
dr. Andrew William Tulle, MSc, Staf Pengajar di Departemen Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB)
Malang – Ditemukannya varian baru virus Covid-19 hasil dari mutasi di beberapa negara, membuat pemerintah Indonesia mewaspadainya. Bahkan, pemerintah mengambil langkah melarang sementara warga negara asing (WNA) masuk ke Indonesia, guna mencegah penyebaran strain baru Covid-19 yang diberi nama SARS-CoV-2 varian B117 ini.
Bagaimana penilaian pengamat terkait virus Corona bermutasi ini? Menurut dr. Andrew William Tulle, MSc, Staf Pengajar di Departemen Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), sebetulnya mutasi merupakan suatu proses yangg wajar terjadi pada makhluk hidup. Termasuk mikroorganisme yang salah satunya adalah virus.
Proses mutasi terjadi bisa karena adanya paparan dari luar atau dari dalam diri organisme itu. Sebagai salah satu upaya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan supaya bisa bertahan hidup. Proses mutasi terjadi pada asam nukleat yaitu DNA atau RNA.
Kalau virus Corona mutasi terjadi pada RNA kerena dia merupakan virus RNA. Asam nukleat ini terdiri atas urutan basa dan pada mutasi akan terjadi perubahan urutan basa itu. Perubahan asam dan basa ini bisa menyebabkan perubahan sifat organisme, jika perubahan terjadi pada area yangg menyandi sifat dari suatu organisme.
Analoginya bayangkan urutan basa ini sebagai suatu kata. Jika sebuah kata ini kehilangan atau ketambahan satu atau beberapa huruf, maka artinya akan berbeda. Seperti itulah efek perubahan urutan basa pada asam nukleat milik suatu organisme, sehingga terjadi perubahan sifat-sifatnya saja,
Dugaan sementara varian baru dari SARS-CoV-2 (virus Covid-19) ini dapat lebih mudah ditransmisikan. Berdasarkan penelitian di laboratorium, virus varian baru ini mengalami mutasi yang mempengaruhi protein spike. Protein ini berperan untuk proses menempel pada sel manusia.
Akibat adanya mutasi ini protein spike dari varian virus baru ini memiliki ikatan yg lebih kuat dengan reseptornya pada sel manusia. Karena itu, diduga varian baru ini akan lebih mudah ditransmisikan.
Lebih lanjut dokter yang juga diperbantukan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSSA dan di Lab PCR COVID RSUB itu juga mengatakan, kalau menurut penelitian sementara ini, perubahan hanya terjadi pada protein spike dan tidak ada perubahan pada sifat-sifat lainnya.
Berdasarkan hal itu, kalau dari segi daya tahannya, virus varian baru ini masih tetap sama dengan virus sebelumnya yangg belum mengalami mutasi. Dengan kata lain, virus ini masih bisa mati dan untuk mode transmisinya masih tetap sama melalui droplet.
Perubahan pada protein spike yang diketahui saat ini hanya memengaruhi kemampuan ikatan dengan reseptor virus pada sel manusia. Sedang metode transmisinya tetap melalui droplet.
Sementara untuk pencegahannya, pada dasarnya tetap sama dengan penerapan protokol kesehatan. Yaitu tetap menjaga jarak, rajin mencuci tangan, dan memakai masker. Karena strategi pencegahan utama saat ini adalah menghambat transmisi atau penyebaran virus antar-manusia.
Tetap waspada dan berpegang pada prinsip bahwa Covid-19 saat ini masih ada. Jangan terlena dengan berita ketersediaan vaksin, sehingga walau harus bekerja tetap berpegang dan patuh pada prokes. “Kalau menurut pengamatan saya saat ini, sepertinya banyak orang yangg bersikap seolah-olah Covid-19 sudah tidak ada, sehingga begitu mudahnya berkerumun dan juga tidak memakai masker,” papar dr. Andrew.(roz/ekn)