
Dewanti Rumpoko, Wali Kota Batu (Foto: Humas Pemkot Batu)
Batu – Kota Batu kembali zona merah. Setelah sekian lama mandek di zona oranye. Faktor utama yang menyebabkan kota wisata ini ke zona merah covid-19, karena klaster keluarga. Contohnya saja seperti Desa Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, yang sangat mempengaruhi kondisi Kota Batu kembali ke zona merah. Yang paling utama, kembalinya Kota Batu ke zona merah, bukan disebabkan karena klaster pariwisata.
Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko menjelaskan, klaster keluarga yang ada di Desa Tlekung bermula dengan adanya orang sakit yang tak dirawat di rumah sakit (RS). Namun saat orang tersebut sedang sakit. Banyak kerabat dan tetangga yang membesuk.
‘’Hal itu dikarenakan mereka tak mengetahui orang sakit itu terkonfirmasi positif Covid-19. Setelah beberapa hari berselang, orang yang sakit tadi meninggal dunia. Dan hasil swabnya keluar menunjukkan positif Covid-19,’’ jelas Dewanti Rumpoko, Wali Kota Batu.
Kemudian setelah selang beberapa hari. Terdapat tiga orang yang membesuk tadi meninggal dunia. Hingga setelah dilakukan tracing menunjukkan, 27 warga Desa Tlekung positif covid-19.
‘’Belajar dari hal yang telah terjadi itu. Kedepannya kami akan kembali menghidupkan satgas-satgas hingga ke tingkat dusun. Pada saat awal Covid-19, sangat masif melakukan penindakan. Namun setelah sekian lama berselang, sudah mulai kendor,’’ ujarnya.
Untuk selanjutnya, kata Dewanti, bagi setiap orang sakit di Kota Batu, harus langsung melakukan rapid test terlebih dahulu. Ini bertujuan, agar orang sakit itu, bisa langsung diketahui kondisinya. Apakah positif Covid-19 atau tidak. Dengan harapan kejadian seperti di Desa Tlekung tak kembali terulang.
Meski saat ini Kota Batu masuk zona merah lagi, hal tersebut tak akan membuat Pemkot Batu melaksanakan PSBB. Hanya saja pada daerah yang dianggap rawan, akan dilakukan PSBL. Seperti misalnya di Tlekung.
‘’Karena jika dilakukan penerapan PSBB, membutuhkan dana yang begitu sangat besar. Serta tingkat perekonomian juga akan mati. Padahal di salah satu daerah itu, belum tentu terdapat hal-hal yang menghawatirkan,’’ terangnya.
Kata Dewanti, penyebab zona merah Kota Batu ini bisa dikatakan, karena klaster keluarga. Yang menyebar kepada kerabat dan para tetangga akibat kelalaian. Terutama kesadaran masyarakat, terhadap penerapan protokol kesehatan sudah mulai kendor.
Sementara itu, untuk saat ini RS rujukan Covid-19 di Kota Batu sudah full. Misalnya saja di RS Karsa Husada, dengan kapasitas 28 pasien, telah terisi keseluruhan. Namun untuk selter Hotel Mutiara Baru, dari kapasitas 95 pasien, masih terisi sebanyak 45 pasien.
‘’Maka dari itu, mari kita semua bersama-sama meningkatkan kesadaran terhadap penerapan protokol kesehatan. Dengan harapan tak ada lagi penambahan pasien positif Covid-19 di Kota Batu,’’ harapnya.
Untuk mengatasi kondisi itu, jika terdapat pasien yang sangat membutuhkan pertolongan, maka akan langsung dirujuk ke rumah sakit yang ada di kota-kota lain. Karena dalam penanganan Covid-19 ini seluruh rumah sakit saling bersinergi. (ant/rdt)