
PRAKTEK: Tak sekedar penyuluhan, PMM Getapak langsung melakukan pendampingan. (Foto: Istimewa)
Batu – Pandemi tak kunjung berakhir. Ketahanan pangan pun terdampak. Nyaris semua lapisan masyarakat. Begitu juga warga Kota Batu.
Digagaslah Getapak. Gerakan Ketahanan Pangan Keluarga. Tujuannya memberikan solusi, membantu meringankan beban dan memulihkan ketahanan pangan keluarga.
Saat ini masih berjalan di Kota Batu. Kedepannya diharapkan bisa berkembang ke wilayah lain. Siapa penggagasnya?
Ayu Ramadhani Kumala Dewi, mahasiswa UMM dan kelompoknya. Mereka didukung Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) serta Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Kota Batu.
Proyek pertama, dilangsungkan pada 5-31 Oktober 2020. Ayu dan empat mahasiswa lainnya. Dibimbing Dr Ir Damat MP.
“Ada tiga lokasi yang menjadi fokus kami. Kelurahan Sisir, Desa Tlekung serta Desa Giripurno,” terangnya Ayu, selaku ketua tim.
Mahasiswa asal Jombang ini menjelaskan. Ada beberapa tahap yang dilakukan timnya. Diawali dengan proses pendataan dan survey masyarakat peserta.
Kemudian dilanjutkan dengan penyuluhan. Difokuskan soal urban farming. Selanjutnya, adalah pendampingan yang diberikan kepada masyarakat. Hampir sebulan.
Materi yang diberikan ke masyarakat tidak sebatas teori. Mereka mengajak melakukan praktek langsung. Cara membuat aquaponik, hidroponik serta budidaya ikan dalam ember (budamber).
Tiga materi itu dipilih. Karena dinilai cukup sederhana, mudah dibuat dan dampaknya bisa langsung dirasakan. Budamber misalnya. Hanya memerlukan peralatan yang biasa ditemukan di rumah.
”Kami mencoba memberikan solusi sederhana. Bisa dilakukan masyarakat. Jadi tidak perlu menambah biaya yang besar dalam pembuatannya,” tandas Ayu.
Sementara itu, Baharuddin Jamil Al-Munir, anggota kelompok PMM Getapak mengatakan. Mereka tidak hanya memberikan penyuluhan saja. Tapi juga materi Program Cantelan serta bantuan langsung bahan pangan.
Kegiatan ini, tidak lepas dari kendala. Ia melihat bahwa masyarakat peserta penyuluhan, masih kesulitan memahami materi urban farming.
“Mungkin karena baru pertama kali mendengarnya. Meski begitu, pelan-pelan masyarakat tertarik. Mulai memahami dengan baik. Ini berkat pendampingan yang kami lakukan,” sambungnya.
Mahasiswa UMM asal Bengkulu itu, juga berharap. Agar agenda ini bisa meringankan beban masyarakat terdampak pandemi.
Sayur dan buah yang dihasilkan dari teknik-teknik yang disampaikan dalam penyuluhan bisa menjadi alternatif pemenuhan gizi. Selain itu, juga budamber yang dapat memenuhi bahan pangan masyarakat di tengah pandemi seperti ini. (roz/jan)