Cikarang – Coca-Cola Amatil Indonesia (Amatil Indonesia), memasang atap panel surya terbesar, dalam fasilitas produksi di Asia Tenggara. Panel surya ini, diletakkan di area atap fasilitas produksi Coca Cola Amatil Indonesia, di Cikarang Barat. Seluas 72.000 m2, senilai USD 5,8 juta atau sekitar Rp 87 miliar. Dapat menghasilkan 7.34 MWp energi surya di masa puncaknya. Serta menghasilkan 9,6 juta kwh energi surya sebagai daya energi fasilitas produksi.
Atas upayanya tersebut, Coca-Cola Amatil Indonesia menerima penghargaan Solar PV Rooftop Champion 2020 dan kunjungan VII DPR RI, yang membawahi bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, Riset dan Teknologi, Lingkungan Hidup, Bapedal, BATAN, LIPI, BPPT dan Dewan Riset Nasional.
Penghargaan Solar PV Rooftop Champion 2020 itu, diserahkan oleh Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) secara virtual, dalam ajang The 9th Indonesia Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ConEx, pada 23 November 2020 lalu. Acara ini dihadiri langsung Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif dan perwakilan dari berbagai institusi dan industri.
Penghargaan diterima Lucia Karina, Direktur Public Affairs, Communications and Sustainability Coca-Cola Amatil Indonesia. Dia menyebut, salah satu komitmen perusahaan dalam keberlanjutan lingkungan, adalah berperan aktif untuk membatasi peningkatan suhu global. Agar tidak lebih dari 1,5 derajat celcius. Coca-Cola Amatil secara keseluruhan menargetkan, setidaknya 60 persen dari kebutuhan energi, bersumber dari energi terbarukan dan rendah karbon di tahun 2020.
‘’Kami sangat bangga dapat meresmikan fasilitas surya atap di fasilitas manufaktur kami di Cikarang Barat. Panel surya atap tersebut, merupakan panel terbesar yang dipasang pada fasilitas manufaktur di kawasan Asia Tenggara, dan kedua di kawasan Asia Pasifik. Ke depan, kami juga berencana untuk memperluas fasilitas panel surya atap kami, di fasilitas manufaktur yang lain,’’ jelas Karina.
Atas prestasi tersebut, Coca-Cola Amatil Indonesia menerima kunjungan Komisi VII DPR RI, di fasilitas produksi Cikarang Barat. Untuk melihat lebih lanjut, atap panel surya Amatil Indonesia. Apalagi pemasangan atap panel surya tersebut, bentuk komitmen Amatil Indonesia untuk mendukung ambisi pemerintah Indonesia, dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebanyak 29 persen. Setara dengan 314 juta ton karbondioksida hingga 2030.
Dalam Kunjungan yang disambut, Komisi VII DPR RI menyatakan dukungannya, terhadap pengembangan energi baru terbarukan. Sejalan dengan dukungannya yang akan dituangkan dalam bentuk UU Energi Baru Terbarukan, yang saat ini masih dalam pembahasan.
‘’Instalasi solar panel CCAI ini, bisa menjadi contoh bagi industri lainnya di seluruh Indonesia. Khususnya pada wilayah Jawa Barat, yang mempunyai tantangan memiliki kebutuhan listrik paling tinggi di bandingkan daerah lainnya,’’ ujar Ketua Tim Kunjungan Komisi VII DPR RI, Ramson Siagiaan.
Proyek energi terbarukan lainnya, yang didukung oleh Amatil Indonesia, termasuk pengadaan 243,383 mesin pendingin hemat energi (cooler) kepada konsumer. Mesin itu dapat menghemat hingga 178 juta kwh energi per tahun.
Kemudian instalasi LED sebagai alternatif pencahayaan alternatif di seluruh pabrik, konversi konversi dari solar, gas alam dan gas alam terkonversi (LNG) untuk pemanas, pembangkit listrik dan forklift sejak tahun 2008. (rbt/rdt)