
Malang – Saat ini rapid antigen ramai digunjing. Penyebabnya, sebagai persyaratan perjalanan selama libur Natal dan Tahun Baru (Nataru). Sesuai kebijakan Satgas Covid nasional dan daerah. Terutama, mereka yang akan berwisata naik kendaraan pribadi dan umum, serta kereta api (KA). Harus bawa antigen negatif paling lama 3 x 24 jam sebelum keberangkatan.
Kalau yang naik pesawat ke Bali, harus membawa swab PCR negatif paling lama 7 x 24 jam sebelum keberangkatan. Kebijakan ini untuk menekan lonjakan Covid-19 saat libur Nataru. Jangan sampai terjadi klaster wisata. Dari pengalaman dua libur panjang sebelumnya, kunjungan wisata melonjak. Meski telah diterapkan protokol kesehatan (prokes), lonjakan Covid-19 tak terhindari.
Apa rapid antigen itu? Dokter Spesialis Penyakit Dalam, RSU Karsa Husada Kota Batu, Bernandus Anggaru menjelaskan, virus Corona yang memproduksi antigen. Sementara dalam tubuh manusia, untuk melawan virus itu membentuk antibodi.
“Nah disini swab PCR digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya virus secara langsung dengan menggunakan metode swab. Sedang rapid antigen untuk memeriksa antigen virus secara cepat. Cara pemeriksaannya juga hampir sama dengan swab,” jelas Anggaru.
Jadi antigen ini seperti imunitas virus yang dideteksi. Sedang rapid test antibodi, diambil melalui darah. Merupakan respons tubuh dalam menghadapi virus itu. Maka dari itu tubuh merespons dengan masuknya virus itu dengan membentuk antibodi.
“Untuk rapid antigen hampir sama dengan swab PCR pemberlakuannya. Namun, dalam rapid antigen menggunakan cara nasofaring dan corofaring. Kalau untuk rapid antibodi hanya dilakukan melalui darah,” jelas Anggaru kepada DIs Way Malang Post, Selasa (22/12).
Hasil dari rapid antigen dan antibodi bisa diketahui setelah dua menit. Namun, untuk swab PCR tergantung alatnya. Membutuhkan waktu 6 sampai 8 jam jika tidak mengantre. Jika banyak yang antre, hasilnya bisa diketahui satu dua hari kemudian.
Untuk menegakkan diagnosa ada tidaknya virus di dalam tubuh, sangat dianjurkan menggunakan swab PCR. Tetapi, jika ingin mendeteksi secara cepat terhadap indikasi adanya virus Corona dalam tubuh bisa menggunakan rapid antibodi ataupun antigen saja.
“Untuk keakuratan hasilnya, rapid tes antigen lebih tinggi dibandingkan rapid antibodi. Kalau antigen keakuratannya bisa 80-90 persen. Sedang rapid antibodi hanya 50-50,” ungkapnya.
Menjalang Nataru ini, permintaan ketiga tes untuk mendiagnosa Covid-19 ini mengalami peningkatan permintaan. Tentunya, dalam setiap pemeriksaan harus sesuai dengan indikasi.
Dijelaskan Anggaru, untuk alat-alatnya, menjelang Nataru ini masih bisa dikatakan aman. Alat untuk rapid antibodi dan swab PCR diperkirakan masih cukup hingga 2 bulan ke depan. Sedang untuk alat rapid antigen masih ada sekitar 4.000 alat.
“Untuk pengadaan alat itu kami juga disuport oleh pihak provinsi. Sedang biaya tesnya sesuai edaran kementrian adalah swab PCR Rp 850 ribu, rapid antigen Rp 250.00 dan rapid antibodi Rp 150 ribu,” paparnya.
Terpisah Kepala UTD PMI Kota Malang, dr Enny Sekar Rengganingati, pihaknya ada fasilitas untuk membantu masyarakat yang ingin rapid test antigen. “Pelaksanaannya di markas PMI Kota Malang,” kata Enny, kemarin. Biayanya Rp 250 ribu.
Menurutnya, rapid antigen paling baik dilakukan ketika orang baru saja terinfeksi. Sebelum antibodi muncul untuk melawan virus yang masuk ke tubuh, ada peran antigen yang bertugas mempelajarinya. “Tingkat akurasi rapid antigen cukup tinggi. Yaitu, sekitar 92 persen tingkat sensitivitasnya. Tetapi, rapid antigen belum seakurat swab PCR untuk mendiagnosa Covid-19.(ant/ekn)