DUA jalur money politic; dari timses dan dari pejudi. Di tingkat daerah; Pilkades, bandar judi dikaitkan dengan botoh. Pilkada pun sama. Lebih besar. Untuk Pilkada Kabupaten Malang yang hari ini berlangsung –konon; ada satu tokoh yang bertaruh Rp. 1,6 Miliar.
Para botoh ini ikut berupaya memengaruhi pemilih dengan memberi uang, agar jagonya menang. Mereka juga merayu para warga apatis dan golput yang diperkirakan dalam pilkada ini 30-40 persen.
Bentuk taruhannya berjenjang. Bisa hanya untuk si jago menang di tingkat TPS. Atau desa, kecamatan, sampai tingkat kabupaten.
Gerakannya tentu saja sembunyi-sembunyi. Praktik ini sudah dalam kalkulasi polisi. Tapi tidak gampang membongkarnya. Kapolres Malang, AKBP Hendri Umar SIK MH, sudah menyatakan, akan menindak tegas.
Para anggotanya, termasuk jajaran polsek, diminta memelototi. Begitu terbukti, langsung tindak. “Agar warga dapat memilih secara obyektif. Bukan milih karena uang. Anggota perlu pula meyakinkan warga bahwa TPS aman dan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat,” papar Hendri Umar.
Tak hanya polisi, pengawasan ketat juga akan dilakukan Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Kabupaten Malang. Lewat Gerakan Anti Money Politic. “Ada tim khusus yang bergerak dan mengawasinya di seluruh wilayah menjelang pencoblosan. Kami berkoordinasi dengan Gakumdu, Polres, Bawaslu dan Kejari. Kami harap para timses paslon jaga kondusifitas. Hindari praktik-praktik yang berpotensi jadi pelanggaran. Termasuk ‘serangan fajar’,” tegas Bupati LIRA Malang, HM Zuhdy Achmadi SH. (Tim DMP-ekn)
>>>>>>>Selengkapanya Di Harian DIs Way Malang Post Edisi Rabu (9/12)