
Arif Setyo Budi, Penari Breakdance. (ist)
Malang – Breakdance merupakan jenis tarian yang membutuhkan gerak seluruh badan dengan atraktif. Tarian ini sempat booming di era tahun 1980-an. Bahkan, sempat diangkat dalam film layar lebar.
Dulu di Kota Malang, depan gedung Bioskop Presiden Jl Letjen Sutoyo menjadi arena para penghobi breakdance unjuk kebolehannya. Sambil membawa tape berikut kaset berirama breakdance, mereka menari dengan atraktif.
Ternyata saat ini di Kota Malang ada penari breakdance yang difabel. Dia adalah Arif Setyo Budi. Dia telah menekuni hobi ini sejak SMK dan aktif di ekstrakulikuler di sekolahnya hingga tahun 2007.
Kecelakaan kerja harus merenggut salah satu kakinya. Peristiwa nahasitu hingga kini masih terngiang. Tetapi dia tidak terus larut dalam kepedihan itu. Dia bangkit menjadi penari breakdance difabel. Tentu gerakan breakdance yang cukup rumit seperti berputar, melompat, dan gerakan lainnya ia modifikasi sesuai dengan kemampuannya.
“Karena dari dulu memang suka dance. Bagaimana lagi. Waktu itu sih awalnya ekstrakulikuler sekolah. Dari situ aku nggak bisa lepas dari dance,” cerita warga Jalan SodancoSupriadi itu.
Pria berumur 33 tahun itu menjelaskan bahwa dia mencoba breakdance pada tahun 2005, dan pernah tergabung dalam tim dance bernama Piramid Soulz. Komunitas breakdance Malang Bboys juga pernah ia ikuti. Tak terkendala dengan kondisinya sekarang, Arif pun masih memiliki motivasi kuat untuk mengembangkan hobinya itu.
“Dulu aku berfikir masih memungkinkan nggak sih nge-dance dengan satu kaki. Disitu aku langsung coba-coba lagi. Karena dulu memang sudah mengetaui dasar-dasarnya. Iseng-iseng mencoba itu,kemudian terus mencoba untuk nge-dance lagi” jelasnya kepada DI’s Way Malang Post, kemarin.
Dari cerita yang ia sampaikan, awalnya memang terasa sulit untuknya memodifikasi gerakan breakdance yang memang terkenal dengan gerakan kaki. Tak mengurungkan niat, akhirnya kini dia pun dapat kembali menari dengan semangat untuk dapat menghibur penonton, meski dengan kondisi yang terbatas.
Tentu dengan dukungan kuat dari orang sekitarnya, kini Arif pun kembali menari. Kompetisi Indonesia mencari bakat pun pernah dia lakoni dengan berhasil menjadi 40 besar.“Tetap semangat dan berfikir positif.” Itulah mottonya.
Dengan keterbatasannya ternyata anak ketiga dari empat bersaudara itu telah diundang di berbagai macam program TV lokal maupun nasional. Menjadi kebanggaan tersendiri untuknya. Salah satunya ketika ia masuk ke dalam program TV nasional, Hitam Putih. Tak hanya breakdance, ternyata alumni SMKNasional Malang itu juga mendalami fotografi sebagai salah satu hobinya.(nyk/ekn)