Batu – Rembug Nasional Perunggasan, mengusung tema Terbitkan Perpres Untuk Perlindungan Terhadap Peternak Rakyat Mandiri. Berlangsung di Hotel Singhasari, Kota Batu, Kamis (10/12). Pesertanya seluruh peternak ayam se Jawa-Bali.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (PINSAR) Jatim, Kholiq mengatakan: Tujuan rembug ini, agar saat budidaya bisa mendapatkan profit. Juga menginginkan jaminan.
“Jadi jika sudah menjadi peternak tak mendapatkan kerugian seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Karena para peternak sudah mengalami kerugian selama dua tahun berturut-turut,” jelasnya. Maka pihaknya mendesak pemerintah menerbitkan perpres. Supaya terdapat perlindungan bagi peternak rakyat.
“Karena pada tahun 2019, kami mengalami kerugian besar-besaran. Ini dikarenakan pemasokan Grand Parent Stock (GPS) yang terlalu besar. Pasokan GPS terlalu besar itu, mengganggu stabilitas Harga Pokok Penjualan (HPP). Kerugian yang kami terima per kilo sebesar Rp 3 ribu,” ungkapnya.
Padahal, rerata setiap peternak ayam broiler mandiri menghasilkan 10-20 ton daging per hari. Bahkan peternak sampai terlilit hutang dan tidak bisa membayar. Banyak rekannya yang kolaps dan gulung tikar. Tidak sanggup bayar hutang karena terus merugi.
“Peternak mandiri yang bisa bayar hutang, kebanyakan dengan menjual tanah dan peternakannya. Ini karena sudah bertahun-tahun mengalami kerugian,” ujarnya. “Jumlah hutang itu tak hanya ratusan juta. Sudah ratusan miliar. Maka dari itu, kami berharap ada regulasi yang melindungi peternak mandiri,” lanjutnya.
Kholiq menyatakan, ada dua perusahaan besar yang menguasai pasar perdagangan ayam, yakni PT Charoen Pokphand dan PT Japfa Comfeed. “Kami berharap diberi ruang untuk menjamah pasar. Kami juga berharap ada regulasi. Untuk menjamin iklim berdagang yang sehat juga melindungi peternak mandiri,” tandasnya.
Entah itu Permentan atau Perpres, yang penting peternak rakyat dilindungi. Keinginan para peternak sebenarnya tak muluk-muluk. Hanya ingin budidaya mandiri ayam broiler dan mendapatkan profit dengan regulasi yang sehat.
Kadis Peternakan Jatim, Wemmi Niamawati mengungkapkan: Jatim salah satu gudang peternak di Indonesia. Memberikan kontribusi signifikan terhadap populasi ternak dan produksi hasil ternak nasional.
“Tahun 2019. Berdasarkan data BPS Jatim. Populasi dan produksi unggas khususnya ayam. Ayam ras populasinya 51 juta. Jumlah telur 45.490 ton. Kontribusinya 28 persen produksi nasional,” ungkapnya.
Ayam potong estimasinya 254.632 ekor. Produksi dagingnya 363 juta kg. Kontribusi nasional sebesar 15 persen. Ayam buras populasinya 39 juta. Produksi telur 21 juta ton. Kontribusi nasional 12 persen.
Tingginya produksi daging dan telur ini, menjadikan Jawa Timur sebagai wilayah strategis. Mitra pemerintah menghasilkan produksi protein. Sebesar 60 persen dari petani rakyat.
Permasalahan bagi peternak ayam rakyat adalah, harga jualnya masih belum stabil. Sering kali harga jualnya di bawah harga pokok produksi. Padahal sudah diatur dalam Peraturan Mentri Perdagangan No 7 tahun 2020.
Kadis Pertanian Kota Batu, Sugeng Pramono mengatakan: Kota Batu memiliki keberagaman jenis unggas. Diantaranya ayam ras, ayam petelur, ayam daging dan itik.
“Jumlah ayam petelur sebanyak 150.500 ekor, ayam daging sebanyak 507.000 ekor, 7 juta ayam ras. Maka dari itu, dalam acara rembug ini bisa menjadikan salah satu upaya. Untuk menjaga kestabilan harga,” jelasnya. (ant/jan)