Ibnu Rubianto, Canangkan Gerakan Minum Susu
Mochammad Ibnu Rubianto MBA menjabat Bupati Malang mulai 26 Oktober 2000 dan berakhir pada 24 Januari 2001. Sangat singkat karena beliau meninggal dunia akibat gagal jantung.
Ibnu Rubianto merupakan arek Malang (Arema) asli yang lahir pada 12 November 1956. Dia anak dari pejuang Kemerdekaan RI eks Peta Letkol (Purn) KH. Mahfud Ridwan dan Ny. Soejati yang juga Ketua Korp Wanita Veteran Indonesia Cabang Malang. Keduanya menerima Bintang Gerilya dari Pemerintah Indonesia.
Aliran darah pejuang Ibnu Rubianto bukan hanya diwarisi dari ayah dan ibu. Tetapi, juga dari sang kakek. Yakni tokoh ulama KH Ridlwan Abdullah. Beliau yang pada tahun 1926 bersama KH Hasjim Asyari, KH Abdul Wahab, KH Bisri, dan tokoh ulama lain di Jawa timur mendirikan Nahdlatul Ulama (NU).
Bahkan secara khusus, KH Ridlwan Abdullah, adalah pencipta lambang NU yang sampai sekarang digunakan. Sebelum terpilih menjadi Bupati Malang Ibnu Rubianto yang merupakan lulusan Teknik Sipil Institut Teknologi10 Nopember (ITS) Surabaya ini adalah dosen tetap dan sekaligus Dekan di Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) Malang.
Meski relatif singkat menjabat Bupati Malang, Ibnu Rubiantotelah meletakkan pula dasar-dasar kehidupan yang sehat bagi masyarakat. Dia mencanangkan program “Gerakan Minum Susu”. Waktu itu, gerakan ini dimulai dari para pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Pemkab Malang.
Program itulah yang antara lain dijadikan sebagai dasar untuk mengangkat kedisiplinan dan semangat tinggi di kalangan pegawai negeri sipil (PNS) dalam melayani masyarakat. “Karena selain konsumsi gizi terpenuhi, para PNS itu tak lagi ogah-ogahan dalam menjalankan tugasnya,” kata dia saat itu.
Gerakan Minum Susu tentu saja disambut gembira oleh kalangan peternak maupun Koperasi Susu di Malang Raya yang memang merupakan sentra produsen susu terbesar di Jatim. Saat itu populasi sapi perah mencapai 55.000 ekor yang terkonsentrasi di Kecamatan Pujon, Batu, dan Jabung.
Produksi susu dari Malang waktu itu memasok sebagian besar kebutuhan susu PT Nestle Indonesia dengen volume 225 ton air susu per hari. Setiap empat PNS dijatah satu liter susu, atau setiap orang kebagian seperempat liter. Susu itu diberikan setiap habis senam kesegaran jasmani di hari Jumat. Pemda yang menanggung pembiayaannya dan diambilkan dari APBD.
Sujud Pribadi S.Sos, Sosok Pemimpin Sederhana dan Dekat Rakyat
Saat menjadi Bupati Malang ke-20, menggantikan Ibnu Rubianto yang meninggal pada 24 Januari 2001, berbagai kegiatan yang dilaksanakan tidak bisa berjauhan dengan masyarakat. Terutama kalangan pinggiran. Dengan menggunakan motor trail, Sujud yang asli arek Malang dan lahir 14 September 1965, kerap kali blusukan ke desa-desa.
Dia tidak segan-segan ikut terlibat aktif secara langsung dalam kerja bakti atau gotong royong yang dilakukan masyarakat. Seperti saat membuka jalan desa maupun bersih-bersih sungai yang dipenuhi sampah. Sujud memang sosok bupati yang tidak suka duduk di belakangan meja. “Kami ingin melihat dan merasakan langsung yang terjadi masyarakat di lapangan,” katanya kala itu.
Filosofi Jawa di kalangan stafnya, Sujud dikenal sebagai sosok pimpinan pendiam, rendah hati, dan sederhana. Ini merupakan perwujudan dari filosofi Jawa yang dipegangnya dalam keseharian. Yaitu,Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe lan Narimo Ing Pandum. Gaya dan tindak laku yang demikian itulah yang membuat dia menjadi seorang panutan, meski ia tidak lagi menjabat sebagai bupati.
Sujud menjabat Bupati Malang selama dua periode. Yakni mulai 24 Januari 2001 hingga 26 Oktober 2005 dan kemudian terpilih kembali mulai 26 Oktober 2005 hingga 24 Oktober 2010. Sejumlah kalangan menilai di era itulah Pemerintahan Kabupaten Malang berjalan dengan seimbang, Karena Sujud lebih banyak di lapangan menangkap segala aspirasi masyarakat. Sementara Rendra Kresna wakilnya saat itu memperkuat aspek sisi administrasi pemerintahannya.
Kebiasaan Sujud menjalajahi desa dengan sepeda motor terus dipertahankan hingga akhir masa jabatan. Itulah yang kemudian membawa keseimbangan sistem kepemimpinan di Pemkab Malang menjadi seimbang. Banyak prestasi diperoleh.
Bekerja dengan ihklas tanpa didasari rasa pamrih, menurutnya akan menjadikan hidup penuh barokah. Jiwa nasionalisnya juga sangat kuat. “Amalkan apa yang telah diteken saat menjadi pemimpin. Setia kepada Pancasila, Pembukaan UUD 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan memegang teguh pengabdian,” katanya saat itu.
Sujud selalu mengingatkan untuk mencapai keberhasilanya, sukses dan tidaknya pembangunan dalam rangka mencapai kemakmuran bangsa tergantung niat, semangat, serta kerja keras. Terutama lewat kebersamaan, kerukunan, kekompakan. Karena kegotong-royongan telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu.
Sujud juga menghormati para pendahulunya, selain bijak dalam memimpin. Ia juga selalu melaksanakan adat orang Jawa. Di banyak kesempatan ia banyak mengangkat dan menghormati budaya itu.
Bupati Malang ke-21, Dr H Rendra Kresna, Peduli Lingkungan Hidup
Merupakan Bupati yang tidak sempat menuntaskan masa pengabdiannya memimpin Kabupaten Malang. Dia terpaksa meninggalkan kursi kepemimpinannya ditengah periode kedua karena kesandung kasus hukum pada Oktober 2018.
Kendati begitu, jejak-jejak prestasi yang dibangun Rendra saat memimpin Kabupaten Malang masih terasa. Antara lain prestasi yang dibukukan adalah di bidang lingkungan hidup. Pada 2018 Kabupaten Malang menyabet Piala Adipura yang ke 11 kalinya berturut-turut dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Penghargaan itu diraih berkat Pemkab Malang fokus pada persoalan kebijakan lingkungan dengan pendekatan wilayah, pendekatan implementasi kebijakan persampahan, dan pendekatan implementasi penghijauan. Artinya, kebijakan serta strategi pembangunan di lingkungan hidup di Kabupaten Malang di bawah kepemimpinan Rendra, terbilang tepat sasaran.
Piala Adipura ke-11 tahun 2018 diterima secara langsung oleh Wakil Bupati (Wabup) Malang HM Sanusi dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yang didampingi Menteri KLHK, Siti Nurbaya Bakar pada Senin, 14 Januari 2019. Kemenangan yang ke-11 atas kinerja dalam lingkungan hidup yang juga telah dijadikan salah satu program strategi di Kabupaten Malang. Didasarkan pada keberhasilan dalam sistem pengelolaan sampah dan pemenuhan ruang terbuka hijau yang setara.
”Pemerintah pusat menilai kita dalam pengelolaan lingkungan dan sampah baik selama ini. Ini atas kerja keras dan sinergi antara pemerintah dan masyarakat serta pihak terkait lainnya,” kata Sanusi, pengganti Rendra.
Fokus Rendra dalam persoalan lingkungan hidup adalah pendirian bank sampah yang dilakukan di beberapa wilayah desa. Selain pengelolaan sampah secara mandiri serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam persampahan dengan pendekatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Pemkab Malang melengkapi pendirian bank sampah dengan pengoperasian tempat pembuanganakhir (TPA) sampah berbasis edukasi dan wisata di Talangagung, Kepanjen.
Kebijakan Rendra lainnya terkait pengelolaan sampah dan penghijauan juga dengan adanya 60 titik pantau kota bersih, hijau, dan teduh. Baik yang berada di sekolah, pasar, perkantoran, ruang publik, dan TPA. “Berbagai kebijakan itu yang memastikan Kabupaten Malang sebagai daerah percontohan dalam pengelolaan sampah terbaik skala nasional,” lanjut Sanusi.
“Dan seluruh masyarakat Kabupaten Malang tetap menjaga kepedulian dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya. Mewujudkan Kabupaten Malang yang bersih, teduh, dan bebas polusi,” imbuhnya.
Langkah yang dilakukan Pemkab Malang saat itu menindaklanjuti instruksi pemerintah pusat yang menargetkan pengurangan sampah sebanyak 30 persen. sedang penanganan sampah sekitar 70 persen pada tahun 2025. Dalam mencapai target itu, Piala Adipura dijadikan alat motivasi bagi daerah untuk sebisa mungkin melakukan berbagai kebijakan, serta mampu mendorong peran aktif masyarakat dalam peningkatan pemahaman dan kesadaran sebagai kunci perubahan perilaku.
Bupati ke-22, HM Sanusi, Bidang Pertanian Berhasil
Kepemimpinan Drs. H.M Sanusi menjadi Bupati Malang relatif sangat singkat. Betapa tidak, pria kelahiran Gondanglegi pada 20 Mei 1960 itu secara resmi baru menjabat Bupati Malang pada 17 September 2019 menggantikan Rendra Kresna.
Kendati baru setahun memimpin Kabupaten Malang, Sanusi mencatatkan beberapa prestasi dalam kepemimpinannya. Mulai bidang pemerintahan, pertanian, kesehatan, pembangunan desa, pariwisata hingga lingkungan hidup. Keberhasilan di bidang pertanian di masa pandemi Covid-19 ini bahkan telah mendorong perekonomian Kabupaten Malang tumbuh 2,5%- 3%.
Keberhasilan ini terutama dipicu oleh produktivitas pertanian, khususnya padi dan jagung. Dia juga memberikan perhatian serius terhadap pengembangan hortikultura. Keberhasilannya membuahkan penghargaan dari pemerintah yang diserahkan Menteri Pertanian, DR. Syahrul Yasin Limpo.Penghargaan nasional itu terkait pengembangan Kawasan Hortikultura Terbaik Tahun 2020.
Peningkatan produktivitas buah unggulan di Kabupaten Malang seperti jeruk, apukat dan apel, dalam tiga tahun terakhir mampu bertahan diatas rata-rata produkvitas nasional. Produksi pertanian yang dikembangkan di urutan terbaik antara lain alpukat varietas Pameling yang dikembangkan di Singosari mampu mencapai 14,77 ton per ha, jeruk 81,04 ton per ha, dan apel 155,91 ton per ha.
Keberhasilan di bidang pertanian yang di-created menjadi sebuah obyek wisata petik buah langsung yang berkembang menjadi ikon pariwisata akhir-akhir ini juga mendorong sukses Kabupaten Malang di bidang pariwisata. Sukses di bidang kesehatan Pemkab Malang ditandai dengan diterimanya penghargaan Swasti Saba Wiwerda dari pemerintah pusat pada 2019 yang menetapkan Kabupaten Malang sebagai kabupaten sehat.
Penghargaan ini memang tidak diperoleh lewat lomba, tetapi merupakan apresiasi pemerintah pusat atas tingginya perhatian pemerintah daerah terhadap kesehatan masyarakat. Penghargaan Swasti Saba Wiwerda, sebuah penghargaan tertinggi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia (Kemendagri) yang diterima pada tahun 2019.
Sanusi mengaku prestasi yang dicapainya Pemkab Malang dalam kurun waktu setahun ini bukan semata-mata hasil kerja kerasnya. Tetapi juga berkat inovasi dan kerjasama seluruh komponen masyarakat yang ada di Pemkab Malang, mulai dari para ASN, kepala desa, camat hingga seluruh masyarakat, termasuk petani.”Tanpa kerja keras bareng-bareng yang melibatkan kita semua dan optimalisasi semua unsur yang ada, mustahil itu semua dapat diraih,” kata Sanusi saat menandai setahun menjabat Bupati Malang 17 September 2020.
Sanusi yang kini ikut maju dalam dalam Pemilihan Kepala Dearah (Pilkada) Kabupaten Malang berpasangan dengan Didik Gatot Subroto (mantan Ketua DPRD Kabupaten Malang), menyiapkan program pengentasan kemiskinan, pemberdayaan kaum difabel, pengembangan ekonomi milenial kreatif, serta meningkatkan produksi bibit tanaman dan buah.
Pria asal Gondanglegi, Kabupaten Malang mengawali karirnya sebagai guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Filial Gondanglegi tahun 1983. Pada tahun itu, Sanusi baru diangkat menjadi PNS Kementerian Agama (Kemenag). Orangtuanya semula tidak setuju Sanusi menjadi PNS. “Orangtua inginnya saya menekuni usaha di bidang pertanian, seperti yang ditekuni bapak saya, yaitu menjadi petani tebu,” ujarnya.
Di sela-sela waktu mengajar sebagai guru bahasa Inggris, Sanusi memanfaatkan waktu luangnya untuk bergabung dalam organisasi. Salah satunya, menjadi pengurus di Koperasi Unit Desa (KUD) Gondanglegi Kulon. Dia mengaku menyukai hal yang berhubungan dengan organisasi sedari berusia muda.
Baru pada 1998, Sanusi mengenal dunia politik praktis. Sebagai pengagum kiai Nahdlatul Ulama (NU), Abdurahman Wahid (Gus Dur), Sanusi selalu mengikuti perkembangan dunia politik kala itu. Bulan Juli 1998, Gus Dur bersama para tokoh kiai NU mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Motivasi Gus Dur mendirikan PKB dijadikan alasan bagi Sanusi bergabung bersama partai yang identik dengan 9 bintang pada logonya itu.
“Tidak terpikir ikut politik sebenarnya. Dan tidak pernah ikut politik. Gus Dur dirikan PKB saya ikut. Ternyata suara PKB di Gondanglegi banyak kala itu. Tahun 1999 saya gabung PKB. Waktu saya ke politik orangtua nggak protes alias merestui,” beber Sanusi yang pernah menduduki posisi sebagai Ketua Dewan Tahfidz DPC PKB Kabupaten Malang 2011 ini.
Selama menjadi kader PKB, beberapa jabatan penting diembannya. Di antaranya Ketua Fraksi PKB DPRD Kabupaten Malang periode 1999-2004. Berikutnya Sanusi didapuk sebagai Wakil Ketua DPRD Kabupaten Malang periode 2004-2010. “Saya sempat ingin rehat dari dunia politik setelah jadi wakil (Ketua DPRD Kabupaten Malang). Ingin fokus di usaha perkebunan tebu. Namun pada 2015 saya diajak Pak Rendra Kresna maju pada Pilkada 2015. Kebetulan rekomnya ke saya,” ujar Sanusi yang hobi pelihara berbagai jenis burung berkicau di rumahnya.
Salah satu motivasi Sanusi kembali terjun ke dunia politik adalah, karena sudah mengantongi restu dari para sesepuh kiai Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Malang. Restu itu akhirnya mengantarkan Sanusi berebut suara rakyat bersaing dengan Dewanti Rumpoko dan Nurcholis kala itu.(bbs/ekn)
>>>>Selengkapanya Di Harian DIs Way Malang Post Edisi Sabtu (28/11)