan. Tak ada yang untung,’’ ujar General Manager Arema FC, Ruddy Widodo.
Menurutnya, manajemen Arema juga belum bisa bernafas lega, di awal tahun 2021 ini. PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB), tak kunjung memberikan kepastian. Bahkan kedua instistusi itu, belum bisa mendapat jaminan izin keramaian dari kepolisian.
Apalagi merilis jadwal kick off lanjutan kompetisi Liga 1 2020/2021. Belum ada celah asa bagi PSSI dan PT LIB, yang sebelumnya sama-sama menunda kompetisi hingga Februari 2021. Paling tidak sebelum kompetisi dihentikan sejak 16 Maret 2020 lalu, ketika baru merampungkan tiga dari total 34 laga, manajemen Arema FC sudah merogoh kocek hingga Rp 7 milar. Itu pun hanya untuk membayar down payment. Jumlahnya sebesar 25 persen dari nilai kontrak pemain dan jajaran pelatih. Ditambah mengikuti skema SKEP/48/III/2020, membayar gaji mereka sebesar 25 persen. Untuk gaji sampai dengan Januari 2021 ini. Plus 50 persen gaji satu bulan, sebelum kick off Februari 2021. Itu jika mengikuti SKEP/53/VI/2020.
Total paling tidak Rp 28 miliar, untuk belanja 29 pemain dan enam jajaran pelatih dalam hitungan 100 persen, selama satu musim. Rinciannya Rp 7 milar membayar down payment 25 persen dan sisanya Rp 21 miliar, untuk pembayaran sisa kontrak 75 persen dalam bentuk 10 bulan gaji.
‘’Yang pasti, kompetisi terhenti tidak ada pemasukan. Tapi klub masih ada beban biaya operasional. Membayar gaji pemain, pelatih, ofisial dan karyawan. Meski begitu, di tengah masa-masa sulit itu, kami masih optimistis. Insyaallah kompetisi Liga 1 2020/2021 akan berputar kembali.’’
‘’Semua rencana PSSI dan PT LIB akan berjalan. Dilanjutkan atau tidak dilanjutkannya kompetisi, sama-sama ada risiko bagi klub dan semua pihak. Baik terkait kontrak kerjasama dengan sponsorship, maupun pemain dan pelatih. Tapi kami sejauh ini yakin, lanjutan kompetisi segera digelar,’’ imbuh Ruddy Widodo. (act/rdt)
