“Willpower is the key to success. Succesful people strive no matter what they feel by applying their will to overcome apathy, doubt, or fear.” – Dan Millma. Dalam kehidupan tentunya kita akan dihadapkan oleh berbagai pilihan. Kita harus mampu menetukan mana pilihan yang tepat untuk kita jalani dengan mempertimbangkan berbagai aspek di dalamnya. Sesederhana apapun hal tersebut, tentunya telah melewati proses penentuan sebelumnya sehingga menjadi sebuah keputusan yang bersifat final. Suatu kewajaran apabila kita merasa bimbang maupun ragu saat akan menentukan sebuah keputusan. Namun, apakah kalian pernah berpikir bahwa keraguan yang sangat berlebih dapat menimbulkan suatu kecemasan? Atau mungkin kalian sering merasakannya? Mari kita telaah permasalahan ini.
Keraguan berlebih saat akan mengambil keputusan sehingga menimbulkan gangguan kecemasan disebut aboulomania symptoms. Gangguan ini termasuk gangguan psikologis yang langka dan masih belum banyak dipahami oleh orang awam. Aboulomania biasanya dikaitkan dengan kecemasan, stres, depresi, hingga dapat mengganggu cara bersosialisasi seseorang. Aboulomania memengaruhi kemauan seseorang, melemahkannya, dan pada akhirnya menimbulkan perasaan ragu yang bersifat konstan atau patologis. Hal ini mengakibatkan seseorang benar-benar merasa sulit untuk mengambil suatu keputusan bahkan untuk hal sesederhana apapun itu. Pada kasus aboulomania, keraguan dan ketidakpastian yang dirasakan para penderita berubah menjadi sebuah obsesi yang menimbulkan tingkat keresahan tinggi karena memengaruhi segala aspek serta aktivitas mereka.
Pengidap aboulomania merasa perlu untuk terus menganalisis sebuah keputusan yang cenderung dinilai negatif oleh diri mereka sendiri. Bahkan tidak jarang para penderita aboulomania berulang kali mengubah keputusan yang telah mereka tetapkan sebelumnya karena mereka merasa bahwa perlu mengevaluasi kembali keputusan tersebut. Ketidakmampuan penderita aboulomania untuk mengambil suatu keputusan menjadi obsesif dan menciptakan pikiran berulang sehingga dapat mengganggu diri mereka.
Banyak kasus keragu-raguan yang bersumber pada kebutuhan untuk dapat menghasilkan pilihan yang tepat (Jawer, n.d.). Perasaan ragu-ragu tersebut menimbulkan tingkat kegelisahan dan kecemasan yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan penderita aboulomania sering berada pada situasi yang kurang menyenangkan hanya karena mereka tidak dapat mengambil sebuah keputusan apakah mereka akan tetap berada di situasi tersebut atau tidak. Gangguan ini memiliki kaitan yang erat dengan gejala emosional dan kognitif karena adanya pemikiran yang sifatnya terus berulang dan bersifat obsesif. Penghindaran tanggung jawab, sikap pasif dalam hubungan maupun kelompok, serta ketidakmampuan untuk mengungkapkan persetujuan merupakan beberapa gejala perilaku pengidap aboulomania.
Aboulomania biasa disebut juga dengan Indecisive Compulsive Disorder (ICD), di mana gangguan ini termasuk dalam gangguan obsesif kompulsif. Sering pula penderita aboulomania dikorelasikan dengan Obsesissive Compulsive Disorder (OCD). Karena aboulomania merupakan gangguan psikologis yang langka, maka kasus maupun diagnosa terhadap gangguan ini cukup sulit dan jarang ditemukan. Mayoritas pengidap aboulomania tidak menyadari gangguan ini dan pada akhirnya hanya sedikit dari mereka yang berhasil melakukan diagnosa dengan bantuan tenaga medis profesional.
Para penderita aboulomania seringkali mendapat penghinaan secara sosial dalam perkembangan mereka. Hal ini terjadi karena mereka dianggap tidak mampu dalam mengemban tugas, mempertanggungjawabkan suatu hal secara pribadi dan biasanya tidak dapat bekerja secara independen atau mandiri karena sangat bergantung kepada peran maupun bantuan dari orang lain. Penderita aboulomania selalu meminta pendapat atau bahkan menyerahkan perihal suatu keputusan kepada orang lain. Tentunya ini semakin memperkuat anggapan orang lain bahwa pengidap aboulomania merupakan seseorang yang tidak mampu hidup dalam kemandirian.
Hingga saat ini masih belum diketahui dengan pasti penyebab aboulomania atau ICD. Namun, terdapat pendapat atau hipotesis terkait penyebab aboulomania atau ICD ini, yakni aboulomania dapat dipengaruhi oleh perkembangan psikologis serta beberapa faktor biologis seseorang. Penelitian mengungkapkan bahwa pola asuh yang bersifat overprotektif pada anak menciptakan dorongan bagi mereka untuk selalu menerapkan ketergantungan pada orang lain sehingga perilaku ini terus berkembang hingga dewasa. Para peneliti juga mengungkapkan bahwa trauma maupun pengalaman negatif dapat pula menjadi salah satu penyebab timbulnya aboulomania. Misalnya, pengalaman buruk seseorang akibat penolakan pendapatnya di depan umum sehingga mempermalukan orang tersebut.
Diagnosis terkait aboulomania tidak dapat dilakukan begitu saja hanya karena kita merasa bimbang ketika mengambil suatu keputusan. Kebimbangan dan keraguan adalah hal yang manusiawi dalam menentukan suatu keputusan. Masalahnya, apabila keraguan maupun ketidakpastian tersebut bersifat tetap dan terus menerus menciptakan pemikiran berulang sehingga menimbulkan kecemasan yang tinggi, barulah kita dapat mencoba untuk mulai mengonsultasikannya kepada tenaga medis profesional. Terlebih saat keraguan dan ketidakpastian yang terus berulang tersebut pada akhirnya menganggu kehidupan sosial kita serta menimbulkan permasalahan sosial.
Terdapat beberapa cara untuk mengobati gangguan psikologis ini. Setelah dilakukan diagnosis mendalam oleh dokter dan dipastikan tidak memiliki riwayat penyakit fisik, selanjutnya dokter akan memberi rujukan kepada psikolog atau psikiater untuk melakukan penanganan lebih lanjut. Kemudian psikolog atau psikiater melakukan segala tahap diagnosis seperti wawancara untuk memastikan adanya gejala. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian obat simptomatik yang biasanya digunakan untuk masalah kecemasan dan depresi disertai terapi kognitif secara berkala bagi pasien.
Terkait penyembuhan aboulomania, sebenarnya tergantung pada masing-masing individu penderita. Adanya kemauan dari diri sendiri serta usaha yang maksimal sangat memengaruhi kesembuhan penderita aboulomania. Menguasai sebuah keputusan yang lebih kecil dengan rasa percaya diri dapat membantu kita untuk menentukan keputusan yang lebih besar di kemudian hari (Pelusi, n.d.). Melatih diri sendiri untuk mulai membuat keputusan-keputusan sederhana juga dapat diterapkan guna mengurangi gejala aboulomania. Hanya dengan terapi saja tidak cukup untuk menyembuhkan gangguan psikologis ini. Maka dari itu, perlu adanya tekad yang kuat dalam diri sendiri untuk berjuang demi kesembuhan yang diharapkan.
Penulis : Habibah
Mahasiswi Universitas Brawijaya, Program Studi Psikologi
Semangat terus mbak bib