Malang – Pripta Fajri Ramadhanti melaksanakan kegiatan literasi di SDN Mangunreja, Kab Serang, Provinsi Banten. Berdasarkan hasil asesmen literasi dan numerasi siswa. Melalui aplikasi Asesmen Kompetensi Siswa Indonesia (AKSI) yang menunjukkan hasil di bawah rata-rata.
“Kemampuan literasi anak-anak kebanyakan di bawah angka 60. Bahkan, ada anak kelas 4 SD yang ternyata belum bisa membaca. Jadi, selain mengimplementasikan Modul Literasi Numerasi dari Kemendikbud, saya membuat beberapa kegiatan lain seperti membuat poster menarik dan mading timbul sederhana,” jelas mahasiswa tingkat akhir Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia UMM ini.
Padahal hari Aksara Internasional, diperingati setiap 8 September. Tahun 2020, bersamaan dengan pandemi covid-19, yang belum usai.
Melalui konferensi virtual, Unesco akan memprakarsai diskusi global kolektif. Untuk menata kembali pengajaran dan pembelajaran literasi dari remaja dan orang dewasa. Pada era pasca- covid-19. Menuju pencapaian Sustainable Development Goals 4 (SDG4) atau Pembangunan Berkelanjutan 4.
Salah satu targetnya, memastikan semua pemuda mencapai literasi dan numerasi. Kemudian, orang dewasa, yang tidak memiliki keterampilan. Ini diberi kesempatan untuk mendapatkannya, demikian sebagaimana dilaporkan situs United Nations.
Dua belas mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Menuntaskan Program Kampus Mengajar Perintis (KMP).
Program ini merupakan bagian dari Kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) yang digulirkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayan. Tujuannya, mengajak mahasiwa berpartisipasi. Serta memberikan solusi bagi sekolah-sekolah yang terdampak pandemi covid-19.
Mahasiswa perwakilan UMM untuk program KMP ini, melaksanakan selama tiga bulan. Mereka bagian dari 2.500 mahasiswa terpilih se-Indonesia. Yang terjun langsung ke sekolah-sekolah terdampak covid-19.
Khususnya di sekitar domisili masing-masing. Kegiatan yang digagas juga berbeda-beda. Tergantung permasalahan yang dihadapi tiap sekolah berdasarkan observasi awal.
Rohmawati Mufida, misalnya. Melaksanakan program tular teknologi pada guru di SDN 52 Parupuk Tabing, Kota Padang. Hal itu dikarenakan sebagian besar guru masih kurang memahami teknologi.
“Program tular teknologi tidak hanya saya berikan kepada guru. Juga kepada siswa dan wali siswa. Karena masih banyak yang gagap teknologi. Padahal pembelajaran dilaksanakan secara daring,” terang Rohma, sapaan akrabnya.
Wakil Dekan I FKIP UMM, Dr Sudiran M.Hum menyatakan bersyukur. Karena kedua belas delegasi yang didaftarkan, lolos pada program yang didanai LPDP tersebut. Menurutnya, keterlibatan FKIP dalam KMP, bukan hanya mendukung kebijakan pemerintah.
Tetapi juga memberikan beragam manfaat bagi mahasiswa. Salah satunya adalah mengasah softskill dan hardskill mereka.
Lebih lanjut, ia berharap. Para mahasiswa bisa berperan secara optimal. Mengembangkan karir dan profesi lewat KMP ini.
“Kami juga ingin. Pengalaman-pengalaman yang mereka dapatkan selama mengikuti KMP ini, bisa diinternalisasikan dalam pengembangan karir dan profesi ke depan,” tambahnya. (roz/jan)