Malang – Keinginan Jumadi Effendi, gantung peluit alias pensiun dari dunai perwasitan sepak bola nasional, tak sepenuhnya bisa terwujudkan. Dia mendapat tugas baru dari PSSI tahun 2020 ini, sebagai Referee Assessor nasional. Profesi tergolong baru di sepak bola Tanah Air. Yang bertugas mengevaluasi kinerja seluruh perangkat pertandingan dalam sebuah laga. Baik sebelum-selama-sesudah pertandingan.
Memulai karir perwasitan sejak tahun 2000, baik dalam kompetisi level Divisi 1, 2, maupun 3 hingga tahun 2009. Kompetisi ISL (Indonesia Super League) musim 2010/2011 menjadi debutnya masuk level teratas kompetisi sepak bola di Tanah Air.
Level tertinggi kompetisi di Indonesia tersebut, sejak ISL 2010/2011 sampai dengan Liga 1 2018, Jumadi Effendi total mencatatkan 119 laga bertugas di lapangan. Dalam durasi 10.710 menit. Mengeluarkan 240 kartu kuning dan 20 kartu merah.
Arema asli ini, awali debut sebagai wasit pada tanggal 27 Maret 2010. Memimpin laga Persitara Jakarta Utara versus PSM Makassar (1-2), di Stadion Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro Jakarta. Jumadi Effendi akhiri karirnya sebagai wasit, ketika memimpin laga Liga 1 2018 (02/12/2018) Bali United versus Persija Jakarta (1-2), di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar.
Final Piala Presiden 2015, di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta, 18 Oktober lalu, jadi pengalaman berkesan bagi Jumadi Effendi. Maklum, sepanjang karier wasitnya, baru kali ini ia memimpin pertandingan di bawah sorotan 80 ribu lebih penonton. Plus disaksikan Presiden RI Joko Widodo.
Sosoknya cukup tenang. Baik di dalam maupun luar lapangan. Namun, wasit yang juga berprofesi sebagai kasir di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang sejak 1992 itu, juga disebut pemegang rekor terbanyak mengeluarkan kartu kuning dalam satu laga.
Yakni 10 kartu dalam pertandingan babak perempatfinal Piala Presiden 2015. Itu ketika Persib Bandung menumbangkan Borneo FC 2-1 di Stadion Si Jalak Harupat (Soreang) Bandung.
Berikut cuplikan wawancara DI’s Way Malang Post bersama Jumadi Effendi.
Evaluasi Anda terkait perwasitan selama kompetisi 2010-2020?
Wasit sudah bagus dalam memimpin semua pertandingan. Sesuai Rule of the Games. Tak ada keberpihakan atau menguntungkan salah satu tim. Sebuah tim menang karena prestasi dan murni teknis. Kalau pun ada protes, baik dari pemain, ofisial, atau pelatih sebuah tim, saya kira masih dalam batas wajar. Ada yang kecewa atau sebaliknya.
Ada pengalaman buruk selama menjadi wasit?
Pengalaman buruk juga risiko sebagai wasit. Saya pernah dilempar batu, botol, dihantam pemain, atau dicaci di media sosial. Seperti ketika bek Mitra Kukar menanduk kepala saya (Hamka Hamzah, Red.) saat melawan Sriwijaya FC di Palembang, Maret 2012 lalu. Itu membuat anak dan istri saya menangis di Malang. Tapi saya salut. Pemain itu meminta maaf dan menelpon saya.
Ada juga pengalaman lucu saat memimpin laga?
Wah, tentu ada! Saya pernah memimpin pertandingan awal tahun 2000, di kompetisi amatir Divisi 3. Hampir semua peralatan sudah saya siapkan. Tapi, saya lupa menaruh dimana kartu kuning dan merah. Sebagai gantinya, ya beli karton warna kuning dan merah, buat kartu sendiri
Pengalaman paling berkesan dan membuat Anda tak pernah melupakan?
Memimpin pertandingan babak grand final Piala Presiden 2015 di Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Antara Persib Bandung melawan Sriwijaya FC. Luar biasa dan itu membuat saya bangga. Laga ditonton lebih dari 80 ribu penonton dan Presiden Jokowi.
Pernah bercita-cita menjadi pemain profesional?
Ya pernah, tapi kandas di tengah jalan. Saya dulu mantan penjaga gawang Persema Malang U-21 tahun 1991 hingga 1993. Seangkatan dengan Nanang Supriyadi dan Kuncoro. Tapi umur 27 tahun, saya memutuskan gantung sepatu. Karena merasa sulit untuk bersaing. Disamping karena saya juga harus fokus ke pekerjaan. Ada satu hal yang tidak kesampaian, menjadi wasit FIFA. Saya pernah ikut tes tahun 2007, tapi gagal karena faktor batasan usia.
Siapa wasit idola Anda?
Saya menaruh hormat kepada wasit asal Korea Selatan, Kim Jong Hyeok. Dia muda, ramah dan banyak fans. Memimpin pertandingan sangat tegas, sesuai aturan tanpa kompromi. Untuk wasit dalam negeri, saya mengidolakan bang Jimmy Napitupulu, dia tegas dan sangat tenang.
Anda mempunyai pemain idola?
David Beckham, Bima Sakti dan Firman Utina. Itu pemain-pemain idola saya. Baik secara teknis, mental maupun kepemimpinan mereka di timnya. Mereka kalau memprotes wasit sangat santun, profesional dan bisa membimbing rekan-rekan timnya, agar tetap berperilaku positif dan tak terprovokasi keadaan.
Apa pekerjaan Anda di luar sepak bola?
Pekerjaan utama saya, di bagian keuangan atau kasir di RS Dr Saiful Anwar Malang (RSSA) sejak tahun 1992 dan profesi di sepak bola itu hanya hobi saja. Selain itu, saya juga ikut melatih SSB RSSA dan PS RSSA, kalau ada waktu luang. Karena tempat bekerja saya saat ini, memiliki klub amatir yang menjadi bagian dari kompetisi internal Askot PSSI Malang.
Bagaimana dengan profesi Anda yang baru, sebagai referee assessor nasional yang ditunjuk PSSI?
Yang pasti keputusan pensiun dari lapangan hijau, harus tertunda dulu dan kembali harus keliling Indonesia sebagai Referee Assessor PSSI. Tugas referee assessor tidak mudah dalam sebuah pertandingan. Sebab juga menjadi perpanjangan tangan PSSI di lapangan. Membantu meningkatkan kinerja perangkat pertandingan, baik wasit, asisten wasit dan wasit cadangan. Prinsipnya referee assessor bertugas mengevaluasi kinerja perangkat pertandingan, selama pertandingan dan bagaimana mereka penerapkan aturan-aturan permainan atau LOTG (Laws of the Game).
Terakhir, masih perlukah ada penghargan wasit terbaik di setiap kompetisi?
Sangat perlu. Minimal ini akan memberikan rangsangan positif dan semangat rekan-rekan sesama wasit untuk menjadi yang terbaik. (act/rdt)
Biodata
Nama : Jumadi Effendi
Lahir : Malang, 9 Maret 1973
Pekerjaan : RSUD Dr. Saiful Anwar Malang (RSSA), bag.Keuangan (kasir) sejak 1992
Istri : Katarini (45 tahun)
Anak : Vioni Rahmadhani Effendi (22 tahun), Brian Beckham Effendi (16 tahun)
Pendidikan : SMA (1991)
Alamat : Jalan Ranu Grati 41, Sawojajar, Kedungkandang, Kota Malang
Karir Wasit : C-3 (2000), C-2 (2002), C-3 (2003), FIFA (seleksi 2007 gagal)
Karir pemain : Penjaga gawang PS RSSA Jr (1987-1989), PS RSSA senior (1989-2000), Persema Malang U-21 (1991-1993).
Wasit idola : Kim Jong-hyeok (Korea Selatan) dan Jimmy Napitupulu (Indonesia)
Pemain idola : David Beckham, Bima Sakti Tukiman dan Firman Utina (Indonesia)
Timnas idola : Indonesia dan Spanyol
Klub idola : Real Madrid dan Persema Malang
Makanan favorit: Bakso
Minuman favorit: Air putih dan Jeruk
Track Record Wasit Nasional
Total : 119 laga
Wasit : 86 laga
Asisten wasit dan wasit cadangan : 33 laga
Kartu Kuning : 240 KK
Kartu Merah : 20 KM
KK terbanyak : 10 KK laga perempatfinal Piala Presiden 2015, 26 September 2015 Persib Bandung v Borneo FC 2-1 di Stadion Si Jalak Harupat (Soreang) Bandung
KM Terbanyak : 3 KM laga perempatfinal Piala Presiden 2015, 26 September 2015 Persib Bandung v Pusamania Borneo FC 2-1 di Stadion Si Jalak Harupat (Soreang) Bandung
Laga tanpa kartu (KK/KM) : 06/04/2010 (ISL) Persipura Jayapura v Bali United FC 2-2 dan 18/05/2012 (ISL) Persidafon Dafonsoro v Persiba Balikpapan 2-2
Debut Wasit Liga 1/ISL :
27/03/2010 Persitara Jakarta Utara vs PSM Makassar 1-2 (wasit)
Stadion Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro Jakarta
Terakhir Wasit Liga 1/ISL :
02/12/2018 Bali United vs Persija Jakarta 1-2
Stadion Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar