
KREASI ANAK BANGSA: E-bike dari sepeda bekas, karyas siswa SMK Nasional .( Nayoko/HARIAN DI’S WAY MALANG POST)
Malang – E-bike menjadi salah satu inovasi pemecah buntunya perekonomian. Terutama di masa pandemi covid-19 ini. Peluang terbuka lebar. Apalagi saat harga berbagai kebutuhan melejit naik.
Apalagi belakangan, trend bersepeda makin digandrungi. Mulai dari kawula muda hingga orang tua. Muhammad Taufik, Kepala Sekolah SMK Nasional Malang menyebutkan, inovasi anak didiknya dimulai sejak awal pandemi melanda.
“Kami melihat peluang pasar itu dari tren beresepeda di Kota Malang. Bahkan di kota lain juga begitu. Kemudian, harga unit sepeda baru itu naik tajam. Tidak hanya naik harganya. Tapi unitnya juga harus antri,” jelasnya.
Ekonomi kreatif pun dipilih sebagai bidang pengembangan minat siswa. E-bike itu, disambut baik Wakil Walikota Malang Sofyan Edy Jarwoko. Sehingga berkenan melaunchingnya secara langsung. Taufik menyebutkan, siswanya merancang E-bike dari barang bekas.
“Frame-nya bekas. Kemudian kami modifikasi. Karena kami punya bengkel lengkap. Bengkel mesin, bengkel las, peralatan pengecatan. Sehingga setelah kami modifikasi, kami pasangkan part-part kelistrikannya. Sehingga jadi seperti sepeda baru. Persis sepeda baru,” ujar pria berkumis tebal ini.
Produk yang ia bawa kali ini terdapat 4 jenis. Commuter bike menjadi ikon sekolahnya. Harga Rp 4 juta. Pembeli akan mendapat sebuah sepeda dengan baterai lithium ion.
Para siswa merasa kesulitan mencari perusahaan untuk praktek. Sehingga kebijakan SMK Nasional, siswanya dilibatkan dalam mengembangkan E-bike.
Bekerja sama dan dibimbing saat program SEO berbasis industri dari Universitas Prasetyamulya. Siswa SMK Nasional didampingi selama 3 bulan untuk membaca bisnis.
“Saran dari Prasetyamulya memang sudah harus bergerak maju. Apakah tetap melalui ekonomi kreatif atau ada opsi lain. Seperti manufaktur. Kami siap bergerak di manufaktur. Ini ‘kan sepedanya terbukti tidak susah. Saya kira semua bisa memanfaatkan seperti teknologi ini. Kecuali mobil listrik. Arahnya kami kedepan juga akan mengembangkan mobil listrik. Tahapannya mulai sepeda listrik ini,” ujarnya.
E-bike itu digarap selama 4 hari. Berasal dari sepeda bekas. Ekonomi kreatif jadi sasarannya. Dirinya menyebut izin brand belum ia pegang. Itulah alasannya memilih untuk mengembangkan inovasinya dibidang ekonomi kreatif.
“Termasuk baterai. Kami tidak memungkinkan memproduksinya. Sehingga kami beli dari vendor,” terangnya.
Jika E-bike tersebut di-charge dua jam, maka jarak tempuhnya mencapai 70 km.
“Memang sekarang ini yang susah teknologi baterai. Belum ada charger yang 15 menit bisa langsung digunakan. Bahkan sekelas mobil listrik Tesla itu, 6 jam ngecharge baru bisa digunakan untuk 160 km,” tukasnya. (nyk/jan)