Malang – Seluruh pasien yang meninggal dunia, akibat terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Malang, bukan murni karena coronavirus disease. Melainkan karena ada komorbid atau penyakit bawaan. Terutama yang sebelumnya sudah mengidap diabetes maupun hipertensi. Karena itulah, bagi warga Kota Malang yang memiliki penyakit bawaan, harus lebih meningkatkan kehati-hatian dari serangan Covid-19. Termasuk yang berusia di atas 60 tahun. Menerapkan pola hidup sehat dan disiplin terhadap protokol kesehatan, menjadi kunci agar terhindar dari virus mematikan ini.
Juru bicara Satgas Covid-19 Kota Malang, dr Husnul Muarif menegaskan hal itu, saat menjadi pembicara dalam Diskusi Publik bertema ‘Wartawan Tangguh di Tengah Pandemi Covid-19.’ Yang diselenggarakan SIWO PWI Kota Malang, Minggu siang.
‘’Jadi yang meninggal karena Covid-19 di Kota Malang, bukan murni karena virus itu sendiri. Melainkan punya komorbid. Dan itu sangat berbahaya. Terutama bagi yang sudah berusia 60 tahun ke atas,’’ ujar Husnul yang baru saja diangkat menjadi Direktur RSUD Kota Malang.
Dia pun menegaskan, data-data terkait jumlah pasien Covid-19, selalu dikirimkan ke pusat. Kemudian dari pusat baru turun ke Jawa Timur. Untuk dilakukan verifikasi kembali, data itu dikembalikan ke Kota Malang.
‘’Nah, yang melakukan verifikasi data itu adalah puskesmas. Mereka yang harus memastikan data-data yang terkirim tersebut. Karena itulah, terkadang verifikasi data itu butuh waktu panjang. Bisa sampai satu minggu,’’ sebutnya.
Diakuinya, saat ini Kota Malang masih belum terbebas dari serangan Covid-19. Terlebih data pasien selalu menunjukkan penambahan. Sekali pun pasien yang sembuh, juga terus bertambah. Bahkan, orang yang sudah terkena Covid-19 dan sembuh. Atau hasil swab test nya sudah negatif, masih sangat mungkin kembali tertular virus yang berasal dari China ini. Tidak ada jaminan, bagi penyintas Covid-19, untuk tidak kembali tertular.
‘’Selama dia tidak lagi taat pada protokol kesehatan. Abai terhadap sekitarnya dan tidak menerapkan 3M. Seperti tidak lagi mau pakai masker, tidak lagi menjaga jarak dan tidak mencuci tangan dengan sabun di air mengalir, atau memakai hand sanitizer,’’ papar pria dari Bondowoso ini.
Sementara kepada wartawan yang bertugas di lapangan, Husnul berharap agar para jurnalis, juga tetap memperhatikan protokol kesehatan. Jangan sampai karena berburu berita dan mencari informasi yang eksklusif, hingga melupakan keselamatan diri.
‘’Sekali lagi yang sangat berbahaya itu drolet. Sedangkan kita tidak tahu, nara sumber yang dihadapi itu, sehat atau justru orang tanpa gejala. Jika tidak menjaga jarak, akan sangat berbahaya sekali. Apalagi kalau yang diwawancarai tidak memakai masker dan protokol kesehatan lainnya,’’ imbuh Husnul.
Pun saat selesai bertugas, wartawan juga diminta untuk menjaga keluarga dan rekan sekantor lainnya. Ketika kembali ke rumah atau ke kantor, ada baiknya langsung membersihkan tubuh terlebih dahulu.
‘’Kita tidak tahu, orang-orang yang kita hadapi saat bertugas, kondisinya bagaimana. Sementara wartawan itu, setiap hari pasti berhadapan dengan nara sumber yang berbeda-beda. Jadi, harus benar-benar meningkatkan kewaspadaan diri dan orang di sekitar kita,’’ katanya. (rdt)