
TETAP SEMANGAT: Ketua Paguyuban Fotografer Malang, Apis, saat menyampaikan jika anggotanya juga terdampak pandemi. (Foto : Istimewa)
Malang – Sebagian besar pekerja fotografi terpukul pandemi. Mereka yang tergabung dalam Paguyuban Fotografer Malang (PFM) ini, income-nya hilang.
Sekilas informasi. Belakangan pemerintah memberlakukan pengetatan protokol kesehatan. Mengantisipasi pergerakan masyarakat dan kegiatan pengumpulan massa.
Dalam rangka menekan persebaran covid-19 di Kota Malang. Khususnya pada masa liburan pergantian tahun.
Bahkan tahun 2021, dunia pendidikan masih menempuh PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Termasuk wisuda di kampus pun masih dilarang.
Begitu juga giat event lain yang sifatnya gebyar dan mendatangkan massa banyak. Masih belum diperbolehkan.
“Banyak dari anggota kita yang kehilangan pendapatan. Akibat tidak diadakannya acara wisuda di kampus-kampus dan event lainnya,” ujar Ketua Paguyuban Fotografer Malang, Apis.
“Padahal masih banyak tukang foto kita yang bergantung pada momen-momen tertentu seperti itu,” imbuhnya.
Harapan besar mereka gantungkan pada pemerintah. Agar segera bisa menangani pandemi. Karena jelas hanya pemegang otoritas kesehatan yang bisa memberikan solusi.
Karena bantuan sosial dari pemerintah, juga belum bisa menyentuh semua masyarakat. Meskipun semua masyarakat terdampak pandemi.
Belum ada regulasi atau mekanisme yang mengatur, semua rakyat bisa mendapat bantuan terdampak pendemi.
Namun, PFM tak mau berdiam diri. Upaya tetap mereka lalukan. Komunitas ini cukup kreatif. Bukannya kluyuran. Tapi mereka menyusun resolusi bisnis di tahun 2021.
Ini juga mengundang simpati dari Yayasan Fatihurrohmah. Maka dilakukan upaya mempertemukan paguyuban ‘tukang foto’ ini, dengan stakeholder potensial.
“Mumpung masih jarang ada event. Kita ajak mereka isi waktu dengan hal -hal positif. Seperti pelatihan atau bussiness matching dengan stakeholder,” ujar Ketua Yayasan Fatihurrohmah, Abd Rochman.
Rochman menjelaskan. Kegiatan semacam ini selaras dengan Program Pemberdayaan Tenaga Kerja Mandiri dari Kementerian Ketenagakerjaan.
Upaya merespon kondisi masyarakat yang rentan menganggur, bahkan kehilangan nafkah. Dia berharap, acara ini dapat mengupgrade kapasitas pekerja fotografi atau fotografer lokal dalam memperluas jaringan kerjanya.
Apresiasi pun datang dari Ketua DPRD Kota Malang, I Made Rian Diana Kartika. Perhatian wakil rakyat ini, ditunjukkan dengan menyempatkan diri menemui peserta kegiatan.
Made berkomunikasi dan berdiskusi dengan para fotografer. Menampun semua saran dan harapan.
Dibahas pula berbagai peluang kerja. Termasuk penguatan kelembagaan paguyuban.
“Profesi tukang foto ini tak kalah mulia. Sampeyan juga pencetak sejarah. Karena yang selalu mengabadikan peristiwa-peristiwa penting,” kata Made.
Ia juga berharap. Para pelaku ekonomi atau pekerja kreatif ini, mampu menyesuaikan diri dengan kondisi pandemi.
Karena situasi seperti ini tidak bisa dihindari. Tapi, juga tidak bisa berdiam diri. Harus tetap berkarya dan berkreasi.
Maka Made memberikan motivasi. Bahwa mereka harus bersiap akselerasi nantinya. Ketika situasi sudah normal lagi selaras dengan tujuan acara ini.
Selain Ketua Dewan, juga pula Hutama Budi Hindrarta, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia Kota Malang (KNPI). Serta praktisi fotografi Yusuf Munthaha.
Pada kesempatan itu, tokoh pemuda Kota Malang ini juga memberikan dorongan semangat. Bukan kebetulan, jika Abud panggilan Hutama Budi Hindrarta ini, memahami kondisi para pekerja fotografi.
Karena ia juga berkecimpung di dunia kampus. Jadi tahu persis kreasi pekerja fotografi. Sebelum pandemi, mereka menjadi bagian dari event wisuda. Kehadiran mereka membantu keluarga wisudawan mengabadikan momen penting. (*jan)