Malang – Fenomena meningkatnya kasus ular masuk rumah warga di Kota Malang mendapat tanggapan dari Nia Kurniawan, S.Si, MP., D.Sc, Dosen Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Brawijaya (UB). Nia Kurniawan juga peneliti herpetofauna (kelompok hewan Amphibia dan Reptilia).
Menurut Nia, catatan ilmiah menyebutkan sebanyak lebih dari 90 spesies ular tersebar di Pulau Jawa. Beberapa species di antaranya ular berbisa seperti ular kobra (Naja sputatrix), weling (Bungarus candidus), welang (Bungarus fasciatus), bangkai laut (Trimeresurus insularis), dan lainnya.
Umumnya jika pemukiman berada tidak jauh dari bantaran sungai, sawah, atau ladang, akan lebih sering bertemu. Karena memang itu merupakan habitat bagi ular.
Keberadaan tumpukan material sekitar rumah seperti kayu, batu bata, atau genteng juga bisa menjadi tempat bagi persembunyian ular.
“Kami pernah menemukan ular kobra dan weling bersembunyi di bawah pot tanaman di taman rumah warga,” ujar Nia kepada DI’s Way Malang Post, kemarin.
Dijelaskan Nia, ular merupakan hewan berdarah dingin yang butuh panas dari lingkungan sekitar. Karena itu, ular mencari tempat hangat untuk tinggal. Salah satunya di pemukiman. Terutama ketika musim hujan. Selain itu, mangsa ular seperti tikus atau vertebrata kecil lainnya juga mudah dijumpai di sekitar pemukiman. “Ini juga menjadi faktor bagi ular berada di sekitar pemukiman,” papar Nia.
Musim hujan, lanjut Nia, juga merupakan musim ular bertelur. Biasanya ular kobra Jawa menetas 5-10 ekor pada musim hujan berdasarkan hasil survei. Jadi wajar kalau di sekitar kebun atau perumahan ditemukan ular lebih banyak. “Biasanya musim ular bertelur dan kemudian menetas ini pada bulan Januari dan Februari,” ungkap Nia.
Terkait kemungkinan lain, seperti ular turun gunung karena Gunung Semeru akan meletus, kata Nia, itu cukup kecil. Kalau terjadi mungkin sudah terdeteksi di daerah Tumpang dan Poncokusumo. Hal ini perlu survei intensif.
“Survei rutin kami kebetulan menemukan Trimeresurus puniceus di Pronojiwo, Lumajang. Biasanya habitatnya di dataran tinggi. Namun, ini ditemukan di lokasi yang lebih rendah,” kata Nia Kurniawan.
Saat ini Nia sedang mengerjakan riset antivenom di Laboratorium Biosains UB. Harapannya bisa membuat antivenom, sehingga tidak ada kematian dari orang yang digigit ular.
Untuk pencegahan, mohon masyarakat berhati-hati apabila di daerah habitat ular. Jika di lapangan sebaiknya memakai sepatu boot untuk melindungi kaki dari gigitan ular. “Untuk masyarakat diharapkan lingkungan sekitar bersih dari tumpukan barang- barang yang memungkinkan jadi tempat persembunyian ular,” pungkas Nia. (roz/ekn)