Malang – Pemuda adalah kekayaan besar Kabupaten Malang yang selama ini belum tergarap sempurna. Padahal, di tangan pemuda-pemudi itulah, masa depan wilayah ini digantungkan.
Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu alasan kuat Milenial Utas Kabupaten Malang diluncurkan. Milenial Utas adalah komunitas pemuda milenial berjejaring di Kabupaten Malang. Tujuannya, menghidupkan ekonomi kreatif, sekaligus menggerakkan milenial di bidang perekonomian berbasis desa.
Kali ini bersama forda emas, Pemuda Pancasila (PP) Kabupaten Malang dan PAC Lawang serta Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Malang mengadakan kegiatan Milineal Sinau Bareng Gus Miftah. Kegiatan digelar di Griya Lawang, Jumat (27/11).
Zulham Mubarak, Ketua Panitia sekaligus anggota milenial utas mengatakan, kegiatan ini merupakan kado untuk HUT Kabupaten Malang dalam bentuk gerakan-gerakan keilmuan jiwa muda lewat pengajian. Ini juga sebagai penyemangat milenial Kabupaten Malang agar lebih termotivasi, salah satunya sianu bareng Gus Miftah.
Dalam ceramahnya Gus Miftah mengatakan, sumbangsih milenial merawat persatuan dan kesatuan bangsa harus dijadikan momentum mempererat persatuan. Sekaligus menjaga keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai Pancasila.
Kita contoh salah satunya kiai-kiai NU yang tidak meninggalkan hadist-hadist dalam berceramah. Tidak selalu mengkriminalisasikan suatu golongan seperti halnya Nabi Muhammad yang selalu mencintai musuh-musuhnya.
“Aksi bela tauhid, ya tahlilan. Aksi bela Nabi, ya salawatan. Aksi bela ulama ya manakiban. Aksi bela Alqur’an ya sema’an. Aksi bela ilmu ya sorokan. Dan terakhir aksi bela negara, ya istigosahan meminta yang terbaik buat negaranya,” jelas Gus Miftah.
Jangan sampai membela agama, tetapi tetap anarkis. Makanya dalam hal hasana, NU kita mengenal istilah Islam yang tawasul. Yang mengajarkan rasa tasamuk. Jadi polanya, pola Islam moderat, baik bernegara dan beragamanya.
Di dalam bernegara, konsep Islam moderat adalah kita harus berada di tempat netral. Tengah-tengah. Apabila pemerintah bagus harus di dukung. Pemerintah salah, ya dikritik, tetapi dengan cara yang baik. Tidak harus semua dengan anarkis yang merugikan.
“Saya juga kepingin ketika kita bernegara harus yang balance (imbang). Pemerintah bagus ayo kita dukung, dan bilamana pemerintah jelek, ya kita kritisi dengan yang halus,” ujarnya.
“Kita mencintai Pak Jokowi karena Pak Jokowi sebagai Presiden yang sah sesuai undang undang. Karena itu kita tidak boleh mengolok-olok Presiden. Karena ucapan adalah suatu doa, suka nggak suka beliau adalah Presiden kita saat ini, yang harus kita dukung. Karena sebenarnya yang kita cintai bukan sosok Presidennya. Tetapi NKRI-nya. Presiden bisa gonta-ganti. Tetapi kita tetap cinta NKRI. Nah, ini adalah salah satu topik ngaji kita merawat persatuan dan kesatuan bangsa. Sekali lagi kita wajibkan NKRI harga mati, janda bisa dicari,” ucap Gus Miftah dengan nada bercanda dalam ceramahnya penyemangat para milenial.
Terakhir Gus Miftah juga berujar, boleh tidak kita mengkritik pemerintah dengan cara yang kasar, jawabnya adalah tidak boleh. Boleh kita mengkritisi pemerintah tetapi harus dengan halus, bilamana mereka benar kita wajib mendukung dan bilamana salah wajib kita kritisi dengan yang baik. “Dan kita wajib untuk tetap mendukungnya demi terciptanya persatuan dan kesatuan NKRI,” pungkasnya.(dmp)